jeongcheolpride

Family

Cosmic radiation

Semenjak pagi buta, Seungcheol memilah baju yang akan ia pakai untuk menjemput Jeonghan. Seperti yang dikatakan kekasihnya beberapa hari yang lalu, pagi ini, ia akan bertemu keluarga Jeonghan sekaligus menjemputnya untuk menikmati sisa hari ini.

Sejujurnya, jantungnya berdegup kencang sejak semalam. Ia ingin terlihat layak bagi Jeonghan di depan keluarganya.

Ia mengeluarkan beberapa baju dan memakainya lalu bercermin.

“Terlalu formal.” Gumamnya sembari melempar kemeja yang baru saja ia kenakan.

“Terlalu santai.” Gumamanya kembali yang dilanjutkan dengan melempar kaos yang baru saja ia coba.

Kejadian ini berulang beberapa kali hingga akhirnya ia memilih kemeja putih yang ia rasa cocok dengan rambut hitamnya.

“Perfect.” Gumamnya sembari menggenggam kunci mobilnya tanpa memedulikan berapa banyak baju yang berhamburan di lantai.


Di sisi lain..

“Loh kak? kok udah rapi gitu?” Tanya Bapak Jeonghan saat melihat putra sulungnya yang baru saja keluar dari kamarnya itu.

“Lah iya ih si kakak, padahal biasanya masih ngedekem aja di kamar.”

“Hehehe bentar lagi Han pulang ya, bu.. pak.” Timpal Jeonghan kemudian.

“Masih pagi loh, han.”

“Iya.. tapi tuh..” Ucapannya terhenti saat mendengar suara bel rumahnya berbunyi.

/ting-tong/

Awalnya, bapak hendak berdiri namun tertahan saat Han mengusulkan diri untuk menjadi volunteer.

“Hai, sayang.” Sapa Seungcheol tersenyum cerah saat mendapati kekasihnya yang telah berada di hadapannya.

“Mas ih.. masih pagi udah sayang-sayangan aja!” Ucap Jeonghan dengan mukanya yang merah padam.

“Kan mas sayang kamu, han.” Ucap Mas mengusap lembut pipi kekasihnya yang bersemu merah.

“Ya udh ih ayo masuk.. ketemu bapak ama Ibu aku.”

“Bentar, han.” Ucap Seungcheol sembari menempelkan tangan Jeonghan di atas dadanya.

“Ih kenapa sih, mas?”

“Bentar.. rasain deh.. mas deg-deg an mau ketemu mertua.” Ucap Seungcheol mendramatisir keadaan yang membuat Jeonghan terkekeh sekaligus keheranan.

“Lebay banget sih, mas! Bapak ama Ibu gak gigit kok, yuk ah!” Ucapnya seraya menggenggam lembut jemari kekasihnya.


“Eh ada tamu ganteng, pantesan si kakak dah cakep dari tadi.” Ucap bapak sembari menutup koran yang ia pegang.

“Pagi om.. tante..” Ucap Seungcheol dengan senyumnya seraya bersalaman pada Bapak dan Ibu Jeonghan.

“Oalah jadi ini yang beliin nasi goreng kambing buat Ibu ama bapak waktu itu. Makasih ya.” Sapa Ibu begitu ramah.

“Hehehe iya bu. Saya Seungcheol pacarnya Jeonghan.” Ucap Seungcheol santai yang membuat Jeonghan sedikit terbelalak akan sikapnya.

“Ya ampun pinter banget anak Ibu cari jodohnya. Cakep banget.”

“Hehehe cakepan anak om ama tante kok.”

“Gak usah om tante gitu dong Cheol.. panggil bapak ama Ibu aja.” Ucap Ibu dengan senyumnya yang begitu merekah pada calon mantu dihadapannya itu.

“Eh?” Tanya Jeonghan yang terkejut dengan reaksi Bapak dan Ibu yang begitu welcome pada kekasihnya itu.

“Siap pak, bu.. laksanakan ehehe.”

“Nah gitu dong, cakep.. Ya udah yuk sarapan dulu.” Ajak Ibu kemudian yang diangguki oleh ketiganya.

“Han.. kamu bangunin Ichan ama Kwan dulu gih! Dasar tuh anak kebiasaan belum pada bangun jam segini.” Omel Ibu sembari pergi ke dapur menyiapkan makanan di atas meja.

“Iya bu.. iyya..”


“Oh jadi kamu tuh pilot ya, Cheol?” Tanya Ibu di sela-sela sarapan mereka.

“Hehehe iya bu, bener.” Jawab Seungcheol dengan senyum ramahnya.

“Hmm sama-sama sibuknya ya berarti.. kayak Jeonghan.” Timpal Ibu yang membuat Jeonghan dan Seungcheol terbatuk.

“Iya dong bu, ampe kak Han pernah galau gara-gara gak dapet kabar dari si mas.” Timpal Ichan berterus terang yang membuat Jeonghan menyenggol kakinya, menyuruhnya untuk diam.

“Bener tuh bu.” Timpal Seungkwan kemudian.

“Adek ih..”

“Lumayan sih bu, kita dituntut buat fokus pas kerja. Jadi, gak bisa sering pegang hp dan kadang juga terkendala sinyal. Makanya, waktu itu saya sempet gak ngabarin Jeonghan beberapa hari. Maafin aku ya, yang.” Jawab Seungcheol menghadap kekasihnya yang hanya dibalas anggukan oleh Jeonghan yang masih mengunyah makanannya.

“Loalah.. dalam suatu hubungan itu komunikasi sangat penting, Cheol. Jadi kalo biasa, kalian punya jadwal masing-masing biar bisa saling ngertiin satu sama lain. Kamu juga sama sibuknya kan, Han.” Ucap Ibu memberi nasehat kepada anak dan juga calon mantunya itu.

“Iya bu.”

“Ya udah ih lanjut makannya. Makan yang banyak ya, Cheol.” Ucap Ibu kemudian dengan senyum cerahnya yang juga mengembang.

“Hehehe iya bu, makasih.”

“Seneng banget sih Ibu nih ada mantunya gitu.” Ucap Seungkwan menyindir Ibunya itu.

“Ibu seneng akhirnya mas kamu laku juga hihihi.”

“Ibu ihh kayak han gak laku aja!” Ucap Jeonghan dengan bibirnya yang mengerucut disertai tawa yang lain, menghangatkan suasana sarapan mereka pagi ini.

Just You & Me

Cosmic radiation

Seungcheol ikut tersenyum memandang wajah Jeonghan yang begitu cerah semenjak di mobil tadi. Ia terlihat begitu bersemangat, terlihat tidak sabar ingin bermain pasir putih di Pantai Indah Kapuk 2. Saat tiba di sana, kedua manik Jeonghan terlihat begitu berbinar.

Seungcheol suka.

Ia suka melihat Jeonghannya bahagia seperti ini. Ia ingin selalu membahagiakan kekasihnya. Semoga ia bisa.. semoga.

Jeonghan langsung melepaskan sepatunya tatkala menapaki pasir putih yang begitu ia rindukan.

“Aww panas..” Rengeknya saat dirasanya kakinya yang seakan terbakar.

“Ya ampun, yang! Itu mataharinya ada di atas kepala.. pasti panas dong.. pake' aja ih sepatunya.” Ucap Seungcheol terkekeh melihat Jeonghan yang melompat-melompat di atas pasir.

“Nggak mau ih.. bentar lagi juga adem pasirnya.” Tolaknya yang kini telah berlari kecil bermain dengan ombak di pinggir pantai.

Seakan terpanggil, Seungcheol mengikuti langkah kekasihnya itu. Ia juga tidak peduli dengan panasnya pasir yang begitu menusuk telapak kakinya. Jeonghan benar. Sepersekian detik kemudian, ia hanya merasakan kesejukan.

It's healing for both

Keduanya tertawa. Saling merasakan kehangatan serta kenyamanan. Tertawa sembari saling memercikkan gemericik air yang cukup membuat baju mereka sama basahnya.

“Ih baju aku basah.” Rengek Jeonghan saat dirasa hampir setengah bajunya basah karena percikan yang Seungcheol berikan selalu mengenainya.

“Gapapa ntar aku beliin kamu baju.”

“Ih gampang banget sih ngomongnya. Dingin tau!” Ucapnya seraya menggosokkan kedua telapak tangannya.

“Ya udah sini.. aku peluk.”

“Ih mesum!”

“Biar kamu gak kedinginan, yang. Sini..” Ujar Seungcheol yang telah melebarkan kedua tangannya, menunggu Jeonghan masuk ke dalam pelukan hangatnya.

Perlahan, semilir angin mulai menghinggapinya.

Merasa tak punya pilihan lain, Jeonghan segera membenamkan wajahnya pada dada kekasihnya hingga di sana, ia dapat merasakan gemuruh jantung Seungcheol yang sepertinya berdetak lebih cepat dari biasanya. Tidak berlaku bagi Jeonghan saja, Seungcheol juga dapat merasakan gemuruh jantung Jeonghan.

Keduanya melangkah mengitari wilayah PIK 2 ini. Berhenti sebentar saat menemukan toko baju untuk mengganti baju Jeonghan yang basah.

Setelahnya, mereka terus melangkah menikmati suasana yang begitu menyejukkan ini. Sesekali berbincang untuk mengenal lebih dekat. Saling bertukar hobby, kesukaan bahkan ketidaksukaan. Semuanya mengalir begitu saja diantara mereka. Hanya senyum yang terpatri pada wajah keduanya seharian ini.

“Mau makan apa lagi nih abis ini?” Tanya Seungcheol saat keduanya baru saja menghabiskan makan siang mereka.

“Kenyang..”

“Gemes banget sih ampe belepotan gini.” Ucap Seungcheol sembari mengusap ujung bibir kekasihnya menggunakan tisyu yang ia pegang.

“Hehehe enak sih.”

Seungcheol hanya tersenyum menatap lekat kekasihnya yang tengah menghabiskan milkshake strawberry yang berada dalam genggamannya itu. Ia memandangnya dengan lesung pipitnya yang kian dalam.


Cosmic radiation

Sore menyapa.

Deretan jajanan berhiaskan lampu yang cukup temaram menambah keapikan suasana PIK 2 ini.

“Aku mau itu.. itu.. itu juga!” Ucap Jeonghan bersemangat saat melihat deretan jajanan yang telah terbuka satu-satu persatu. Entah mengapa, ia seakan terhipnotis oleh visual

“Sebentar, sayang. Jangan lari-lari gitu ih ntar kalo jatoh gimana?” Ucap Seungcheol yang berusaha menjajarkan langkahnya dengan kekasihnya itu.

“Nggak mungkin lah mas! Kan aku bukan anak kecil!” Ucap Jeonghan sembari mengerucutkan bibirnya.

Ia terus melangkah sembari berlari kecil hingga akhirnya tersandung kakinya sendiri.

“ARGHH!”

“Sayang! Tuh kan udah aku bilangin.. hati-hati!” Ucap Seungcheol sembari mensejajarkan wajahnya dengan wajah Jeonghan. Ia memandang khawatir kekasihnya.

Jeonghan tak menjawab. Ia hanya terus mengerucutkan bibirnya.

“Ada yang luka gak?” Ucap Seungcheol terdengar sedikit panik sembari mengecek keadaan kekasihnya yang masih terduduk.

Jeonghan menggeleng. Ia menatap Seungcheol yang masih fokus mengecek keadaannya.

“Gak ada mas..”

“Beneran?” Tanyanya memastikan dengan wajah khawatirnya.

“Wkwk lucu banget sih mas muka kamu kalo khawatir gitu.” Ujar Jeonghan diselingi tawanya yang kian pecah.

“Apanya yang lucu sih Han. Ayo sini mas bantu berdiri, bisa kan?”

“Aku bisa kok.. awww..”

“Kenapa, sayang?”

“Hehehe gapapa.”

“Siniin tangan kamu, gandeng lengan aku ya, peluk kayak tadi lagi juga gapapa hehehe.” Ucap Seungcheol memandang lembut kekasihnya dengan sesekali mengacak rambutnya singkat.

“Ih enak aja kamu, mas.”

“Gapapa sini, mas gak mau kamu jatuh lagi.”

“Ya udah.” Ucap Jeonghan sembari melingkarkan tangannya pada lengan pria disampingnya. Sementara Seungcheol melingkarkan tangannya pada pinggang kekasihnya.


Hari semakin petang.

Keduanya memilih kembali bermain di pinggiran pantai, bukan bermain, melainkan duduk menantikan indahnya sunset yang begitu indah. Menjadikannya destinasi terakhir yang ingin mereka jumpai hari ini.

“Kamu senyum mulu ih dari tadi.” Ucap Jeonghan pada Seungcheol yang sejak tadi menatap ke arahnya, selalu memerhatikannya.

“Gimana aku gak mau senyum coba! Liat kamu senyum tuh buat aku bahagia.” Ucap Seungcheol meraih tangan Jeonghan lalu kemudian mengecupnya singkat.

“Gombal mulu sih, mas.” Ucap Jeonghan terkekeh menerima perlakuan kekasihnya yang begitu manis.

“Aku serius, sayang. Aku janji.. aku akan selalu bahagian kamu. Aku mau kamu bahagia terus kayak gini.”

“Aku juga, aku juga pengen mas selalu senyum bahagia kayak sekarang. Mas jadi tambah ganteng hehehe.”

“Jadi biasanya mas gak ganteng nih?” Tanya Seungcheol dengan bibirnya yang mulai mengerucut.

“Ya ganteng sih.” Ucap Jeonghan dengan nada yang terdengar mengejek, membuat Seungcheol semakin cemberut dan mengerucutkan bibirnya.

“Hmmm” Gumamnya kemudian.

“Hahaha kamu lucu banget kalo ngambek gitu, mas.” Kekeh Jeonghan saat melihat Seungcheol.

“Kamu nih ya suka banget jailin mas. Gak tau ah.. mas ngambek.”

“Ih inget umur napa mas, masa udah umur segitu ngambek gara-gara dibilang gak ganteng doang wkwk.”

“Biarin ah! Mas masih muda kok.. kita cuma beda beberapa tahun, sayang.” Ucap Seungcheol yang kini memandang ke arah matahari yang mulai tenrbenam.

“Cantik ya, mas. Coba tiap hari aku bisa liat ini, berwarna banget pasti hidupku.” Ucap Jeonghan yang kini juga fokus pada sunset yang sama.

“Tiap pagi juga bisa liat sunrise juga trus kalo laper tinggal jajan di food courtnya. Duhh jadi pengen tinggal di deket pantai deh.”

“Semoga ya. Mas akan selalu nemenin kamu dimanapun kamu mau tinggal nanti. Deket kamu aja udah buat mas bahagia, sayang.”

Mereka larut dengan suasana senja yang sebentar lagi akan berganti malam, duduk ditepi pantai seperti ini sambil saling menggenggam tangan satu sama lain ternyata adalah hal yang sangat menyenangkan

“Mas sayang kamu, jeonghan”

Jeonghan tersenyum dan menoleh ke arah kekasihnya yang sedari tadi sudah menatapnya “aku juga sayang Mas cheol” ujarnya tersipu

Mereka saling menatap tanpa berkedip, mencari cinta yang jelas terpancar di mata keduanya.. Seungcheol mendekat, mengelus pipi kekasihnya sebelum akhirnya mempertemukan bibir keduanya. Seungcheol mencium kekasihnya dalam, dengan senja dan lautan yang menjadi saksi dari murninya cinta yang mereka punya.

Ciuman lembut tanpa tuntutan, hanya saling melumat dan merasakan kehangatan satu sama lain..

“Mine” ujar seungcheol setelah melepas pagutan bibir mereka

Jeonghan tersenyum dengan mata sayunya “I'm yours, Mas”

Karena kamu adalah bahagiaku...


jeonghan tampak terburu-buru setelah menerima pesan dari seungcheol. hari ini adalah hari ulang tahunnya dan diatas sana ada seungcheol yang menunggunya, sungguh hal yang sangat membahagiakan bagi jeonghan. membayangkannya saja jeonghan rasanya ingin menangis, karena bertemu seungcheol seperti merindukan purnama. Pekerjaan mereka yang sering bertentangan waktu senggangnya membuat mereka sangat jarang bertemu, bahkan 10 jari lebih banyak jumlahnya daripada berapa kali mereka menghabiskan waktu bersama.

seperti saat ini, jeonghan sedang menunggu didepan lift namun pintu lift tak kunjung terbuka, maka jeonghan memilih menggunakan tangga untuk mencapai lantai paling atas bangunan tersebut.

jeonghan hampir saja jatuh karena menaiki tangga sambil berlari, dia begitu antusias, ia rindu sosok hangat yang sangat susah ditemui karena kesibukan mereka masing-masing.

ketika jeonghan sampai di rooftop salah satu rumah sakit ternama tempat ia bekerja itu, dia tidak melihat siapapun disana. hanya dirinya seorang. lalu dimana seungcheol?

“ini Mas ngerjain aku ya?” gumam jeonghan kembali merasa kesal. dia kira seungcheol benar-benar menunggunya disini, namun yang dia lihat... kosong. tidak ada tanda-tanda ada orang lain selain dirinya disana.

drrrt.. drrrt..

bunyi getaran dari ponsel jeonghan dan itu pesan dari seungcheol

“kamu udah di rooftop?”

“udah Mas, kamu dimana? kok aku ga liat siapapun disini.”

“loh yang bilang Mas di sana siapa? Mas cuma minta kamu naik karena pengen kamu liat bulan malam ini, bulan purnama, indah banget..”

apa? becanda kali ya.. gue naik kesini, lari-larian, cuma untuk liatin bulan? ini mas beneran ngerjain gue? mas bener-bener ga ingat hari ini gue ulangtahun? -jeonghan sibuk berdialog dalam hatinya

seungcheol kembali mengirim pesan “Mas takut kamu sedih karna lagi-lagi kita ga bisa ketemu.. coba liat deh.. kita lagi natap bulan yg sama. Mas harap kamu bisa ngerasain kehadiran Mas disana... disamping kamu”

jeonghan terdiam sesaat, rasa kesal pun menyelimuti dirinya.

bagaimana bisa seungcheol memintanya naik ke rooftop hanya untuk hal yang tidak begitu penting? rasanya jeonghan ingin menangis karena dia benar-benar mengeluarkan semua tenaganya untuk sampai ke atas sana.

hening

jeonghan masih belum membalas pesan seungcheol. ia masih tidak menyangka menjadi sebodoh ini hanya karna rasa rindunya yang sedang mendominasi. ia masih terdiam namun kemudian perlahan berjalan hingga menyandarkan dirinya di tepian rooftop.

jeonghan bisa merasakan angin malam menyentuh wajahnya, dari sini jeonghan dapat melihat pemandangan kota seluruhnya dimalam hari. indah.. lalu jeonghan menengadahkankan kepalanya menatap bulan purnama yang seungcheol katakan tadi. cantik... indah sekali. namun matanya mulai berkaca-kaca, entah kenapa tapi hatinya begitu sedih, ia benar-benar merindukan Mas nya. tidak dapat tertahankan air mata mulai membasahi pipinya. ia menangis karena merasa dikerjai habis-habisan.

30 menit jeonghan menghabiskan waktunya disana lalu setelah itu ia berbalik berniat turun dan pulang tanpa mempedulikan pesan singkat seungcheol yang belum ia balas. namun ia mematung karena melihat ada orang lain disana selain dirinya.

dan benar saja orang itu adalah seungcheol, orang yang ia kira benar-benar tidak dapat ditemuinya hari ini.

“mandangin bulannya gitu banget sampai sampai kamu ga sadar Mas udah disini dari tadi” benar, seungcheol sudah berada disana bahkan sebelum jeonghan sampai.

“hai..... maaf ya buat kamu nunggu lama” seungcheol mendekat sambil melambaikan tangannya

jeonghan masih terdiam, dia menahan air matanya agar tidak jatuh lagi. seungcheol perlahan mendekat dan berhenti tepat didepannya. seungcheol memandang wajah pemuda manis didepannya ini sambil tersenyum hangat. raut wajahnya tampak lelah namun masih terlihat tampan.

“han... kok diem aja? ga seneng ya Mas ada disini? hmm?”

air mata jeonghan terjun bebas, mengalir dengan deras.

“eh eh eh kenapa ini? kok nangis? han? hey... Mas salah ya?”

jeonghan memalingkan wajahnya, tidak ingin seungcheol melihat wajahnya yg sudah memerah dengan bibir bengkak akibat menangis sedari tadi.

“han.. maafin Mas ya, Mas ga bermaksud bikin kamu nangis kaya gini.”

“Ga lucu tau Mas! Mas tau gak gimana sedihnya aku waktu Mas ngerjain aku tadi. kalau Mas beneran ga datang hari ini, aku... aku-” belum sempat jeonghan menyelesaikan kalimatnya tubuhnya ditarik lebih mendekat-

Cup

seungcheol mengecup bibir jeonghan singkat.

“M-Mas....” ucap jeonghan terbata setelah melepaskan pagutan bibir mereka. ia kaget dengan apa yang seungcheol lakukan

“Mas sayang sama kamu” ucap seungcheol cepat

jeonghan terdiam tak bisa berkata apapun. harusnya ini yang dia tunggu selama ini bukan? tapi tetap saja ini mengejutkannya.

“Mas tau waktu Mas kurang buat kamu, tapi Mas sayang sama kamu, han. Mas pengen jaga kamu. Mas pengen masuk ke dunia kamu, pengen bawa kamu ke dunianya Mas. Mas tau ini egois, Mas juga gak maksa kamu untuk nerima perasaan Mas. Mas cuma... gak bisa nahan lebih lama lagi? Mas beneran sayang sama kamu.”

jeonghan masih terdiam membeku. walaupun hal ini adalah hal yang dinantikannya selama ini, ia masih saja tidak bisa menjawab apapun. rasa gugup lebih mendominasi daripada rasa bahagianya, dan ada satu hal yang selalu mengganggu pikirannya.

melihat tak ada jawaban dari jeonghan, seungcheol pun kembali bersuara “maaf kalau Mas kelewatan udah nyium kamu, kamu boleh marah, seharusnya Mas ga lancang begini, maaf-

“aku juga sayang Mas” akhirnya jeonghan bersuara setelah bergelut dengan degup jantungnya

“apa?” tanya seungcheol yang sebenarnya jelas mendengar jawaban jeonghan

“aku juga... sayang Mas cheol” jeonghan berkata lagi namun dengan suara yang lebih kecil, hampir tidak terdengar. “tapi aku...” jeonghan terlihat ragu untuk mengatakannya, “M-Mas... aku takut” seungcheol masih diam menunggu jeonghan menyelesaikan kalimatnya. “aku takut kalo sewaktu-waktu kita lelah sama hubungan kita, aku... takut hubungan ini gak berhasil, aku takut suatu saat Mas ninggalin aku karena capek sama aku, sama keadaan kita” ucap jeonghan akhirnya berhasil menyuarakan ketakutannya, ia menunduk memejamkan matanya, takut akan respon seungcheol.

“kamu capek ya sama keadaan kita yang sekarang?” seungcheol bertanya pelan

“BUKAN!!!” ngegas “eh.. bukan gitu maksudnya” jeonghan terlihat kelimpungan tapi seungcheol mati-matian menahan tawanya. “aku cuma takut sewaktu-waktu Mas ninggalin aku” jeonghan kembali menunduk

“han... Mas sayang sekali sama kamu, bagi Mas kamu itu orang yang ingin Mas bahagiakan. diumur kita yang sekarang, sudah bukan waktunya kita main-main lagi, Mas pengen serius sama kamu, dan untuk bagaimana hubungan ini berjalan, gak ada yang tau kalo gak dicoba, Mas ga maksud jadikan hubungan kita bahan percobaan, tapi gak ada salahnya mencoba, kan?” jeonghan mulai mengangkat kepalanya dan memperhatikan seungcheol berbicara

“buang jauh-jauh semua pikiran buruk itu yaa, kita bisa berusaha sebaik mungkin untuk hubungan kita. lagian kalo kita udah nikah nanti, kan ketemu terus walaupun jam terbang mas banyak dan jadwal kamu padet”

seungcheol mengucapkannya dengan gamblang tanpa memikirkan bagaimana terkejutnya jeonghan mendengar kata nikah, jantungnya berdegup tidak karuan. ia buru-buru memalingkan wajahnya, menunduk, tak ingin terlihat oleh seungcheol. wajahnya memerah, ia malu, sangat malu. namun seungcheol sangat menyukai sisi jeonghan yang seperti ini, gemas katanya. membuat perasaannya semakin lama semakin tidak karuan. senyumnya mengembang tak dapat ditahan, dia sangat mencintai pemuda manis dihadapannya ini.

“jadi gimana? mau mulai semuanya pelan-pelan bareng Mas?” seungcheol bertanya lagi untuk memastikan pemuda manis ini tidak merasa dipaksa atau tertekan dengan semua pernyataannya barusan,

jeonghan mengangguk lalu menjawab dengan suara paling kecil “aku mau...” kemudian berusaha menatap lelaki yang lebih tinggi darinya itu, “aku mau Mas” lalu tersenyum dengan sangat manis

seungcheol tidak dapat menyembunyikan senyumannya lagi, ditariknya lembut dagu jeonghan lalu seungcheol kembali menyatukan bibir mereka, kali ini sedikit lebih lama namun tak menuntut lebih. mereka tersenyum disela-sela ciuman mereka. kemudian seungcheol melepaskan pagutan bibir mereka “Selamat ulang tahun, sayang” ucap seungcheol sambil menatap lurus kearah jeonghan. jeonghan? lagi-lagi terdiam namun dengan senyum mengembang diwajahnya, senyum paling manis yang pernah seungcheol lihat.

“berarti sekarang kita pacaran nih?” goda seungcheol. jeonghan tidak menjawab malah menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, masih malu. seungcheol tidak habis pikir, pemuda manis yang sekarang adalah pacarnya ini begitu menggemaskan. seungcheol menarik tubuh yang lebih kecil kedalam pelukannya masih dengan jeonghan yang menutupi wajahnya. ia menggoyangkan badan mereka ke kiri dan ke kanan. seperti menimang bayi. habisnya jeonghan seperti anak kecil yang sangat menggemaskan pikir seungcheol.

“gimana? bulannya indah banget kan? sampe kamu bisa merasakan kehadiran Mas begini? dipeluk Mas lagi...” lagi-lagi seungcheol menggoda jeonghan yang langsung mendapat pukulan keras di dadanya. pelukan mereka terlepas namun seungcheol puas menertawakan jeonghan yang kembali kesal.

“lagian Mas dapet ide darimana gitu nyuruh liat bulan biar ngerasa lagi liatin bulan yang sama? JADUL banget” protes jeonghan yang dihadiahi cubitan pada kedua pipinya, seungcheol benar-benar gemas. “Aw! sakit Mas!” teriak jeonghan sambil mengerucutkan bibirnya yang langsung disambar singkat (lagi) oleh seungcheol.

jeonghan kembali tersenyum malu-malu dan menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher seungcheol, menikmati aroma tubuh lelakinya itu, sangat menenangkan.

“kita ke apart Mas aja yuk? Mas masakin pasta, kita beli cake, rayain ulangtahun kamu berdua, terus cuddle-an, terus Mas bisa cium banyak-banyak, terus- AW SAYANG MAS KOK DICUBIT???” jeonghan mencubit seungcheol karena terus meracau hal-hal yang membuatnya malu

“mesum banget” lalu jeonghan pergi meninggalkan seungcheol, tidak tahan dengan kelakuan seungcheol malam ini.

“sayang tungguin Mas nya dong” seungcheol berlari untuk menyamakan langkahnya dengan sang kekasih kemudian merangkulnya

bagi jeonghan, malam ini seungcheol ada disini bersamanya sudah sangat membuatnya bahagia. hari ini adalah hari ulang tahun terbaik yang pernah ada. seungcheol yang pada akhirnya menjadi kekasihnya merupakan hadiah terindah dari semua hadiah yang pernah ia dapatkan, rasa kesalnya terbalas dua kali lipat bahkan lebih dengan kebahagiaan yang amat sangat. ia sangat mencintai sosok hangat yang sedang merangkulnya ini. dan sejak hari ini, ia mulai sangat menyukai hari ulang tahunnya.

Perjalanan mereka masih panjang dan semuanya bermula dari sini....

“AKU MAUNYA SAMA OM UJIIIIIIII” rengek bocah umur 6 tahun itu

“iyaaaa sayang iya ayok pergi sama om uji yaaaa” jihoon menggandeng tangan kecil keponakannya itu

hari ini jihoon mengantarkan kakaknya yoona ke rumah sakit untuk check up ke dokter kandungan, karena suaminya sedang bertugas di luar kota maka hari ini jihoon lah yang akan menemani sang kakak. yoona sedang mengandung anak kedua dan yang sedang digandeng jihoon saat ini adalah ji-eun, anak perempuan cantik yang adalah putri pertama yoona..

mereka sampai dirumah sakit, jihoon mengambil nomor antrian dan mengantarkan yoona sampai ke ruang tunggu, menunggu dipanggil ke ruang dokter

“om ujiiii aku boseeen” rengek ji-eun

“tunggu bunda dipanggil dulu sama dokternya ya sayaaang abis ini kita jalan jalan gimana?”

“mau jalan jalaaan!!! tapi ji-eun bosennya sekarang om ujiiii”

“kan apa mba bilang, ji-eun ini paling gabisa diajak kaya ginian ji, kamu sih padahal mba bisa pergi sendiri loh”

“apaan engga yaa, kamu hamil gede gitu masa aku biarin pergi sendiri, gaada” jihoon ini dingin, tapi kalau udah perhatian agak susah, soalnya engga nerima penolakan sama sekali.

“sayang ayok kita jalan-jalan ke taman belakang, nanti om uji beliin ice cream”

“yaaayyy ayok om uji ayok ayoook” ji-eun menarik narik jihoon tak sabaran

“mba bentar ya, aku bawa ji-eun keliling dulu.. lagian antriannya masih banyak, kayanya bakal lama deh itu. nanti chat aku kalo udah dipanggil yah” yang hanya dibalas anggukan oleh sang kakak

namun saat jihoon hendak menggandeng ji-eun, anak itu sudah berlari entah kemana.. 'duh lari kemana ni bocah' pikirnya, jihoon pun bergegas berlari mencari keponakan nakalnya itu

jihoon menyusuri lorong demi lorong didalam rumah sakit itu hingga ia menemukan ji-eun. haduuuh ini bocah satu

“ji-eun—

“OM UNYOOOONG” ji-eun berlari memeluk seseorang, iya, itu soonyoung

“eh? ji-eun sayaaang... kamu sama siapa disini?” soonyoung kaget, ia yang sedang ngerumpi dengan beberapa perawat disana pun bingung melihat anak manis ini berkeliaran sendirian

belum sempat ji-eun menjawab, jihoon langsung saja menghampiri dan mengambil kesempatan ini

“ji-eun yaampun kamu jangan lari-lari om uji capek nyarinya sayaaang”

deg

soonyoung terdiam di tempatnya melihat jihoon didepannya, orang yang selalu ia coba hindari

“eh.. soonyoung.. hai”

“eh hai ji” soonyoung terlihat kikuk. mereka sama-sama terdiam saat ini

“om unyooong.. ji-eun kangeeen”

soonyoung tersenyum dan berlutut, menyamakan tingginya dengan anak kecil didepannya “om unyong juga kangen kamu sayang.. ji-eun kok makin cantik sih ihh” soonyoung mencubit gemas pipi ji-eun yang hanya dibalas tawa cekikikan si anak kecil cantik itu

jihoon hanya tersenyum hangat melihat interaksi keponakan dan mantan kekasihnya ini tapi tiba-tiba ada pesan masuk di handphone nya, sang kakak mengabari kalau ia sudah dipanggil masuk ke ruang dokter

“ji-eun sayang kita ke bunda dulu yuk.. bundanya mau diperiksa dokter, yuk kita temenin bunda”

“gendooong” rengek ji-eun, soonyoung yang melihatnya pun tertawa dengan sangat manis, membuat hati jihoon berdebar karena jujur, ia rindu tawa soonyoung

“soon kita pamit dulu yaa”

“iya hati-hati jiii”

jihoon berbalik dan soonyoung pun melanjutkan acara bincang-bincangnya dengan beberapa perawat disana. jihoon yang masih dengan perasaan tak karuan pun tiba-tiba berbalik

“SOON-

soonyoung yang merasa dipanggil menoleh “iya ji?”

“aku perlu bicara sama kamu.. boleh tunggu sebentar disini? aku anterin ji-eun ke bundanya dulu”

soonyoung bingung, ia ingin menolak tapi teman-temannya ini pasti kepo kalau dia menolak ajakan jihoon

“ahh oke ji.. aku tunggu di taman belakang ya” lalu soonyoung berpamitan dengan temannya, menghindari mereka yang sudah pasti akan kepo padanya

***

“soon” jihoon menghampiri soonyoung yang duduk sendirian menunggunya itu

soonyoung hanya tersenyum

“mba yoona sakit apa ji?”

“oh itu.. mba yoona konsultasi ke dokter kandungan. ji-eun mau ada adenya itu”

“oh yaaa? seru dong nanti makin rame dirumah”

“seru tapi suka pusing sih hahaha”

mereka pun mengobrol untuk sekedar bertanya kabar, kesibukan sehari-hari dan lainnya.. namun jihoon tak melupakan niatnya mengajak soonyoung berbicara

“soon”

“hmm?”

“aku minta maaf”

“udah ji, gapapa. lagian itu udah lama banget”

“soon aku...” jihoon menatap soonyoung “aku sayang kamu”

soonyoung memejamkan matanya, ia tau dan sangat peka akan kearah mana pembicaraan ini

jihoon mengambil tangannya untuk digenggam “aku gatau tapi... aku sadar kalo aku terus mikirin kamu setelah kamu pergi. aku sadar kalo aku gabisa tanpa kamu dan rasa itu ngehantuin aku bahkan sampai saat ini. aku nyari kamu bertahun-tahun dan akhirnya sekarang aku ketemu kamu, soon”

soonyoung tahu jihoon serius dengan semua ucapannya, ia sangat tahu. karena jihoon bukan orang yang jago menyampaikan perasaannya seperti ini. ini berarti jihoon tidak main-main dengan ucapannya

tapi kenapa sekarang? disaat hatinya benar-benar sudah sembuh.

soonyoung melepaskan tangannya dari genggaman jihoon

“ji please, cukup” soonyoung benar-benar kesal saat ini. “kalo kamu minta maaf, aku udah maafin kamu dari dulu. tapi apa ini? maksud kamu ngomong kaya gini sekarang apa? buat apa?”

“soon, aku pengen kamu kembali. balik sama aku, kita mulai semua dari awal. aku pengen nebus semuanya dengan cara mencintai kamu dengan benar mulai sekarang”

soonyoung ingin menangis, bukan, bukan karena ia goyah tapi kenapa sekarang? 'dulu lo kemana aja waktu gue masih berdiri dengan tegaknya demi merjuangin hubungan kita'

bertahun-tahun ia menertawakan kebodohannya, melawan rasa sakitnya, menyembuhkan patah hatinya, dan jihoon datang dengan gampangnya memintanya untuk kembali?

“engga ji. maaf”

soonyoung bangkit dari duduknya hendak meninggalkan jihoon, namun sebelum pergi soonyoung harus memperjelas sesuatu,

“ini terakhir kalinya aku denger kamu ngomong soal ini.. yang dulu yaudah, sekarang ya sekarang.. aku ga masalah kalo kamu mau kita punya hubungan baik sebagai teman, tapi aku gaakan pernah masuk ke lubang yang sama dengan kembali sama kamu ji”

“udah cukup”

lalu soonyoung pergi meninggalkan jihoon dengan perasaan yang kacau.

soonyoung terduduk lemas, ia masih mencerna apa yang baru saja terjadi. ia mengingat kata demi kata yang jihoon sampaikan dengan entengnya. tanpa soonyoung sadari air matanya jatuh entah sejak kapan. ia mengingat kembali rasa sakit hatinya dulu, terlintas begitu saja.

'bahkan sampe saat ini juga gue terlihat gampangan dimata lo ji hahaha' bisiknya lirih

bagi soonyoung, jihoon saat ini masih saja sama seperti jihoon 3 tahun yang lalu. jihoon yang egois, hanya mementingkan dirinya sendiri. seperti hari ini saat ia mengutarakan perasaannya tanpa memikirkan apa yang sudah soonyoung lalui. bagaimana soonyoung yang sudah baik-baik saja, dan memintanya kembali sama seperti soonyoung harus kembali mengulang kisah pahitnya bersama orang yang sama. tentu saja soonyoung tidak mau..

disela tangisnya, tiba-tiba ada tangan yang menyodorkan sebuah sapu tangan. soonyoung mendongak melihat siapa orang itu, seorang pria yang sangat tampan

“hai.. uhm... kayanya kamu butuh ini”

soonyoung masih terdiam memerhatikan orang itu dan tangannya secara bergantian

“gapapa.. pake aja. ini bersih kok..”

soonyoung mengambilnya “thanks..”

pria itu mengambil tempat disamping soonyoung, ia duduk disampingnya

“kamu gapapa?”

“uh? ngga, gapapa kok”

“itu hidung kamu meler loh”

“hah?” soonyoung buru-buru membersihkannya, ia malu.. wajahnya memerah hingga telinga, tapi ia masih bertanya dengan polosnya “udah aku bersiin, masi meler gaa?”

yang ditanya hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya “udah engga kok”

lalu tiba-tiba pria itu menerima telfon dan harus pergi saat itu juga, “aku pergi dulu, gapapa itu buat kamu aja yaaa”

“tapi—” soonyoung hendak menjawab namun kalimatnya dipotong oleh pria itu

“jangan lama lama yaaa sedihnya”

lalu orang itu pergi meninggalkan soonyoung yang masih terdiam menatap kepergiannya

Overthinking


“ngelamun mulu kesambet ntar lo”

jeonghan terkejut, kapan sahabatnya ini masuk ke ruangannya? ia bahkan tak mendengar bunyi pintu yang terbuka

“kaget gue! sejak kapan lo disini?” han menatap soonyoung dengan kebingungan

“wah parah sih lo, ampe gue masuk pun lo ga denger”

sekarang soonyoung duduk didepan jeonghan yang terlihat malas untuk menjawab ocehannya tadi.

“kenapa sih? kepikiran Mas pilot tampan lo itu?”

“apasih lo? sana sana ah.. gue lagi ga mood nyong”

“lagian kenapa lagi sih? udah dua mingguan ini gue perhatiin lo kaya gaada semangat hidup gitu?”

“nyong sana gak lo? jangan ganggu gue”

“galak amat sih kaya perawan, galak galak itu Mas pilot keburu lari loh takut ama lo”

“yaudah sih biarin, lagian kita juga udah ga kontakan lagi”

“lah pantes lo galau kaya orang abis ditinggal kawin”

lalu bantal sofa mendarat tepat dikepala soonyoung, sudah tahu sahabatnya ini lagi badmood masih aja digangguin

“sama sekali ga chat-an?” soonyoung mulai bertanya dengan serius

“he'em.. ya gue tau sih jadwal Mas padet dan pas awal-awal dia balik tugas tuh dia masih balesin chat gue.. gue coba tuh ga chat dia duluan dan akhirnya kegini, kita jadinya ga chat-an sama sekali”

“yaudah sih sabar aja dulu.. lagian lo harus ngertiin dia ga sih? kaya dia ngertiin jadwal lo yang ga kalah padatnya itu”

han terdiam seketika, ingin mengiyakan yang dikatakan soonyoung barusan namun sang sahabat kembali bersuara

“ya tapi kita gatau sih dia disana beneran sibuk kerja atau...” soonyoung terdiam sesaat dan perlahan menolehkan pandangannya ke jeonghan yang sedari tadi sudah menatapnya dengan sangat tajam

soonyoung mengulum bibirnya, diem aja deh gue dalam hatinya

“apa? sibuk apa? apa nyooong???”

“hhhh lo tau ga sih menurut penelitian para ahli, kebanyakan pilot tuh bahkan hampir semua pilot pasti punya hubungan dengan pramugari/pramugara.. bahkan yang udah nikah sekalipun pasti selingkuhannya pramugari. karena apa? ya karena cuma pramugari yang selalu bareng mereka.. kehidupan mereka tuh cuma di pesawat doang yakali sanggup nahan nafsu- Aww! sakit goblok”

yaa jeonghan menimpuk soonyoung dengan bantal sofanya lagi, makin lama makin menjadi si soonyoung ini

“jangan asal ngomong deh lo, lagian penelitian siapa dah itu?”

“ah istilahnya gituuu... pokonya coba lo cari tau sendiri deh bener ga yang gue ngomong ini”

jeonghan terdiam dan mulai bergelut dengan fikirannya, dia mulai memikirkan kemungkinan terburuk tapi... apa benar Mas nya seperti itu? rasanya jeonghan tidak percaya. namun pikiran buruk satu persatu mulai merasuki dirinya dan jeonghan merasa ini sedikit berbahaya

Kita akan baik-baik saja bukan?


hari ini jeonghan selesai lebih cepat dari biasanya. selain pasien yang tidak begitu ramai, jeonghan juga ingat bahwa seungcheol akan menjemputnya namun kali ini sedikit membuat jantungnya berdebar, karena tadi pagi seungcheol mengatakan kalau ada sesuatu yang ingin dibicarakan

bohong jika jeonghan tidak berfikir kejauhan, ia memikirkan sesuatu yang hatinya inginkan selama ini. apa ini saatnya? Mas mau nembak- ah masa sih? ucapnya dalam hati

jeonghan pun keluar dari rumah sakit dan mendapati seungcheol sedang berdiri menyandarkan tubuhnya pada pintu mobilnya, dengan ponsel ditangannya yang baru saja mengirim pesan pada jeonghan kalau dia sudah sampai..

“Mas..”

“loh kok udah keluar? udah selesai han?”

“udah Mas.. hari ini ga begitu rame, jadi bisa balik cepet deh”

“oh yaudah pas banget, temenin Mas belanja keperluan dapur yuk? eh tapi kamu capek gak ini?”

“engga kok Mas.. yuk aku temenin”

mereka pun melesat keluar dari pekarangan rumah sakit menuju supermarket didaerah itu.

mereka sampai dan langsung saja masuk, seungcheol mengambil troli dan mendorongnya dengan jeonghan yang berjalan disampingnya. mereka mengambil mulai dari buah, sayuran, sereal, dan beberapa bahan bumbu dapur dan terakhir tidak lupa, snack.

mereka terdiam dan merasa seperti de javu

benar, ini seperti pertemuan pertama mereka..

“Jadi inget pertama kita ketemu dulu pas kamu lagi mau ngambil snack tapi ga nyampe hahaha”

“ah iya bener Mas pantes aku kek de javu gitu hehehe”

mereka pun mengantri untuk membayar, dengan belanjaan yang lumayan banyak tapi seungcheol tidak membiarkan jeonghan membawa satu plastik pun. mereka sampai dimobil dan memasukkan belanjaan tersebut, setelahnya mereka pun masuk dan seungcheol akan mengantar jeonghan pulang.

diperjalanan tidak ada yang bersuara, seungcheol pun hanya fokus menatap jalanan. lebih tepatnya bingung harus bagaimana mengatakannya pada jeonghan

“Mas kamu belanja banyak banget emang mau ada apa sih?”

“ga ada apa apa han cuma mau nyetok bahan dapur aja”

“ohhh”

kemudian suasana kembali hening. sedikit lagi mereka akan sampai namun jeonghan yang sudah tidak sabar pun akhirnya bertanya,

“Mas...”

“hmm?”

“tadi katanya ada yang mau diomongin? kamu mau ngomong apa Mas?” tanya jeonghan dengan sedikit degdegan

“Ah itu... sebenernya...” seungcheol kembali terdiam, jeonghan menggigit bibirnya sambil menahan degup jantungnya

dan sekarang mereka tiba di pekarangan apartemen jeonghan. seungcheol menghentikan mobilnya dan menggeser sedikit tubuhnya agar lebih leluasa melihat jeonghan

“han..”

“iya Mas”

“Mas belanja sebanyak itu untuk nyetok keperluan dapur buat mingyu”

“terus? maksud kamu apasih Mas?”

seungcheol menghela napas pelan “sebenernya Mas besok udah harus balik tugas, tadi pagi Mas dapet email untuk schedule penerbangan sebulan kedepan yang artinya... kita ga ketemu dulu untuk sebulan kedepan”

hati jeonghan yang tadinya senang tibatiba berubah menjadi sedikit ngilu, bukan ini yang ingin ia dengar dan... sebulan ke depan dia akan jauh dari seungcheol?

jeonghan terdiam untuk beberapa saat

“han?”

“sebulan ya Mas?” jeonghan bertanya dengan kepala yang tertunduk, entah apa yang disembunyikannya

“iya. gapapa yaa kita jauhan dulu?”

“sebulan... lama banget Mas”

“iya Mas tau tapi mau gimana lagi jadwalnya udah kaya gitu”

“kapan kamu berangkat?”

“besok pagi, dan mulai besok aku gak bisa antar jemput kamu, gapapa?”

“ya gapapa Mas cuma... sebulan itu lama banget”

“sabar ya han.. nanti Mas bakal chat kamu tiap hari.. Mas pasti bakal kangen banget sama kamu”

jeonghan kembali terdiam, lalu dengan sedikit berat hati dia menatap seungcheol dan memaksakan senyumnya “iya gakpapa Mas, walaupun agak lama tapi aku bakal nungguin kamu pulang, lagian nanti kan masih bisa chatan”

seungcheol mengetahui jeonghannya sedih dengan kabar yang tiba-tiba ini tapi tidak ada yang bisa dilakukannya, ia hanya mengusap kepala jeonghan dengan sangat lembut

jeonghan yang merasa dia bisa saja menangis disaat itu juga pun mengambil tasnya di kursi belakang dan berpamitan dengan seungcheol, sebelum turun dia berkata “kamu hati-hati ya Mas, kabarin kalo udah sampe apart dan... kabarin aku juga kalo kamu udah mau flight besok” masih dengan senyum yang sedikit dipaksakan

“iyaa Mas ga akan lupa ngabarin kamu, yaudah masuk gih, bebersih terus langsung istirahat yaa”

“iya Mas.. aku masuk dulu ya”

kemudian jeonghan dengan cepat melesat masuk ke apartemennya meninggalkan seungcheol yang menatapnya dengan sedih, tanpa seungcheol ketahui jeonghan pun sedang mati-matian menahan air matanya agar tak jatuh didepannya. karena itu hanya akan membuat mereka sulit untuk melepaskan satu sama lain, dan jeonghan tak mau membuat seungcheol terbebani akan dirinya..

Hangatnya Malam dan Kamu..


semakin hari, jeonghan dan seungcheol terlihat semakin dekat. kedua pemuda yang punya kesibukan berbeda ini menyetujui untuk mulai mengenal dan memahami satu sama lain.

hampir setiap hari, seungcheol menyempatkan untuk mengantar atau menjemput jeonghan. seperti saat ini seungcheol sedang menunggu jeonghan didalam mobilnya yang terparkir rapi di depan rumah sakit tempat jeonghan bekerja.

sejak hari itu, sejak seungcheol menyadari kalau dia memiliki keingintahuan yang besar akan seorang yoon jeonghan, sejak itu pula dia memutuskan untuk mendekati pria manis ini. namun dilihat dari kesibukannya akhir-akhir ini membuat mereka hanya bertemu saat jeonghan pergi atau pulang kerja. ternyata mendekati seorang dokter profesional seperti jeonghan agak sedikit sulit ucap seungcheol dalam hatinya

tapi bagaimana bisa seungcheol mengabaikan perasaannya yang kian hari kian besar, seperti akan meledak. membayangkan jeonghan saja membuat hatinya menghangat

tok tok

yang ditunggu datang juga.. jeonghan mengetuk jendela mobil dengan senyum khasnya, membuat seungcheol ikut tersenyum dengan begitu lebarnya

“udah lama Mas? maaf yaa pasti kamu ngantuk nunggunya”

“engga kok, baru 15 menitan.. laper ga? makan dulu yuk?”

“hmm boleh deh, aku udah makan sih tapi laper lagi ehehe” ujar jeonghan dengan cengengesan yang sebenarnya sangat menggemaskan dimata seungcheol

“Mas pengen nasi goreng kambing nih.. kamu mau ga?”

“ah nasi goreng kambing kebon sirih ya Mas? mau mauuuu aduh ngiler ehehe”

“apasih kamu ini.. jangan gemes-gemes Mas ga kuat” ujar seungcheol sambil mengusak rambut jeonghan yang cuma dibalas cengengesan dari si manis pujaan hatinya

“yaudah ayo Mas, aku udah laper banget iniiii”

“iyaaa kita berangkat sekarang yaaa”

seungcheol pun melajukan mobilnya meninggalkan area rumah sakit menuju ketempat tujuan, ditengah perjalanan jeonghan teringat sesuatu

“ah iya, Mas.. boleh mampir indomaret bentar ga? aku lupa shampoo ku abis hehehe”

“ya ampun han ya boleh lah, ini dikit lagi didepan situ ada indomaret. mau disitu aja?”

“iya Mas yang mudah ketemu aja, yang enak kamu parkirnya. shampoo doang ini jangan sampe repot kamunya”

“engga han, Mas ga ngerasa direpotin sama sekali kok”

mereka pun sampai di indomaret dengan seungcheol yang ikut turun, mau nemenin jangan sendirian katanya. jeonghan pun menyisiri rak bagian shampoo dan menemukan shampoo yang biasa ia pakai. sekarang mereka sudah berada dikasir dan sedang mengantri untuk membayar sampai...

“kak han?”

jeonghan berbalik dan menemukan dua kurcaci yang baru saja masuk, yang tidak lain dan tidak bukan adalah adik-adik kesayangannya

“kwan? ican? kalian ngapain disini?”

“ya mau jajan lah kak, tadi tuh nilai ulangan ican bagus terus ayah kasi ican uang jajan tambahan dong.... terus ican yang baik hati ini mau traktir kak kwanie jugaaa”

seungkwan memutar bola matanya malas sampai akhirnya ia menyadari ada orang lain disamping kakaknya

“ekhemm.. OHH ini toh pacarnya kakak~~ yang kamu ceritain kemaren bukan dek?” tanya seungkwan pada chan

jeonghan kicep tak bisa menjawab tapi hanya memelototi adiknya, seungcheol yang melihatnya hanya tertawa

“hai.. saya seungcheol temennya kakak kalian. panggil Mas aja”

“seungkwan” “icaaaan” keduanya menyalimi seungcheol lalu kembali melirik jeonghan dengan tatapan usil mereka

“kalian udah pada makan belom? Mas sama jeonghan mau makan di nasi goreng kambing kebon sirih, kalian mau ikut?”

“MAU!!!” teriak mereka berbarengan dengan seisi indomaret yang terkejut dengan jawaban yang hampir seperti teriakan itu, jeonghan hanya memijit pelipisnya

“kebetulan kita laper Mas eehehehehhe”

“yaudah ayoo... kalian naik apa kemari?”

“jalan kaki Mas, rumah kita deket sini loh”

“yaudah bareng kita aja, nanti Mas anter kalian sampe rumah”

“ASIIIIK! yaudah ayo Mas kita berangkat, LETS GO!” mereka berlari keluar dan melupakan agenda jajan mereka, dengan jeonghan yang kehabisan kata.. pulang ini abis ini anak kurcaci sama gue dalam hatinya

***

mereka sampai di tempat tujuan, langsung saja mereka memesan Nasi goreng kambing tentunya dengan es teh manis yang menyegarkan. mereka berbincang-bincang dan luar biasanya seungcheol langsung terlihat akrab dengan kedua adik jeonghan

hati jeonghan menghangat. tidak pernah ia melihat momen ini, momen ketika orang lain yang dekat dengannya juga bisa mengambil hati adik-adiknya. selama ini dia hanya pernah dekat dengan beberapa orang dan selalu saja kandas bahkan sebelum sempat mengenalkan pdkt-annya itu ke adik-adik maupun orangtuanya

“Wahh kereeeen!!! jadi Mas cheol bisa bawa pesawat terus sering liat pemandangan dari atas awan? wahhhh” ican mengacungkan jempolnya super excited ketika seungcheol menceritakan tentang profesinya

“ih adek kamu ini apaansih? Mas cheol nya lagi makan jangan kamu ajak ngobrol terus itu makanannya ga abis abis garagara kamu ajakin ngobrol” ini jeonghan, yang kasihan melihat seungcheol yang terus menjawab pertanyaan demi pertanyaan dari ican

“iya ih can, kasian itu Mas cheol ga makan garagara kamu. lain kali kalo mau makan-makan ajak aku aja ya Mas gausah ajak ican.. annoying banget dia tuh”

“apasih kalian orang Mas cheolnya seneng ngobrol sama aku, iya gak Mas?”

seungcheol hanya terkekeh melihat 3 bersaudara ini “iyaaa Mas seneng kok ngobrol sama kamu” ujar seungcheol menjawab pertanyaan chan lalu menatap jeonghan dan tersenyum manis

jeonghan pun ikut tersenyum dengan wajah yang sedikit memerah, chan dan seungkwan yang melihat itu hanya saling senggol-menyenggol dan menahan tawanya. ternyata kakak kita bisa gak galak kalo didepan cowo ganteng pikir mereka dalam hati

setelah itu seungcheol beranjak ke kasir untuk membayar dan kembali dengan dua bungkusan ditangannya

“loh Mas buat siapa? buat mingyu?”

“engga.. ini untuk ayah sama ibu kamu” kemudian seungcheol menyodorkannya pada chan “nih nanti ican kasi bapak sama ibu ya”

“loh Mas? gausah-”

“gak papa han, manatau bapak sama ibu kamu belum makan dirumah”

lagi-lagi hati jeonghan menghangat melihat perlakuan seungcheol, ia tidak dapat menyembunyikan senyumnya

“wah makasih banyak Mas cheol.. emang deh kakak ga salah pilih huhuhuhuuu”

“apasih udah ah ayo pulang udah malem, makin malam makin ngawur kamu can” “ah iya Mas.. aku dianter kerumah bapak ibu aja yaa, jadi pengen nginep. kamunya juga ga bolak-balik ntar”

“oh yaudah kalo gituu, yuk”

dan mereka pun meninggalkan tempat itu, lalu seungcheol kembali mengemudikan mobilnya mengantarkan 3 bersaudara ini ke rumah mereka. malam ini dingin namun begitu hangat, karena seungcheol untuk kesekian kalinya membuat jeonghan merasa sangat aman dan nyaman dengan sikap dan perlakuannya, juga sepertinya jeonghan sudah jatuh begitu dalam...

Lebih dekat

“Capek banget ya?” Tanya Seungcheol saat keduanya telah berada dalam mobil. Seungcheol menepati janjinya. Ia menjemput Jeonghan di RS kala itu.

Jeonghan mengangguk seraya menceritakan keluh kesahnya di rumah sakit hari ini.

“Tadi tuhh banyak banget pasiennya. Kayak abis ngurusin satu pasien terus abis itu pasien lain dateng. Kita tuh kayak gak dikasih waktu jeda gitu, mas.”

Seungcheol mendengarkannya dengan seksama dengan sesekali memerhatikan Jeonghan yang sesekali mengerucutkan bibirnya. Ia tersenyum melihat ekdpresi Jeonghan yang begitu lucu baginya.

Akhir-akhir ini, keduanya memang cukup dekat. Saat tidak menjalankan tugasnya sebagai pilot, Seungcheol seringkali mengantar serta menjemput Jeonghan.

Begitu pula saat ada kesempatan atau waktu luang, mereka juga akan menyempatkan untuk mengobrol sejenak di suatu kafe ataupun lainnya.


Saat keduanya telah sampai di Sushi Hiro Senopati, kedua nya melangkah santai dengan sesekali bergurau. Hanya canda tawa yang ada diantara keduanya.

“Jadi pesen apa aja mas?” Tanya salah seorang pelayan yang telah berada dihadapan mereka.

“Salmon..” Ucap keduanya bersamaan dengan tawa yang hadir setelahnya.

“Eh samaan. Mas dulu deh.” Ucap Jeonghan mempersilahkan.

“Mas ngikut kamu aja deh. Kamu pasti pengen banyak varian kan? Saling nyicip aja ntar.” Timpal Seungcheol kemudian.

“Ih jangan dong mas, ntar kalo mas gak suka gimana?”

“Aku bukan pemilih kok Han kalo soal makanan. Mau makan apa aja ayok.” Ucap Seungcheol yang terdengar begitu lembut di pendengaran orang dihadapannya.

“Makasih ya mas.” Ujar Jeonghan begitu sumringah.

Entah mengapa apa yang difikirkan mas nya sesuai dengan isi hatinya. Semenjak di rumah sakit tadi, ia telah membayangkan jika ia akan memakan hampir segala menu yang enak disana.

Seungcheol pun tak bisa berhenti tersenyum menyaksikan sosok yang begitu manis dihadapannya.

Sungguh, difikifannya saat ini, ia hanya ingin melihat Jeonghan selalu bahagia.

“Ini aja deh mbak, Gyoza cheese nya satu, Salmon carpaccionya satu, Tamago Okonomiyakinya satu, Chawan Mushi special satu, sama Chicken steam with jelly fish salad satu juga.” Jelas Jeonghan pada pelayan yang tengah mencatat di dekatnya.

“Baik, mas.”

“Makasih, mbak.”

“Eh aku gak nanya mas dulu, kebanyakan gak ya mas?” Tanya Jeonghan sembari mengerjapkan matanya antusias.

“Gapapa Han, ntar aku yang ngabisin kalo kamu udah gak sanggup.” Ucap Seungcheol yang saat ini terkekeh pelan melihat kelakuan Jeonghan yang begitu manis baginya.

Saat menu datang, Seungcheol tak henti-hentinya menatap Jeonghan yang tengah menatap beberapa menu bergantian. Matanya begitu antusias.

“Selamat makan, mas hehehe.”

Keduanya menikmati makan malam mereka dengan sama antusiasnya.

Sepersekian detik selanjutnya, Jeonghan dikagetkan dengan jemari Seungcheol yang telah bertengger di ujung bibirnya, mengusapnya pelan.

“Pelan-pelan.. Makanannya gak bakal lari, Han.” Ucap Seungcheol yang diiringi dengan kekehan khasnya.

Sedangkan Jeonghan masih mengatur detak jantungnya yang entah mengapa kian berdegup cepat.

“Makasih ya, mas. Aku seneng banget akhirnya bisa makan sushi disini.” Ucap Jeonghan saat mereka telah menghabiskan makanannya.

“Sama-sama, Han. Mas juga seneng bisa bareng ama kamu gini.”

“Eh?”

“Nyari angin dulu yuk.” Ucap Seungcheol kemudian.


Kini keduanya telah duduk di taman yang tak jauh dari tempat makan tadi.

“Dingin ya?” Ucap Seungcheol memulai percakapan diantara keduanya.

“Nggak kok, kan ada jaketnya mas.” Jawab Jeonghan yang saat ini tengah memakai jaket Seungcheol. Jaket yang entah mengapa menjadi barang wajib untuk ia bawa.

“Hmm Han.”

“Iya Mas?”

“Kalo Mas bilang, mas pengen kenal lebih dekat sama kamu.. boleh?”

“M-maksudnya mas?”

“Yaa gitu, Mas pengen kenal kamu lebih jauh, gak tau alesannya kenapa tapi Mas kayanya tertarik sama kamu(?)”

Jeonghan terdiam sejenak mendengar penjelasan dari Seungcheol. Ia masih mencerna setiap kata yang Seungcheol ucapkan.

“Gimana? Boleh ya?” Tanya Seungcheol kembali memastikan.

Entah mengapa, Jeonghan tak bisa menjawab pertanyaan sosok dihadapannya dengan perkataan. Ia hanya mengangguk mengiyakan diiringi senyum yang mengembang pada kedua sosok tersebut.

Mingyu, Mas Wonwoo & Ibu

Mingyu menatap arlojinya lekat. Masih terdapat sekitar dua jam lagi sebelum teman mas nya yaitu Wonwoo dan ibunya tiba. Ya, mereka sudah mendaftar untuk melakukan konsultasi sore ini.

Entah mengapa inderanya fokus menatap foto profil imess teman mas nya itu. Entah mengapa senyumnya turut merekah saat menatapnya.

Entahlah.. mungkin.. ia tertarik (?)


Wonwoo mengedarkan pandangannya mencari sosok adik Seungcheol yang katanya akan menghampirinya dan ibunya di depan RS.

“Sebentar ya bu, aku telfon dulu dokternya.” Ucapnya pada ibunya yang kini sudah duduk di sofa yang terletak di depan resepsionis.

Wonwoo menatap layar handphone yang sejak tadi berada dalam genggamannya, hendak mencari nomer Mingyu. Gerakan tangannya terhenti saat seseorang dengan jas putih mendekat ke arah mereka tiba-tiba.

“Sore tante, mas Wonwoo kan ya?” Sapanya begitu ramah dengan senyumnya yang terus mengembang.

“Mingyu?” Tanya Wonwoo memastikan sosok dihadapannya.

“Iya mas, saya Mingyu, adiknya mas Seungcheol.” Jawab Mingyu masih dengan senyumnya yang begitu merekah.

“Ya ampun ganteng banget dokternya Ibu.” Ucap Ibu tiba-tiba kemudian.

“Hehehe makasih Ibu. Tapi menurut saya, masih gantengan anak Ibu loh.” Timpal Mingyu yang sesekali melirik Wonwoo dihadapannya.

Wonwoo hanya menanggapi ucapan Mingyu dengan senyuman.

“Sorry ya ampe kamu yang nyamperin kita. Padahal aku ama Ibu bisa nanya resepsionis dimana ruangan kamu.” Timpal Wonwoo kemudian.

“Eh.. Gapapa banget kok mas. Jemput ke rumah pun saya jabanin mas. Mari bu, mas.” Ucap Mingyu seraya mengiring keduanya menuju ruangannya.


Setelah konsultasi..

“Jangan lupa diminum ya bu obatnya, diperhatikan juga makanannya. Minggu depan kita liat perkembangannya.” Jelas Mingyu setelah sesi konsultasi mereka selesai.

“Makasih ya nak Mingyu. Kamu udah punya pacar belum?” Ucapan Ibu membuat melongo kedua orang lainnya yang berada di ruangan tersebut.

“Eh.. belum bu.” Ucap Mingyu sedikit terbata.

“Wah sama dong ini Wonwoo juga belum. Wonwoo ini pilot gyu, duh cocok banget ini ama dokter ganteng kayak kamu.” Timpal Ibu yang membuat keduanya saling melirik satu sama lain.

“Ibu ih! Sorry ya gyu Ibu emang suka ngomong yang aneh-aneh.” Timpal Wonwoo kemudian.

“Hehe gapapa kok mas. Kali aja emang jodoh kan?” Ucap Mingyu yang malah tersenyum ke arah Wonwoo.

“Aamin.” Ucap Ibu yang menyadarkan Mingyu dan Wonwoo yang lagi-lagu sedang bersitatap.

“Udah ah bu ayo pulang. Sekali lagi makasih ya gyu. Ntar aku traktir kamu ya kapan-kapan.”

“Lah kok kapan-kapan sih mas?” Ucap Ibu yang ikut campur dalam percakapan keduanya.

“Iya kan abis ini aku balik kerja bu.”

“Siap mas. Chat saya aja mas, saya siap sedia 24/7 kalo buat ditraktir ama mas Wonwoo.”

“Oke. Eh oiya dari tadi aku mau bilang, gak usah terlalu formal gyu ama aku. Pake' aku-kamu aja gak usah sampe saya-kamu gitu.”

“Oiya ya mas, oke deh.”

“Mari bu, mas, aku anter ke depan.”

“Eh gak usah gyu.”

“Ayo nak Mingyu.” Jawab Ibu yang sudah menggandeng Mingyu.

“Ibu ih kasian Mingyu nya loh.”

“Gapapa kok mas. Aku malah seneng bisa lama-lama ama mas.”

“O-oke.”

“Oiya mas ada yang kelupaan.”

“Hah? Apaan gyu?” Tanya Wonwoo saat keduanya telah berada di parkiran. Ibu Wonwoo sudah berada di kursi penumpang.

“Aku boleh chat kamu kan mas?”

“Buat?”

“Pdkt mas.”

“Hah?”

“Ya udah ya mas, hati-hati. Aku masuk dulu.” Ucap Mingyu seraya pergi meninggalkan Wonwoo yang masih mencerna kalimat terakhir yang ia ucapkan barusan.