Family
Semenjak pagi buta, Seungcheol memilah baju yang akan ia pakai untuk menjemput Jeonghan. Seperti yang dikatakan kekasihnya beberapa hari yang lalu, pagi ini, ia akan bertemu keluarga Jeonghan sekaligus menjemputnya untuk menikmati sisa hari ini.
Sejujurnya, jantungnya berdegup kencang sejak semalam. Ia ingin terlihat layak bagi Jeonghan di depan keluarganya.
Ia mengeluarkan beberapa baju dan memakainya lalu bercermin.
“Terlalu formal.” Gumamnya sembari melempar kemeja yang baru saja ia kenakan.
“Terlalu santai.” Gumamanya kembali yang dilanjutkan dengan melempar kaos yang baru saja ia coba.
Kejadian ini berulang beberapa kali hingga akhirnya ia memilih kemeja putih yang ia rasa cocok dengan rambut hitamnya.
“Perfect.” Gumamnya sembari menggenggam kunci mobilnya tanpa memedulikan berapa banyak baju yang berhamburan di lantai.
Di sisi lain..
“Loh kak? kok udah rapi gitu?” Tanya Bapak Jeonghan saat melihat putra sulungnya yang baru saja keluar dari kamarnya itu.
“Lah iya ih si kakak, padahal biasanya masih ngedekem aja di kamar.”
“Hehehe bentar lagi Han pulang ya, bu.. pak.” Timpal Jeonghan kemudian.
“Masih pagi loh, han.”
“Iya.. tapi tuh..” Ucapannya terhenti saat mendengar suara bel rumahnya berbunyi.
/ting-tong/
Awalnya, bapak hendak berdiri namun tertahan saat Han mengusulkan diri untuk menjadi volunteer.
“Hai, sayang.” Sapa Seungcheol tersenyum cerah saat mendapati kekasihnya yang telah berada di hadapannya.
“Mas ih.. masih pagi udah sayang-sayangan aja!” Ucap Jeonghan dengan mukanya yang merah padam.
“Kan mas sayang kamu, han.” Ucap Mas mengusap lembut pipi kekasihnya yang bersemu merah.
“Ya udh ih ayo masuk.. ketemu bapak ama Ibu aku.”
“Bentar, han.” Ucap Seungcheol sembari menempelkan tangan Jeonghan di atas dadanya.
“Ih kenapa sih, mas?”
“Bentar.. rasain deh.. mas deg-deg an mau ketemu mertua.” Ucap Seungcheol mendramatisir keadaan yang membuat Jeonghan terkekeh sekaligus keheranan.
“Lebay banget sih, mas! Bapak ama Ibu gak gigit kok, yuk ah!” Ucapnya seraya menggenggam lembut jemari kekasihnya.
“Eh ada tamu ganteng, pantesan si kakak dah cakep dari tadi.” Ucap bapak sembari menutup koran yang ia pegang.
“Pagi om.. tante..” Ucap Seungcheol dengan senyumnya seraya bersalaman pada Bapak dan Ibu Jeonghan.
“Oalah jadi ini yang beliin nasi goreng kambing buat Ibu ama bapak waktu itu. Makasih ya.” Sapa Ibu begitu ramah.
“Hehehe iya bu. Saya Seungcheol pacarnya Jeonghan.” Ucap Seungcheol santai yang membuat Jeonghan sedikit terbelalak akan sikapnya.
“Ya ampun pinter banget anak Ibu cari jodohnya. Cakep banget.”
“Hehehe cakepan anak om ama tante kok.”
“Gak usah om tante gitu dong Cheol.. panggil bapak ama Ibu aja.” Ucap Ibu dengan senyumnya yang begitu merekah pada calon mantu dihadapannya itu.
“Eh?” Tanya Jeonghan yang terkejut dengan reaksi Bapak dan Ibu yang begitu welcome pada kekasihnya itu.
“Siap pak, bu.. laksanakan ehehe.”
“Nah gitu dong, cakep.. Ya udah yuk sarapan dulu.” Ajak Ibu kemudian yang diangguki oleh ketiganya.
“Han.. kamu bangunin Ichan ama Kwan dulu gih! Dasar tuh anak kebiasaan belum pada bangun jam segini.” Omel Ibu sembari pergi ke dapur menyiapkan makanan di atas meja.
“Iya bu.. iyya..”
“Oh jadi kamu tuh pilot ya, Cheol?” Tanya Ibu di sela-sela sarapan mereka.
“Hehehe iya bu, bener.” Jawab Seungcheol dengan senyum ramahnya.
“Hmm sama-sama sibuknya ya berarti.. kayak Jeonghan.” Timpal Ibu yang membuat Jeonghan dan Seungcheol terbatuk.
“Iya dong bu, ampe kak Han pernah galau gara-gara gak dapet kabar dari si mas.” Timpal Ichan berterus terang yang membuat Jeonghan menyenggol kakinya, menyuruhnya untuk diam.
“Bener tuh bu.” Timpal Seungkwan kemudian.
“Adek ih..”
“Lumayan sih bu, kita dituntut buat fokus pas kerja. Jadi, gak bisa sering pegang hp dan kadang juga terkendala sinyal. Makanya, waktu itu saya sempet gak ngabarin Jeonghan beberapa hari. Maafin aku ya, yang.” Jawab Seungcheol menghadap kekasihnya yang hanya dibalas anggukan oleh Jeonghan yang masih mengunyah makanannya.
“Loalah.. dalam suatu hubungan itu komunikasi sangat penting, Cheol. Jadi kalo biasa, kalian punya jadwal masing-masing biar bisa saling ngertiin satu sama lain. Kamu juga sama sibuknya kan, Han.” Ucap Ibu memberi nasehat kepada anak dan juga calon mantunya itu.
“Iya bu.”
“Ya udah ih lanjut makannya. Makan yang banyak ya, Cheol.” Ucap Ibu kemudian dengan senyum cerahnya yang juga mengembang.
“Hehehe iya bu, makasih.”
“Seneng banget sih Ibu nih ada mantunya gitu.” Ucap Seungkwan menyindir Ibunya itu.
“Ibu seneng akhirnya mas kamu laku juga hihihi.”
“Ibu ihh kayak han gak laku aja!” Ucap Jeonghan dengan bibirnya yang mengerucut disertai tawa yang lain, menghangatkan suasana sarapan mereka pagi ini.