jeongcheolpride

with you

tw// cuddling. kissing

Cosmic radiation

“Hnggg..” Gumam Jeonghan saat retinanya bertemu dengan cahaya mentari pagi yang mulai menyeruak dari balik jendela.

Ia menatap sekeliling dan tersadar jika ia masih berada di kamar kekasihnya. Seketika, terlintas kejadian semalam yang membuat senyumnya terlukis indah di wajahnya.

“Mas..” Ucapnya lirih memandang wajah Seungcheol yang masih tertidur di sebelahnya, masih memeluknya.

Ia memeriksa suhu badan Seungcheol yang ternyata masih hangat.

“Masih anget.”

Sepersekian detik kemudian, ia berusaha bangkit, ingin memasak untuk mas nya namun tiba-tiba, tangannya ditahan dan ia kembali pada posisinya semula.

“Pagi, sayangnya mas.” Gumam Seungcheol dengan senyum yang terpampang di wajahnya. Tak lupa, ia juga mengecup singkat sang kesayangan.

“Pagi juga mas sayang.”

“Kamu mau kemana, sayangnya mas?”

“Mau masak bubur.. badan kamu masih anget.”

“Gak usah! kamu disini aja pelukin mas.” Ujar Seungcheol yang kembali mengecup singkat kekasihnya.

“Nggak nggak! kamu harus makan terus abis itu minum obat.”

“Iya sayang..nanti.. tapi sekarang kamu pelukin mas aja.. kamu dipelukan mas tuh udah jadi obat buat mas.”

“Mas ih! malah gombal.”

“Mas gak boong, sayang. Kamu juga sakit kan?”

“Huh?”

Jeonghan menyernyitkan dahinya tak memahami perkataan Seungcheol. Ia baru paham saat mencoba bangun dari pelukan kekasihnya itu.

“Aww..”

“Udah ya, sayang.. kamu disini dulu aja temenin mas.. makannya ntaran aja agak siangan..” Ucap Seungcheol yang mengeratkan pelukannya kembali.

“Ishhh ya udah iya!”

Seungcheol terkekeh melihat wajah kekasihnya yang begitu lucu lalu kemudian mengecup singkat pucuk rambutnya.

“Hmm mas.”

“Iya, sayang?”

“Aku minta maaf.”

“Maaf?”

“He'em.. buat yang kemaren-kemaren.. harusnya aku bisa lebih ngertiin kamu.. harusnya aku pahamin kamu.. harusnya aku gak langsung marah ama kamu.. harusnya aku..” Penjelasannya tertahan tatkala Seungcheol menjawabnya dengan mempertemukan bibir keduanya, mengecupnya begitu lembut.

“Mas! aku serius! maafin aku..” Ucapnya lagi namun tetap dijawab oleh gerakan yang sama.

“Mas!!” Gumamnya namun mendapat pergerakan yang sama kembali.

“Mas! jawab aku dulu..” Rengek Jeonghan yang membuat Seungcheol terkekeh pelan.

“Ih!! kenapa malah ketawa sih?”

“Sayang.. apa tindakan mas gak cukup buat jawab pertanyaan kamu?” Ucap Seungcheol yang malah menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan.

“Nggak! jawab dulu! kamu maafin aku gak?” Ucap Jeonghan yang telah mengerucutkan bibirnya sejak tadi.

“Gemes banget sih kesayangannya mas.” Ucap Seungcheol yang dibarengi dengan kecupannya lagi.

“Mas! jawab aku! ishhh!”

“Ini mas lagi jawab kamu sayang.” Ucapnya yang mengecup singkat kekasihnya berulang kali.

“Aku tuh butuh jawaban mas..”

“Lucu banget sih sayangnya mas.. dengerin ya.. mas tuh udah maafin kamu.. maafin mas juga ya udah marah ama kamu..” Ujarnya yang mengeratkan pelukannya pada kekasihnya itu.

Jeonghan mengangguk dengan senyumnya yang kian mengembang. Sepersekian detik kemudian, keduanya telah kembali terlelap.


Saat siang tiba, Seungcheol membuka matanya namun tak menemukan kekasihnya di sampingnya. Ia segera bangkit guna mencari kekasihnya itu.

Ia tersenyum saat menemukan kekasihnya tengah memasak di dapur. Sepersekian detik kemudian, ia langsung memeluknya dari belakang.

“Mas kira kamu kemana..” Gumamnya lembut tepat ditelinga kekasihnya itu sembari membenamkan wajahnya pada ceruk leher kekasihnya.

“Mas ih..minggir dulu! aku mau masak.” Ujar Jeonghan yang berusaha menjauhkan dirinya. Namun sayang, Seungcheol malah mengeratkan pelukannya.

“Mas..”

“Gini aja.. aku kangen..” Ucap Seungcheol yang terdengar begitu manja ditelinganya.

“Tapi ntar makin lama masaknya.”

“Gapapa..” Jawabnya dengan lesung pipitnya yang terus terlihat.

Jeonghan menyerah, tak ingin berdebat dengan kekasihnya yang mulai manja ini.

Sepersekian detik selanjutnya, mereka telah berada di meja makan dengan Seungcheol yang duduk di samping Jeonghan.

“Mas ih.. kamu disitu aja.” Ucap Jeonghan menunjuk bangku di hadapannya.

Seungcheol menggeleng dengan terus menatap kekasihnya dengan senyum teduhnya yang ia perlihatkan sejak tadi.

“Ya udah tapi jangan liatin aku terus ih..” Ucap Jeonghan yang tak dihiraukan Seungcheol. Seungcheol malah memeluknya lagi dan lagi dengan sesekali mengecupnya singkat.

“Mas sayang kamu.”

“Me too.. tapi ini makan dulu ya.” Ucap Jeonghan yang malah mendapat gelengan dari kekasihnya itu.

“Gak mau.”

“Loh mas? kenapa? keliatannya gak enak ya?” Ucap Jeonghan yang langsung mencoba bubur dihadapannya.

“Gak gitu sayang.”

“Terus kenapa?” Ucap Jeonghan dengan nada sedihnya.

“Mau disuapin kamu.” Ucap Seungcheol begitu manja yang membuat Jeonghan terkekeh.

“Aku kira kenapa, mas hahaha.”

“Tapi aku beneran pengen disuapin kamu, sayang.” Ucap Seungcheol yang entah mengapa malah mengerucutkan bibirnya, mungkin takut jika kekasihnya tak mengabulkan keinginannya.

“Hahaha.” Jeonghan masih terkekeh melihat sisi manja mas nya ini.

“Sayang.. suapin..” Gumam Seungcheol lagi dengan ekspresi sedihnya yang membuat Jeonghan semakin terkekeh melihatnya.

“Sayang.. aku beneran gak mau makan loh kalo gak kamu suapin.” Ulangnya lagi karena masih tak mendapatkan keinginannya.

“Hmm tapi tangan aku sakit mas, gak bisa nyuapin kamu.” Ucap Jeonghan yang ingin mengerjai kekasihnya itu.

“Hah? tangan kamu kenapa? luka?” Ujar Seungcheol yang langsung khawatir dan menggenggam lembut kedua tangan kekasihnya itu.

“Gak tau nih sakit banget hikss.” Ucap Jeonghan dengan nada yang ia buat-buat.

Jeonghan terkekeh saat dirasa mas nya tertipu olehnya. Namun, sepersekian detik selanjutnya, ia dikagetkan dengan Seungcheol yang mengecup lembut tangannya berulang kali.

“Mmuach mmuach mmuach udah nih udah sembuh kan?” Ucap Seungcheol dengan lesung pipitnya yang kian menyeruak.

“Hihihi bisa aja deh kamu mas.”

“Ayo sekarang suapin mas.” Ucap Seungcheol yang terdengar begitu semangat. Bahkan, ia telah membuka mulutnya lebar, menanti Jeonghan mengabulkan permintaannya sejak tadi.

“AAAAA” Ucap Jeonghan yang kini telah memegang sendok berisikan bubur buatannya.

Seungcheol menguyah bubur itu dengan senyumnya yang kian mengembang.

“Lagi lagi lagi.” Ujarnya bersemangat walau buburnya masih belum selesai ia kunyah.

“Kunyah dulu mas!”

“Hehehe.” Gumamnya dengan terus menampilkan lesung pipitnya yang kian dalam, membuat siapapun pasti akan ikut tersenyum karenanya.

“Dasar bayik!”


“Jangan pergi.. jangan tinggalin aku, sayang.” Ucap Seungcheol saat Jeonghan merapikan barangnya, sudah siap melangkahkan kakinya keluar dari apartemen Seungcheol.

Sementara itu, Seungcheol mendekap kekasihnya lagi dan lagi, seakan tak mengizinkannya untuk pergi se-inci-pun darinya.

“Astaga mas.. tadi kan aku udah bilang, aku tuh cuma mau pergi kerja, sayang..” Ucap Jeonghan meyakinkan mas nya yang entah mengapa menjadi begitu manja ini.

“Nggak mau.. nggak boleh! Mas masih sakit.. jangan tinggalin mas.. kamu disini aja.” Rengek Seungcheol yang masih menahan Jeonghan dalam dekapannya.

“Mas.. ntar kalo aku kena sp gara-gara gak kerja gimana? Kamu tega liat aku nangis di lorong rumah sakit?”

“Nggak papa.. ntar aku temenin.”

Jeonghan bingung memikirkan alasan lain agar kekasihnya mengizinkannya pulang. Ia harus bekerja sore ini. Namun, ia juga tak dapat memungkiri bahwa ia masih ingin tinggal, ia sangat senang akan sikap Seungcheol yang begitu manja ini.

“Mas.. hikss..”

“Loh loh kamu kenapa nangis, sayang?” Tanya Seungcheol saat melihat kekasihnya benar-benar menitikan air mata. Ia segera menghapusnya dengan begitu lembut.

“Hikss kamu gak ngebiarin aku pulang hikss.” Ujar Jeonghan dalam isaknya, entahlah.. ia juga tak paham mengapa bisa menangis.

“Tapi aku pengen sama-sama kamu.” Ucap Seungcheol yang masih kekeuh dalam pendiriannya.

“Tapi kan aku mau kerja dulu hikss.”

“Hmmm tapi aku gak mau pisah dari kamu, sayang.”

“Kan sebentar aja, mas.. aku cuma kerja doang.. nanti aku balik sini lagi.”

“Nggak ah kamu boong pasti.”

“Beneran mas, sayang.. nanti aku kesini lagi.”

“Janji?” Ucap Seungcheol mengacungkan jari kelingkingnya.

Jeonghan sempat terkekeh melihat tindakan Seungcheol yang terlihat begitu manis di matanya. Sepersekian detik selanjutnya, ia mengaitkan jari kelingkingnya pada jari kelingking kekasihnya itu.

“Aku janji, sayang.”

“Hmm..” Gumam Seungcheol yang seakan masih tidak rela melepaskan Jeonghan.

“Aku pulang dulu ya ya ya?” Ucap Jeonghan dengan matanya yang mengerjap, memohon pada kekasihnya untuk melepaskannya.

“Ya udah.” Jawab Seungcheol masih dengan bibirnya yang mengerucut, masih tidak rela.

“Yeay..”

“Ya udah sana..”

“Lepas dulu mas.” Ujar Jeonghan menyadarkan Seungcheol yang masih mendekapnya.

“Oiya ya.”

Sebelum melepaskan kekasihnya dalam dekapnya, Seungcheol mengecup singkat bibir kekasihnya itu.

“Hati-hati ya, sayang. Ini kamu beneran gak mau mas anter?”

“Kan aku bawa mobil sendiri mas. Kamunya juga masih sakit. Kamu tidur lagi ya abis ini.”

“Maunya sama kamu.” Ucap Seungcheol yang lagi-lagi begitu manja dengan bibirnya yang masih mengerucut sejak tadi. Ia kembali mendekap kekasihnya.

“Mas.. jangan mulai lagi deh. Aku kerja dulu ya..”

“Hmm janji ya balik sini lagi nanti.”

“Iya sayang.. aku janji.. ya udah ya aku pulang dulu.” Ucap Jeonghan sembari mengecup singkat kekasihnya yang terlihat masih tidak rela akan kepergiannya.

⚠️🔞⚠️

jeonghan berdiri cukup lama didepan pintu. setelah membalas pesan dari mingyu dan mendapatkan sandi pin apartemen mereka, jeonghan bergegas mendatangi tempat tersebut. jeonghan juga menyempatkan diri membeli beberapa bahan untuk ia masak, ia akan membuat sup untuk seungcheol.

namun sampai didepan pintu ia terdiam. ia takut kalau seungcheol masih marah dan menyuruhnya pergi. tapi rasa khawatir yang jeonghan rasakan mengalahkan rasa takutnya, ia menekan pin dan pintu pun terbuka.

jeonghan masuk dan berjalan perlahan menuju dapur untuk meletakkan belanjaannya. lalu ia menyusuri setiap sisi ruangan yang ada di apartemen ini, mencari kamar seungcheol. ya, mereka lebih sering menghabiskan waktu di apartemen jeonghan sedangkan jeonghan hanya sesekali datang kesini.

jeonghan sampai di satu pintu dengan satu hiasan pintu berbentuk cherry, siapapun akan langsung bisa menebak kalau ini adalah kamar seungcheol. jeonghan diam untuk beberapa saat, ingin mengetuk tapi takut seungcheol terbangun. akhirnya ia memberanikan diri untuk membuka pintu kamar itu.

jeonghan mengintip sedikit sebelum akhirnya masuk dan tak membuat suara pada setiap langkahnya. benar saja, saat jeonghan mendekat ke tempat tidur yang ada di pojok kiri kamar itu, seungcheol sedang tertidur dengan Bye Bye Fever yang menempel di dahinya.

“dasar bayi” bisiknya lirih, raut wajahnya begitu sedih.

jeonghan mendekat, ia membuka plester kompres itu dan menempelkan tangannya pada dahi seungcheol.

“syukurlah badan kamu gak panas lagi, Mas” bisiknya lagi

jeonghan menatap kekasihnya cukup lama. seungcheol masih tertidur, tidak sadar akan kehadiran jeonghan. ada perasaan menyesal dan sedih yang dirasakan jeonghan saat ini. ia menyesal atas sikapnya beberapa hari lalu.

kemudian jeonghan pun beranjak menuju dapur masih dengan langkahnya yang hati-hati dan tidak menimbulkan suara. ia juga menutup pintu begitu pelan agar tidak membangunkan seungcheol dan setelahnya ia pun sibuk sendiri didapur, menyiapkan makan malam untuk seungcheol.

***

“Mas..”

“Mas cheol ayo bangun dulu, makan terus minum obat.”

seungcheol menggeliat saat jeonghan menepuk bahunya pelan. ia masih tak membuka matanya.

“Mas...” jeonghan mengelus pipi seungcheol dengan lembut “ayo bangun dulu sayang.”

seungcheol yang mendengar itupun buru-buru membuka matanya dan terkejut saat melihat jeonghan ada disini, dikamarnya.

“ngapain kamu disini?” tanya seungcheol datar

“Mas, ayo bangun dulu. aku udah masakin sup buat kamu.”

“kenapa repot-repot”

“aku gak repot kok Mas. uhm.. aku suapin yaa terus minum ob—

“gak papa han. aku bisa makan sendiri.”

jeonghan hanya tersenyum kecut. “yaudah gak papa kalo mau makan sendiri, aku ambilin ya..”

seungcheol hanya diam. ia tidak se-kesal kemarin, hanya saja menjaga bicaranya karena tidak ingin menimbulkan perdebatan seperti terakhir kali mereka bertemu. jeonghan sangatlah sensitif akhir-akhir ini dan ia pikir lebih baik tidak banyak bicara untuk saat ini.

jeonghan kembali dengan satu nampan yang berisi nasi dan sup panas buatannya, lengkap dengan buah dan air putih hangat.

“makasih.”

“sama-sama Mas.. semoga kamu suka ya.”

seungcheol tidak menanggapi. setelahnya hanya terdengar bunyi dentingan sendok yang beradu dengan piring, jeonghan masih duduk ditepi ranjang menatap kekasihnya yang sedang makan.

“enak.”

“beneran Mas?”

“hmm”

jeonghan tersenyum mendengarnya. walaupun seungcheol masih bersikap dingin padanya tapi ia senang karena seungcheol mau makan dan memuji masakannya.

setelah selesai makan, seungcheol bangkit hendak membawa piring bekas makannya ke dapur namun ditahan oleh jeonghan.

“sini Mas biar aku aja”

seungcheol tidak menanggapi dan langsung pergi melewati jeonghan. jeonghan rasanya ingin menangis tapi ia tahan. lalu ia mengikuti seungcheol hingga ke dapur.

“Mas biar aku cuciin.”

“gak usah. ditinggal aja nanti aku cuci” “udah malam. kamu pulang aja han. besok kerja”

“aku besok dinas malam Mas”

“aku mau istirahat.”

“yaudah Mas istirahat aja, aku tungguin sampe Mas tidur. aku mau nginep”

seungcheol menatap jeonghan heran

“gak usah han.” “kamu pulang aja.”

jeonghan hanya diam menatap seungcheol yang bahkan tak menatapnya, matanya sudah berkaca-kaca

“makasih sekali lagi. hati-hati pulangnya.” lalu seungcheol berlalu melewati jeonghan hendak masuk ke kamarnya namun jeonghan menahan tangannya

“Mas”

seungcheol hanya diam. tidak berbalik bahkan tak menjawab

“sampe kapan sikap kamu dingin gini ke aku?” tanya jeonghan dengan suara yang bergetar. satu fakta yang baru diketahuinya adalah bahwa seungcheol benar-benar bisa sedingin ini ketika sedang marah. sisi yang tak pernah jeonghan ketahui.

“Mas cheol—

“han kalo kamu datang kesini cuma pengen debat, jangan sekarang. tunggu aku sembuh dulu.” sela seungcheol datar

lalu seungcheol melepaskan genggaman jeonghan pada lengannya tapi jeonghan tak tinggal diam.

“MAS” “aku minta maaf”

langkah seungcheol terhenti sepersekian detik sebelum kemudian benar-benar tak menghiraukan jeonghan. satu langkah lagi seungcheol sampai ke kamarnya namun ia terkejut saat tibatiba ada tangan yang melingkar pada pinggangnya, jeonghan memeluknya dari belakang.

“Mas please. ngomong. jangan kaya gini. jangan diemin aku” jeonghan akhirnya menangis, ia takut. benar-benar takut kalau seungcheol ternyata sudah tak mencintainya lagi.

“aku hiks minta maaf Mas hiks aku salah.”

seungcheol memejamkan matanya. ia benci ini. ia benci mendengar isakan ini, terlebih isakan ini karena dirinya. ia tak pernah sanggup, hatinya melemah.

seungcheol melepaskan pelukan jeonghan pada pinggangnya lalu berbalik dan langsung mempertemukan bibirnya pada bibir jeonghan. ia mengecup bibir itu dalam namun pelan dan lembut, ia meluapkan semua emosi yang tengah mereka rasakan saat ini. lalu melepasnya untuk melihat wajah si kesayangan. jeonghan masih terisak.

“Mas hiks aku sayang hiks kamu” ujar jeonghan begitu pilu.

wajah itu begitu merah, dengan air mata yang mengalir. seungcheol menghapus air mata itu kemudian kembali memangkas jarak antara mereka. seungcheol menjawabnya dengan kembali mencium kekasihnya begitu dalam. ia tidak akan bisa marah terlalu lama, hatinya tidak sanggup.

seungcheol menutup matanya dengan kepala yang sedikit ia miringkan agar ciuman keduanya lebih leluasa. keduanya saling melumat dan merasakan manisnya bibir masing-masing. jeonghan mengalungkan lengannya pada leher seungcheol saat merasakan tangan seungcheol turun pada pinggangnya dan menariknya dengan agresif hingga tubuh mereka menempel sempurna.

seungcheol memperdalam ciumannya, ia membuka mulutnya dan mengetuk pelan bibir jeonghan dengan lidahnya seolah meminta izin untuk masuk dan mengeksplor rongga mulut jeonghan. dan pertarungan antar lidah pun tak dapat terelakkan.

“M-mas...” jeonghan mendesah pelan saat lidahnya dihisap kuat oleh seungcheol. mendengar itu seungcheol mencium jeonghan semakin dalam dan tergesa. mereka bercumbu dengan tempo cepat dan terburu-buru. satu tangan seungcheol sibuk mencari gagang pintu yang berada tepat dibelakangnya. begitu menemukannya, ia langsung membuka pintu dan membawa si kesayangan masuk masih dengan ciuman yang tak terlepas. keduanya tidak akan berhenti, keduanya terlalu takut untuk berhenti seakan tiada ada hari esok.

seungcheol mendudukkan jeonghan pada pinggir tempat tidurnya. posisi seungcheol yang masih berdiri membuat jeonghan harus mendongakkan kepalanya keatas, menikmati ciuman yang masih terus berlanjut.

seungcheol hendak membuka kancing kemeja jeonghan namun tangannya ditahan dan ciuman mereka pun terlepas.

“Mas..”

“kenapa?”

jeonghan menatap seungcheol cukup lama. bingung harus menjawab apa. seungcheol tersenyum melihat ekspresi polos kekasihnya.

“belum pernah?”

jeonghan terdiam sesaat lalu perlahan mengangguk dengan sedikit ragu “Mas pertama kalinya” ucapnya lalu menunduk malu.

seungcheol mengelus pipi kekasihnya dan menatapnya lekat “kalo Mas mau lebih, boleh?”

jeonghan mengangguk ragu.

seungcheol menarik dagu itu dan dikecupnya sekilas. “i'll treat you well. can you trust me?”

jeonghan menatap manik hitam milik seungcheol dalam-dalam, mencari kekuatan disana. ia percaya seungcheol akan melakukannya dengan hati-hati. lalu ia mengangguk sekali lagi “i trust you, Mas.”

seungcheol tersenyum. dengan pelan ia membuka satu persatu kancing kemeja yang jeonghan kenakan, menampilkan tubuhnya yang seputih susu terekspos sempurna. setelahnya ia membuka kaosnya sendiri dan melemparnya asal lalu ia kembali melumat bibir kekasihnya.

perlahan ia membawa kekasihnya sampai ke tengah ranjang dan membaringkannya. kini posisi seungcheol berada diatas jeonghan tapi tidak sampai menindih. ciuman mereka semakin intens. saling melumat dan menukar saliva, hingga dagu jeonghan pun sudah basah karena air liurnya. merasa kehabisan nafas, jeonghan pun mendorong dada seungcheol agar pagutan mereka terlepas. masih dengan hidung yang saling bersentuhan, keduanya menghirup oksigen sebanyak-banyaknya dengan nafas yang terengah.

seungcheol menarik dirinya untuk menatap si kesayangan. ia mengusap dagu jeonghan yang basah dan menatap kekasihnya lekat-lekat.

“Mas sayang banget sama kamu, han.”

jeonghan tersenyum, merasakan ketulusan pada ungkapan seungcheol. ia kembali menarik tengkuk kekasihnya mempertemukan bibir keduanya. namun kini perlahan ciuman seungcheol turun sampai ke leher jenjang jeonghan, memberikan kecupan-kecupan kecil disana lalu mengecup tulang selangkanya.

jeonghan mendesah pelan saat seungcheol menjilat dan menghisap kuat lehernya memberi tanda. tangan seungcheol sibuk menjamah setiap inci kulit jeonghan. kemudian tangan itu sampai pada satu titik. seungcheol memilin puting susu jeonghan. menerima sentuhan itu, jeonghan sedikit tersentak dan menggelinjang diatas ranjang, rasanya seperti berada diatas awan.

“M-mas... ahhhhh...” desahan jeonghan semakin menjadi saat seungcheol kini menjilat dan menghisap puting kanan dan kirinya bergantian. tangan jeonghan sibuk meremas rambut bagian belakang kepala seungcheol. keduanya larut dalam kenikmatan.

ciuman seungcheol berpindah, ia mengecup lembut setiap inci perut jeonghan sampai ke perut bawahnya. lalu tiba-tiba ia berhenti. ia mengangkat kepalanya dan menatap sang kekasih yang juga menatapnya dengan mata yang sudah sayu.

“boleh Mas buka?”

jeonghan mengangguk pelan lalu membuang muka, ia malu. wajahnya benar-benar merah saat ini apalagi mengingat dirinya sangat menikmati setiap perlakuan seungcheol. seungcheol pun menyejajarkan kembali wajahnya dengan wajah si kesayangan lalu menunduk dan melumatnya bibirnya lembut, bersamaan dengan tangannya yang sibuk membuka ikat pinggang dan kancing celana jeonghan, kemudian ia menarik celana jeans yang jeonghan kenakan bersamaan dengan celana dalamnya. membuat organ intim yang sudah memerah itu terekspos nyata didepan matanya. lalu matanya berpindah memandang kembali wajah kekasihnya. jeonghan yang ditatap langsung menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

seungcheol terkekeh pelan “kenapa sih sayang?”

“malu Mas.”

lalu seungcheol menyentuh milik jeonghan dengan telapak tangannya yang hangat. membuat jeonghan lagi-lagi mendesah nikmat. seungcheol mainkan sebentar, memijatnya pelan sebelum akhirnya membawa milik jeonghan pada mulutnya, mengulumnya memberikan kenikmatan. jeonghan hanya bisa mencengkram sprei dengan kedua tangannya menikmati hangatnya rongga mulut seungcheol. temponya semakin cepat dan jeonghan benar-benar akan mencapai klimaksnya.

“M-mas.. akh-aku mau- ahh... keluuarr” saat seungcheol merasakan milik jeonghan membesar dalam mulutnya, ia menarik dirinya dan terus memijatnya hingga jeonghan mengeluarkan putihnya.

“aahhhh....” tubuh jeonghan bergetar saat mencapai putihnya. tubuhnya lemas. cairan kental itu mengotori perutnya.

namun ia terkejut saat seungcheol tidak berhenti dan sedang meremat bokongnya. seungcheol perlahan meraba area lubangnya yang tidak pernah disentuh siapapun itu.

“Mas...”

“iya sayang?”

“aku takut.”

“kalo kamu belum siap gak papa sayang” seungcheol menjauhkan tangannya dari lubang jeonghan namun ditahan oleh sang empunya.

“aku mau mas

tapi pelan pelan”

seungcheol tersenyum lalu mengecup pipi pacarnya sedikit lama.

“ini bakal sakit sayang. kalo kamu gak tahan, bilang ya. Mas gak mau enak di Mas aja tapi sakit di kamu”

jeonghan hanya mengangguk. seungcheol kembali mengelus lubang kenikmatan jeonghan dengan jempolnya. ia mencolek dan melumuri jarinya dengan cairan precum milik jeonghan tadi dan pelan-pelan menusukkan satu jarinya kedalamnya.

“aahh.. M-mas saa..kiit”

“shhh.. tahan sedikit ya sayang”

jeonghan mengangguk lemah. posisi seungcheol saat ini berada diatas jeonghan tanpa menindih. satu tangannya ia gunakan untuk menopang tubuhnya dengan jarinya yang mengelus pelan rambut jeonghan, berusaha menenangkan. sedangkan tangan yang satunya sibuk menusuk keluar masuk pada lubang kenikmatan sang kekasih.

setelah dirasa jeonghan sudah sedikit tenang, seungcheol menambahkan jarinya menjadi dua.

“Mmhh...” desah jeonghan tertahan karena kini seungcheol melumat bibirnya, menenangkan jeonghan yang kesakitan. sampai akhirnya seungcheol menusukkan jari ketiganya dan terus menusuknya keluar-masuk. mempersiapkan lubang jeonghan untuk dimasuki dengan miliknya.

“oh.. M-mas.. ahhh” jeonghan mulai terbiasa dengan tiga jari seungcheol yang keluar masuk menusuk lubangnya. rasa sakit kini berganti menjadi nikmat. melihat jeonghan yang sudah rileks, seungcheol pun berhenti dan mengeluarkan jarinya dari lubang jeonghan.

seungcheol kembali melumat bibir kekasihnya. jeonghan suka saat seungcheol mencium bibirnya, ia merasa nyaman seakan seungcheol benar-benar mencintainya. seungcheol sangat menjaganya. seungcheol menenangkannya.

seungcheol membuka celananya dan melemparnya kebawah.

“sayang..

Mas masuk ya?”

jeonghan mengangguk dan tersenyum, padahal jantungnya berdetak sangat kencang.

kemudian seungcheol memijat pelan miliknya sebentar sebelum melumurinya dengan cairan precum milik jeonghan. ia melebarkan kaki kekasihnya dan menempatkan ujung miliknya pada lubang kenikmatan jeonghan. menggeseknya sebentar menggoda jeonghan.

“Mas... please.. aku udah gak tahan” ujar jeonghan sedikit memohon. seungcheol tersenyum miring menanggapinya.

perlahan seungcheol mendorong kepala penisnya masuk, sedikit demi sedikit. jeonghan menggigit bibir bawahnya merasakan sensasinya. jeonghan mengerang hebat saat penis seungcheol sudah masuk setengah, seungcheol kembali mencium bibirnya untuk menenangkan. sampai akhirnya penis seungcheol tertanam sempurna didalam lubang kenikmatan jeonghan.

“M-mas.. sakithh” ujar jeonghan dengan air mata yang mengalir menahan sakitnya.

“shhh.. sayang tenang. tenang yaaa” seungcheol mencium kening kekasihnya. ia mendiamkan penisnya didalam sana sebentar. menunggu izin dari jeonghan untuk bergerak.

setelah dua menit ia mendiamkannya, ia kembali menatap jeonghan yang sudah mulai sedikit tenang.

“sayang.. boleh Mas gerak?”

“hu'um.” jeonghan hanya bergumam dan mengangguk lemah.

seungcheol menarik sedikit miliknya sebelum akhirnya mendorongnya kembali masuk. ia menggerakkan pinggulnya dengan tempo pelan.

“Aahh~ han.. kamu sempit banget sayang.. ahh” seungcheol terus bergerak dengan tempo yang mulai cepat namun tetap hati-hati.

“M-mas cheol.. ahh.. M-mas” jeonghan mendesah hebat tiap kali milik seungcheol menyentuh titik prostatenya. “iyhaa Masss ahhh disi..tu ahhh ahh” seungcheol terus memompa gerakannya semakin cepat. suara erangan nikmat keduanya dan bunyi pertemuan antara kulit semakin nyaring menggema memenuhi seluruh ruangan.

lalu seungcheol tiba-tiba mengeluarkan miliknya dan berdiri menggunakan lututnya. ia menarik dan membalikkan tubuh jeonghan untuk menungging tepat didepannya. jeonghan awalnya bingung namun hanya menurut.

“Ahhh!” jeonghan kembali mendesah saat milik seungcheol masuk kembali pada lubangnya. kali ini seungcheol bisa bergerak lebih leluasa. seungcheol pun kembali menghentakkan pinggulnya namun langsung pada tempo yang cepat.

“Mas.. hngg... ahhhh” jeonghan terhentak seirama dengan gerakan pinggul seungcheol yang semakin cepat. ia terus dan terus mendesah pasrah dengan perlakuan Mas-nya. ia tidak tahu bahwa bercinta ternyata senikmat ini. tubuh keduanya sudah basah dengan peluh. seungcheol menggenjot miliknya semakin cepat mencari klimaksnya, ia juga menggenggam milik jeonghan dan memijatnya senada dengan hentakannya.

tubuh jeonghan bergetar saat akhirnya mencapai pelepasannya untuk kedua kalinya. tubuhnya lemah dan bisa ambruk kapan pun jika saja seungcheol tidak menahannya. lalu seungcheol kembali merubah posisinya menjadi diatas dan jeonghan dibawah tanpa mengeluarkan miliknya dari lubang jeonghan. seungcheol kembali menggerakkan pinggulnya mencari pelepasan dengan tempo yang cukup berantakan.

“han.. Ahh... jeonghanhh” desah seungcheol masih dengan menggagahi jeonghan diatas sana. seungcheol benar-benar akan gila rasanya melihat pemandangan yang begitu indah tepat dibawahnya. jeonghan terlonjak dengan setiap hentakan berantakannya, menerima dengan pasrah, bibir merah yang bengkak akibat lumatannya, dan leher yang banyak bercak merah keunguan karena ulahnya. seungcheol gila, jeonghan begitu sexy dimatanya saat ini. membuatnya semakin terangsang dan akan segera menemui putihnya.

seungcheol merasa miliknya sudah berkedut tanda sebentar lagi akan mencapai putihnya. tanpa buang waktu, ia kembali menggenjot lubang kenikmatan milik kekasihnya. jeonghan yang sudah terkulai lemah hanya pasrah dengan apa yang dilakukan seungcheol. milik seungcheol yang masih gagah perkasa didalam sana benar-benar membuatnya merasakan nikmat yang tiada duanya.

seungcheol merasakan lubang jeonghan meremat kuat miliknya. ia terus memompa dirinya semakin cepat mencari pelepasannya.

“ahh ahh ahh” desah jeonghan dengan tubuhnya yang terhentak berantakan.

“han.. ahh M-mas mauu keluarhh.. ahh” seungcheol seperti orang gila. ia tidak peduli jika jeonghan meminta ampun. ia benar-benar mengejar putihnya tanpa ampun.

“Ohh jeonghanhh...” desah seungcheol bersamaan dengan tubuhnya yang bergetar saat akhirnya ia mencapai putihnya. ia menyemburkan semuanya tanpa sisa didalam lubang milik jeonghan. lalu menjatuhkan tubuhnya diatas tubuh sang kekasih. ia kelelahan karena terus bergerak.

jeonghan mengelus lemah rambut kekasihnya yang masih rebah didadanya. seungcheol pun mengangkat kepalanya dan menatap sang kekasih sambil tersenyum. mereka saling bertatapan cukup lama dengan mata yang sama-sama sayu. seungcheol menarik selimut untuk menutupi keduanya lalu berpindah berbaring di samping jeonghan namun menghadap kearah sang kekasih dengan satu tangan yang menopang kepalanya. jeonghan ikut berbalik menghadap kekasihnya dengan satu tangannya yang terus mengelus rambut hingga pipi seungcheol.

“Mas..” panggil jeonghan

“hmm” seungcheol mengambil tangan jeonghan lalu mengecupnya.

“thank you for treating me well”

seungcheol kemudian mengecup bibir kekasihnya singkat. “sama-sama sayang.” lalu tersenyum.

“kamu yang pertama”

seungcheol tersenyum semakin lebar, menampilkan lesung pipinya.

“i love you, hannie”

jeonghan terkekeh

“me more, Mas”

seungcheol menarik tubuh kekasihnya ke dalam dekapannya. merasakan hangat tubuh masing-masing. jeonghan membenamkan kepalanya pada ceruk leher kekasihnya lalu mengecupnya sekali. seungcheol terkejut dengan apa yang ia rasakan barusan.

“kok nakal yang?

Mas jangan dipancing loh, tar malah ga tidur kita”

jeonghan memukul dada kekasihnya pelan. “apasih Mas, cuma kecup biasa doang juga.” lalu membelakangi seungcheol yang terkekeh mendengarnya. ia kembali menarik jeonghan menghadap kearahnya dan menghujani wajah kekasihnya dengan kecupan-kecupan kecil.

jeonghan menjauhkan wajah kekasihnya “Mas ih udahhhh” tapi seungcheol tak peduli. ia akan terus menggoda kekasihnya ini.

“Mas aku mau tidur ihh.. capek tau! ngantuk..”

“yaudah sini tidurnya peluk Mas dong, kalo ga Mas gangguin terus”

jeonghan berdecak kesal tapi kembali membenamkan wajahnya pada ceruk leher kekasihnya. seungcheol mengelus sayang rambut kekasihnya sampai jeonghan benar-benar tertidur. seungcheol mencium pucuk kepala kekasihnya dan ikut memejamkan mata setelahnya. tak lama hanya suara hembusan nafas yang terdengar dari keduanya. mereka benar-benar tertidur dengan posisi saling berpelukan hingga pagi tiba..

Seungcheol POV

kalo ada yang nanya jadi pilot tuh enak atau gak? jawabannya enak. tapi kalo ditanya jadi pilot itu capek atau gak? jawabannya lumayan. apalagi kalo penerbangan dari/ke luar indo yang memakan waktu sampe berjam-jam.

kaya gue hari ini, flight tokyo-jakarta yang harusnya cuma 8,5 jam tapi mulai dari persiapan pemberangkatan hingga mengurus hal-hal pasca pendaratan tuh bisa makan waktu sampe 13-14 jam. stand by mulai dari jam 7 malem, kita take off jam 10 dan landing sekitaran jam 7 pagi. gak tau kenapa tapi asli gue pegel sebadan-badan. kayanya sampe apart harus minta pijitin sama mingyu. gimana ga pegel secara gue harus duduk nyetirin burung terbang hampir 8 jam-an lebih. ga deng. sebenernya kita tuh masih bisa istirahat dan gantian sama co-pilot. kita juga ga ngendaliin pesawat dan duduk kaku selama itu, tapi ya tetep harus stand by jadi kalo tiba-tiba ada problem kita bisa langsung tangani. jadi pilot itu tanggung jawabnya besar bro..

oke skip

hari ini gue beneran capek banget. kayaknya karena gue belum cukup tidur deh, badan gue juga tiba-tiba agak gak enak begitu gue landing di indo. homesick kali yaa..

belum lagi jeonghan yang tiba-tiba jadi agak sensitif gara-gara gue terlalu fokus balesin chatnya si anak baru. padahal niatnya cuma mau bantuin doang. kasian juga kali, gue juga pernah ada diposisi itu. jadi anak baru, mesti jadi co-pilot dulu sebelum gue dapet izin buat nerbangin pesawat itu sendiri, mesti baik-baik sama senior ya walaupun ditempat kita tuh ga ada istilah senioritas tapi ya tetep sebagai anak baru mesti banyak nanya dan berbaur kan yaa..

skip lagi

gue kaget pas buka mata tiba-tiba didepan gue ada seokmin lagi ngoceh gak jelas. ternyata dia udah bangunin gue hampir 15 menitan, emang sih gue kalo tidur suka kebo. pernah tuh dulu ayah sama bunda ninggalin gue dirumah sendirian karena saking susahnya bangunin gue yang kebo ini. ckckck yaa gimana, gak bohong hari ini beneran lelah banget.

“cheol elaaah kebo banget, bangun gak lo?”

“apaan njir, gue ngantuk banget ini!”

seokmin menarik tubuh gue sampe gue keduduk, mata gue berat banget ga boong.

“cepetan anak-anak udah nungguin elah cheol”

“mau kemana sih?”

“tempat biasa. udah ah cepet”

seokmin nyeret gue sampe ke parkiran, bahkan dompet sama hp gue aja gak kebawa. bangsul emang si seokmin, gak tau aja dia badan gue udah mau copot gini. kita masuk ke mobil dan menuju ke tempat biasa, dan bener aja semua udah pada ngumpul disana. gue yang awalnya tuh loyo jadi melek tiba-tiba. kayaknya gue kangen deh sama bujug, mereka tuh moodbooster gue banget dari dulu, sahabat-sahabat kesayangan gue ewh geli~

belum lama gue ngobrol sama mereka tiba-tiba mingyu ngasih hp nya ke gue. pas gue liat ternyata telfon dari jeonghan.

“Mas! aku nelfonin kamu dari tadi! kenapa telfon ku ga kamu angkat?”

“yang maaf hp ku tinggal di apart, gara-gara seokmin nih aku jadi kelupaan”

seokmin disebelah gue lagi ngakak tiba-tiba kicep.

“kamu gak lupa kan?”

“lupa apa yang? ada apa?”

jeonghan cuma diem, ga jawab apa-apa. tapi akhirnya dia ngomong gini,

“oke Mas, have fun sama temen-temen kamu.”

terus telfonnya dimatiin, bersamaan banget dengan gue yang tiba-tiba inget kalo ternyata “ASTAGA! gue udah janji mau kerumah jeonghan” sambil menepuk jidat gue.

“gyu, Mas pake mobil kamu ya? Mas buru-buru harus ke rumah jeonghan”

“udah jam segini mau ngapain Mas kesana? nginep disana?”

anjing. iya, udah hampir jam 9 malem. aduh gimana ini, pasti jeonghan marah banget.

“aduh udah siniin aja kunci mobilnya” terus mingyu ngasih kunci mobilnya, yang lain juga udah pada diem kaya tau gue bakal kena masalah.

setelah itu gue ngebut ke rumah jeonghan dan ga sampe 15 menit gue nyampe, untung jalanan bersahabat sama gue malam ini, ga macet. begitu gue turun dari mobil, ibunya jeonghan yang keluar dan nyambut gue.

“ibuuu” gue langsung ngambil tangan ibu dan salim. “ibu maafin Mas ya, Mas tadi dipaksa pergi sama temen terus hp Mas tinggal di apart. maaf banget ibu Mas udah buat ibu nunggu”

ibu senyum, gak marah. “gak papa anak ibu.. yang penting kamu inget dateng kesini, ibu kangen..” dan gue? semakin merasa bersalah sama ibu.

“yaudah ayo masuk, kamu makan dulu biar ibu siapin”

“pasti ibu bapak sama yang lain udah pada makan ya?” jawab gue sedih.

“iyaaa maaf ya nak. tadi han bilang kamu gak jadi dateng terus bapak juga harus makan tepat waktu karena jam 8 kan waktunya bapak minum obat.”

“ibuuu” rengek gue, gue bener-bener ga enak sama keluarganya jeonghan.

“udaaah gak papa nak, yuk masuk dulu..”

gue pun nurut dan masuk sama ibu. sampe ke dalem gue liat jeonghan sama ican dan kwan lagi nonton tv bareng, kalo ayah katanya lagi baring di kamar. gue bisa liat raut wajah jeonghan yang keliatan ga mood dan setelah liat gue dateng, raut wajahnya bener-bener bikin gue takut.

dia beranjak dan bantuin ibu nyiapin makanan buat gue. abis itu ikut nemenin gue di meja makan dan mengobrol bersama ibu. ia tersenyum pada ibu dan gue, tapi gue tau dia cuma gak mau ibu tau kalo kita lagi diem-dieman. sekilas gue menoleh kearah ican dan kwan yang sedari tadi melihat ke arah gue, mereka cuma geleng-geleng kaya ngasih isyarat kalo 'yang sabar ya Mas, siap-siap aja' dan gue hanya menelan ludah setelahnya, deg-degan banget.

setelah gue selesai makan, kita tuh duduk di ruang tv bareng-bareng tapi gue bisa rasain hawa yang dingin banget disini. ican sama kwan juga tiba-tiba kaya ninggalin kita berdua, gue sama jeonghan cuma diem ga ngomong, dan auranya beneran gaenak banget.

sampe tiba-tiba dia ngomong gini,

“udah malem Mas, kamu pulang aja. aku juga ngantuk. mau tidur. besok kerja.” dengan nada datar.

“han.. Mas—

jeonghan bangun tanpa dengerin gue ngomong dan ngambil kunci mobil gue di meja makan. “nih kunci mobil kamu. ayo aku anterin ke depan.” setelahnya dia melesat keluar dan nungguin gue di teras. ya gue cuma nurut ngikutin maunya dia.

pas kita sampe ke mobil, gue minta maaf ke dia.

“yang.. Mas minta maaf, gara-gara seokmin nyeret Mas pergi, Mas jadi lupa kalo malam ini ada janji sama kamu”

“lebih tepatnya ini janji sama ibu, Mas.” jeonghan menekankan kata-katanya.

“iya Mas tau, Mas salah sayang. Mas udah minta maaf ke ibu, ibu juga gak marah”

“tapi ibu sedih” “waktu aku bilang kamu gak dateng” “dan waktu makan tadi, ibu makannya cuma dikit” “karena ibu berharap kamu bakal dateng”

“han.. Mas beneran minta ma—

“sedikit aja kamu ngehargain ibu, gak bisa?”

“atau kamu masih kesel sama aku garagara tadi pagi makanya kamu sengaja kaya gini? iya?” suara jeonghan tiba-tiba meninggi

“kok kamu mikirnya gitu sih yang?”

“kenapa? salah? atau malah bener?”

“yang ada kamu kali yang masih kesel sama Mas?”

jeonghan tertawa “gausah malah jadi nuduh aku kalo sebenernya kamu yang kaya gitu!”

“han, Mas beneran capek banget hari ini. dan dari pagi kamu ngajakin ribut terus. Mas kan udah minta maaf, segitu marahnya kah kamu?”

jeonghan cuma natap gue dengan matanya yang berkaca-kaca.

“oh. capek? tapi ngumpul sama temen gak capek?”

“kan Mas udah bilang Mas tuh pergi diseret seokmin—

“lebih baik kamu gak iyain ajakan aku dari pada aku harus bilang iya ke ibu dan bikin dia sedih”

gue bener-bener ga ngerti. gue udah minta maaf, ibu juga gak marah. gue juga gak enak sama ibu dan yang lain. gue coba ngejelasin tapi dia kaya ga mau dengerin. gue harus gimana?

Jeonghan POV

setelah gue nganterin Mas cheol tadi pagi, gue bener-bener kepikiran sama siapa co-pilot yang dimaksud Mas cheol. apa itu orang yang sama dengan yang ada di twit nya Mas jun? gue bener-bener kepikiran..

tapi diluar dari itu, gue juga gak enak sama Mas cheol. padahal dia baru landing eh gue malah nyambut dia dengan masalah. gue gak seharusnya marah-marah sama dia. gue tau pasti Mas capek banget, gue ngerasa jadi pacar yang ga pengertian.

langsung aja gue ngirimin dia pesan. gue mau minta maaf karena udah bersikap kaya tadi ke dia. tapi pesan gue ga ada yang di bales, 'mungkin masih tidur kali ya' pikir gue.. setelah itu gue ke dapur bantuin ibu masak sambil nunggu Mas cheol bales chat gue.

***

sekarang udah jam 7 malam dan chat gue masih ga di bales sama Mas. gue jadi khawatir takut terjadi apa-apa sama Mas cheol. apa Mas sakit? atau Mas masih tidur? gue masih terus-terusan nelfonin nomernya dia dan masih ga di angkat.

'tunggu sebentar lagi aja kali ya, mana tau ntar di telfon balik.'

gak terasa udah jam setengah 9 tapi Mas masih belum balesin chat gue. ibu sama bapak juga udah siap-siap mau makan tapi nungguin Mas cheol dateng dulu biar makannya bareng. kwan sama ican juga udah duduk cantik dan merengek laper dari tadi. gue cuma bisa bilang bentar ya bentar ya, udah gak tau mau bilang apa lagi.

gue duduk di teras sambil mainin hp, lagi chat sama soonyoung juga nunggu kabarnya Mas cheol. gue cerita semua yang terjadi dari pagi tadi sampe sekarang ke soonyoung, yaaa gue apa apa tuh lebih prefer cerita ke soonyoung dari pada mingyu, gak tau deh kenapa.

pas gue bilang Mas cheol mau kerumah karena udah janji makan malem, soonyoungnya bilang “han lo emang gak liat postingannya mingyu di twitter?”

gue bingung. “kenapa emangnya nyong?”

“itu mereka lagi pada ngumpul, ada Mas cheol juga”

gue diem sebentar terus langsung ngecek twitternya mingyu dan bener aja. langsung aja gue telfonin mingyu. gak lama telfon gue langsung diangkat mingyu,

“halo han?”

“gyu, Mas cheol lagi sama lo?”

“iya kenapa han?”

“boleh kasihin hp lo ke Mas cheol gak, gue ada perlu”

setelahnya gue ngobrol sama Mas dan ternyata hpnya ketinggalan di apart. tapi yang bikin gue kesel adalah nada bicaranya yang biasa aja dan dia ga inget kalo punya janji sama ibu. gue gak habis pikir. disini gue sekeluarga udah nungguin dan dia lagi asik-asiknya ngumpul sama temennya. terakhir gue cuma bilang,

“oke Mas, have fun sama temen-temen kamu.”

dan gue langsung matiin telfonnya. gue bingung harus gimana nyampeinnya ke ibu, ini udah hampir jam 9 dan kami belum makan. bapak juga belum makan padahal harusnya jam 8 ayah harus udah makan dan minum obat.

pas gue masuk, ibu langsung nanyain ke gue “udah dateng seungcheolnya han?” dan gue bingung harus jawab apa.

“uhm.. bu.. itu... Mas cheol nya gak bisa dateng. ada keperluan lain dan barusan banget ngabarin aku” jeonghan benar-benar merasa bersalah pada ibunya.

raut wajah ibu berubah namun ia tetap tersenyum. “yaudah gakpapa. kita langsung makan aja kalo gitu.” lalu ibu menyiapkan nasi untuk kami semua satu persatu dengan masih tersenyum, tapi gue tau ibu sebenernya sedih. bahkan ibu makannya gak banyak..

“ibu.. kok makannya dikit banget?” tanya gue heran.

“gakpapa. ibu emang ga laper-laper banget kok” bohong. gue tau ibu bohong. “lagian biar makanannya ga cepet abis juga, mana tau seungcheol besok bisa kemari jadi bisa makan masakan ibu”

sumpah. gue mau nangis. gue ga tega sama ibu..

“ih kan bisa masak lagi buuu”

“gak papa han, orang ibu emang gak laper-laper banget. beneran”

gue semakin gak bisa menggambarkan perasaan gue saat ini.

setelah selesai makan, bapak langsung istirahat ke kamar. belakangan kondisi bapak kurang fit dan beruntung karena gue dokter dan bisa ngerawat bapak langsung. ibu juga sedang membereskan meja makan dan dapur, sedangkan gue sama ican dan kwan lagi nonton tv. kita lagi nonton tonight show dan padahal lagi kocak banget, ican sama kwan ketawa sampe guling-guling tapi gue malah ga fokus dan ga ketawa sama sekali.

sampe tiba-tiba terdengar suara mobil dari luar sana. ibu yang baru selesai dan akan masuk kamar pun jadinya ga jadi masuk dulu. ibu keluar dan ngecek siapa yang dateng. lama ibu gak masuk-masuk sampe gue mau ikutan ngecek keluar, tapi sebelum gue bangun tiba-tiba ibu masuk dengan wajah yang sumringah diikuti oleh seseorang dibelakang, ya, itu Mas cheol.

gue hanya menatap Mas sekilas sebelum akhirnya ikut berdiri dan bantuin ibu nyiapin makanan untuk Mas cheol. setelah itu kita hanya ngobrol ringan bersamaan dengan gue yang mati-matian menahan rasa kesal gue didepan ibu. gue gak mau ibu makin sedih kalo tau gue sama Mas lagi gak baik-baik aja.

setelah Mas cheol selesai makan, ibu pun masuk untuk nemenin bapak. tinggalah gue, Mas, ichan dan kwan yang masih nonton diruang tv. gue cuma diem. gue gak merasa harus ngomong. gue gak mau tiba-tiba gue meledak dirumah, didepan kwan ichan, dan ada ibu sama bapak.

tiba-tiba ichan dan kwan pamit mau tidur. dan tinggalah gue berdua sama Mas. kita berdua cuma diem sambil nonton tv tapi gue tau kita ga bener-bener nonton. setengah jam kemudian gue nyuruh dia pulang, lagian gue ngantuk, pusing. sebenernya lebih ke takut kalo kapan aja gue bisa meledak.

gue bangun dan ngambil kunci mobilnya dia terus gue kasihin dan gue anterin ke depan.

tapi sebelum pulang dia minta maaf ke gue, dia coba jelasin ke gue dan hal itu malah bikin gue semakin emosi dibuatnya.

gue cuma terus kebayang ibu. ibu sedih, ibu makannya dikit, dan itu bahkan bukan karena anaknya sendiri melainkan Mas cheol yang masih orang lain dalam hidupnya ibu. terserah lo mau ngatain gue lebay tapi kalo itu menyangkut ibu, gue akan selalu selebay ini.

gue benci ketika dia bilang capek tapi nyatanya dia malah diluar seneng-seneng sama temennya. gue gak marah ataupun ngelarang. tapi lebih baik dia bilang gak bisa dan ibu gak usah repot-repot masak dan nungguin dia kaya tadi.

apapun yang dia coba jelasin bahkan ga masuk ditelinga gue, gue bener-bener kesel saat ini. bahkan gue ga liat ke arah dia.

“kamu kenapa sih? apa gak bisa kasih waktu aku buat jelasin?”

“gak perlu.”

dia mengusak rambutnya dengan kasar.

“cuma sekali aku buat salah dan itu kamu besar-besarin banget”

gue menoleh ke arah dia setelahnya.

“kamu tuh gak tau gimana capeknya Mas hari ini, bahkan Mas baru tidur 2 jam dan badan Mas gak enak.. Mas ketemu anak-anak juga bukan kemauan Mas. pernah kamu liat Mas kemana-mana ga bawa hp sama dompet?”

gue terdiam sesaat, tapi rasa kesal terus mendorong gue untuk berfikir yang tidak tidak.

“alesan kamu doang capek. dari pagi aku liat seger banget, bahkan ketawa-ketawa bales chatnya co-pilot kamu itu. tadi juga seneng-seneng kan sama temen-temen kamu? capek dari mananya coba—

“JEONGHAN!”

gue terkejut saat Mas nyebut nama gue dengan nada setinggi itu

“aku. beneran. capek. banget.” Mas mengatakannya dengan nafas yang sedikit memburu, bahkan ia menyebut dirinya aku. “apa segitu gak percayanya kamu sama aku?”

gue cuma diam dan berusaha menatapnya dengan takut. lalu ia menarik tangan gue dan menempelkan telapak tangan gue pada keningnya.

“Mas—

“udah percaya? apa masih mau bilang aku bohong?”

bener. yang gue rasain badannya Mas panas banget. bahkan pergelangan tangan gue ikut merasa panas dari genggamannya Mas.

“Mas, kamu sakit” ucap gue sedikit khawatir

“dan kamu malah nuduh aku yang engga-engga”

“maksudku—

“gak papa. aku paham. kamu belum bisa percaya sama aku”

“Mas gak gitu—

“udah. aku mau pulang. bilang makasih sama ibu dan salam buat bapak.”

“Mas tunggu biar aku ambilin obat ke dalem—

“gak perlu.”

“cukup dengerin baik-baik. aku gak dan gak akan pernah ngerjain orang tua. aku hargai semua yang ibu kamu lakuin makanya aku buru-buru dateng kesini. demi ibu. demi kamu.”

mata gue tiba-tiba panas, mata gue berkaca-kaca.

“tapi kamu bahkan gak nyambut aku dengan baik. bahkan dari pagi aku sampe kesini.”

“aku akui aku salah. tapi aku masih ga ngerti. separah itukah salahku sampe kamu berpikir yang engga-engga? segitu aja aku dimata kamu han?”

air mata gue pun jatuh dengan sendirinya.

“bahkan aku udah minta maaf dan coba jelasin semuanya. tapi ya namanya kamu emang ga percaya sama aku, mau aku jelasin sampe mulutku berbuih juga percuma!”

“silahkan tenangin pikiran kamu dulu. aku juga mau tenangin pikiran aku” “selamat malam”

lalu Mas masuk ke mobilnya dan ninggalin gue yang masih membeku ditempat. gue lemes, gue cuma jongkok dan nangis tanpa suara. gue bingung, kenapa gue tiba-tiba jadi gak percaya sama Mas. kenapa gue gak ngertiin dia. dan sekarang gue khawatir sama keadaannya. gue terus merutuki diri gue sendiri didalam hati. gue harus apa setelah ini?

“Mas!!” jeonghan tampak melambaikan tangannya saat melihat seungcheol yang baru keluar dari bandara

“sayang...” seungcheol memeluk jeonghan sebentar lalu melepasnya “udah lama?”

“engga kok Mas.. baru 10 menitan aku nyampe. yaudah yuk..”

saat sampai di parkiran dan jeonghan hendak masuk ke mobilnya, tangannya ditahan oleh seungcheol

“yang.. biar Mas aja yang nyetir”

“gak papa ih Mas. kamu kan pasti capek? kalo aku masih seger banget ini ehehe”

“gak gak, biar Mas aja”

jeonghan tak mempedulikan dan langsung masuk saja, mau tak mau seungcheol pun ikut masuk dan duduk dikursi bagian penumpang. jeonghan yang melihatnya hanya terkekeh

“kamu ini, padahal Mas sanggup loh”

“ih kenapa sih nyetir doang juga, udah kamu duduk cantik aja disitu.”

seungcheol hanya pasrah, ia tak akan menang melawan jeonghan. mereka pun melesat keluar dari sana.

saat di perjalanan mereka hanya diam, awalnya jeonghan hanya fokus menyetir tapi setelahnya ia merasa ada yang beda. seungcheol disampingnya sedari tadi hanya fokus pada ponselnya sampai tak mengajaknya berbicara. jeonghan yang melihat itu sedikit penasaran.

“Mas?”

seungcheol menoleh “iya han”

“uhm.. gak papa”

“ohh” seungcheol pun melanjutkan bermain dengan ponselnya, sedang mengetik sesuatu. seperti sedang bertukar pesan. jeonghan benar-benar penasaran.

“Mas..”

“hmm”

“akhir-akhir ini kamu kayaknya lebih slow respon dari biasanya. sibuk banget kah?”

“engga kok yang, kaya biasa ga sih? mungkin perasaan kamu aja.”

“uhm.. mungkin ya.”

seungcheol kembali fokus pada ponselnya

“oh iya Mas, kamu kali ini liburnya berapa lama?” tanya jeonghan dengan sedikit antusias

namun seungcheol masih diam sambil mengetikkan sesuatu pada handphonenya. jeonghan yang melihatnya pun menjadi sedikit kesal.

“Mas?”

“eh? iya kenapa yang?”

“aku tanya kamu liburnya berapa lama? kamu ga dengerin aku ngomong ya?”

“maaf yang tadi Mas lagi balesin chat temen”

“iya dari tadi kamu mainan hp mulu. ngechat siapa sih? akunya sampe di cuekin gitu”

“ah ini.. ada co-pilot baru yang. dia tuh sekarang sering ikut penerbanganku. bahkan seminggu ini bareng-bareng terus”

“bareng-bareng terus gimana maksud kamu?”

“kan satu penerbangan sama aku yang, ya bareng aku terus gitu”

“terus kamu lagi chat-an sama dia?”

“iya yang. awalnya dia sering minta bantu gitu, kan anaknya masih baru. minta dibimbing, dikasih tau ini itu. nah ini dia ikut penerbangannya jun terus jun kan anaknya kalo sama orang baru tuh agak kaku yang. si anak baru ini jadinya takut gitu mau nanya-nanya. yaudah deh dia nanyain aku.”

“harus banget kamu ya?”

“dia baru deketnya sama aku doang yang. baru semingguan banget masuknya, masuk-masuk langsung ikut sama aku”

“hmmm” gumam jeonghan. entah mengapa ia menjadi sedikit kesal, namun melihat seungcheol menceritakan itu semua dengan biasa saja, ia pun menahan rasa kesalnya. mungkin memang hanya hubungan pekerjaan saja.

namun tiba-tiba seungcheol cekikikan masih dengan memandang layar ponselnya.

“kenapa Mas?”

“hah? gak papa yang. lucu deh ni anak satu. masa dia kira aku udah nikah terus punya anak dua”

“kok bisa bahas ke arah sana?” jeonghan heran

“tadi dia coba ngobrol-ngobrol sama jun. terus dia kira aku sama anak-anak udah pada nikah, diketawain dong sama jun. terus dia cerita deh barusan”

“deket banget ya Mas kayaknya?” jeonghan benar-benar kesal sekarang. katanya hanya bahas pekerjaan, tapi sampai hal gak penting juga dibahas. lewat chat. kenapa gak diobrolin waktu ketemu? sedekat itukah? sampai-sampai bisa membuat seungcheol tertawa.

“enggak yang. biasa aja sih. belum sedeket kaya sama jun wonwoo”

“belum berarti akan?”

“kamu kenapa sih yang?”

“gak papa”

“kok kayaknya yang marah gitu? padahal aku lagi cerita loh.”

jeonghan hanya diam setelahnya

“kalo gak mau denger ceritaku ya gak papa tapi mending gausah nanya dari awal gak sih?”

“maksudnya?”

“gak papa han”

“kamu marah?”

“engga yang. Mas cuma capek. kamu juga mungkin lagi banyak pikiran jadi nanggepin Mas nya juga setengah hati gitu”

“bukannya kamu gak sih yang dari tadi diemin aku dan malah sibuk sendiri sama hp?”

“yaa kan Mas udah bilang Mas lagi bales chat temen. dia butuh bantuannya Mas, ya Mas bantuin?” “abis itu Mas langsung ajak kamu ngobrol kan? tapi kamunya yang nanggepinnya ogah-ogahan”

“kok jadi aku sih?”

tanpa disadari ternyata mereka sudah sampai di area parkiran apartemennya seungcheol.

“yaudah Mas deh.. Mas yang salah kan? tadi Mas ga ngajak kamu ngobrol karena bantuin temen. Mas minta maaf ya”

entah kenapa jeonghan malah semakin kesal, rasanya seungcheol seperti menyindirnya.

“kamu nyindir aku?”

seungcheol menghela nafasnya pelan.

“yang.. udah. jangan marah-marah terus.. Mas beneran capek loh, Mas baru sampe eh kamunya kaya gini.”

jeonghan terdiam. dalam hati sangat kesal tapi ia juga kasihan pada seungcheol. namun rasa kesalnya lebih mendominasi.

“aku gini karena siapa coba?”

“yaudah Mas minta maaf.”

jeonghan lagi-lagi hanya diam. seungcheol pun akhirnya membuka pintu mobilnya, namun sebelum turun ia menoleh pada jeonghan yang masih tak menatapnya.

“Mas turun. kamu kalo lagi banyak pikiran mending tenangin diri dulu.. nanti malam kita ketemu lagi dirumah kamu, semoga suasana hati kamu udah membaik. makasih ya udah jemput Mas hari ini.” lalu seungcheol mengusap kepala jeonghan dengan lembut sebelum akhirnya ia turun.

seungcheol membuka bagasi dan mengambil kopernya. jeonghan masih tak bergeming, ia tetap diam tak menanggapi bahkan tak menoleh pada seungcheol.

seungcheol kembali menatap jeonghan dari luar mobil, mengetuk kaca jendela mobil hingga jeonghan menoleh dan menatapnya.

“Mas masuk dulu” “kamu hati-hati dijalan. kalo udah sampe kabarin Mas.”

jeonghan hanya menatapnya tanpa menjawab apapun. kemudian seungcheol masuk ke apartemennya bersamaan dengan jeonghan yang melesat keluar dari tempat itu menuju rumah orang tuanya. jeonghan akan menunggu seungcheol disana.

sore ini tidak begitu panas juga tidak mendung. orang-orang terlihat berlalu lalang seperti biasanya sore hari, entah itu pulang kerja, entah sekedar berjalan-jalan sore, ataupun bertemu teman atau kekasih. seperti soonyoung sore ini, berjalan-jalan ditaman yang tak jauh dari apartemennya, hanya bermaksud melepas penat dan menghirup udara sore hari.

beruntung hari ini ia libur, jadi soonyoung bisa healing time. biasanya dia cuma akan netflix-an dikamarnya atau jalan-jalan sendirian cari angin.

seperti sekarang dari sini dapat ia lihat sekumpulan anak SMA yang masih mengenakan seragam sedang duduk bercanda bersama teman-temannya. juga ada beberapa pasangan yang terlihat sedang berjalan bergandengan atau sekedar duduk bercerita dengan satu rangkulan tangan pada salah satunya. atau sebuah keluarga yang sedang membawa anak mereka jalan-jalan.

soonyoung suka dengan suasana ini, menghilangkan penat juga menghangatkan hati..

soonyoung berjongkok ketika ia melihat ada satu ekor kucing yang sangat lucu yang tiba-tiba ada didepannya. ia mengelus dan menggendong kucing itu seperti bayi. ya, soonyoung suka kucing hanya saja tidak ia pelihara. tinggal sendirian di apartemen, siapa yang akan menjaganya saat ia sibuk pikir soonyoung

“haiiii lucu banget sih kamu” soonyoung gemas, kucing itu benar-benar lucu “kok kucing selucu kamu sendirian sih?”

kemudian ia duduk di salah satu bangku kayu panjang yang ada di taman tersebut. masih sambil menggendong kucing itu.

“ih kamu beneran sendirian mbul disini? kasian banget siiih... ikut aku pulang mau ga mbul?” soonyoung cekikikan sendirian, ia menamai kucing itu sesukanya padahal bukan miliknya. ia juga tidak peduli pada pandangan aneh orang yang melihatnya berbicara dengan kucing seperti saat ini

“MIKO!”

soonyoung terkejut saat tiba-tiba ada orang yang berteriak dan mendekatinya.

“soonyoung?”

dan ternyata orang itu adalah...

“Mas wonwoo?”

soonyoung masih bingung sampai ia sadar bahwa yang wonwoo panggil tadi adalah si mbul, kucing yang saat ini ia gendong.

“ini kucingnya Mas wonwoo?”

“iya soonyoung.. miko?” wonwoo mengambil kucing itu dan menggendongnya, raut wajahnya tampak khawatir. “astaga soonyoung untung saja miko ada di kamu. saya pikir saya bakal kehilangan miko. makasih yaaa”

“miko? jadi mbul namanya miko?”

“mbul?”

“eh? ehehe maaf Mas aku iseng manggilnya mbul. abis gembul banget kucing kamu Mas. GEMES!” soonyoung mengelus sayang kepala si mbul. wonwoo hanya tersenyum melihat interaksi soonyoung dengan kucing kesayangannya.

“Mas.. aku boleh gendong mbul lagi ga?”

wonwoo terkekeh lalu memberikan kucingnya pada soonyoung.

setelah itu soonyoung kembali duduk di bangku taman tersebut diikuti oleh wonwoo yang mendudukkan diri disampingnya. pandangan wonwoo tidak lepas dari soonyoung yang sedang menimang kucingnya seperti bayi

gemes banget

soonyoung yang merasa diperhatikan pun menoleh ke arah wonwoo, dengan cepat wonwoo membuang muka, mencari apa saja untuk dilihat asal tidak ketahuan.

“Mas.. sebelumnya kita pernah ketemu gak sih?”

“kan sebelumnya ketemu di Rumah sakit sama mingyu?”

“ih bukan ituuu” soonyoung tampak berpikir, tentu saja dengan bibirnya yang ikutan manyun. wonwoo benar-benar menahan dirinya saat ini.

“taman rooftop rumah sakit” ujar wonwoo tiba-tiba.

“hah?”

“waktu itu kita ketemu di taman rooftop rumah sakit”

soonyoung masih diam, otaknya terus berputar memikirkan kapan tepatnya ia disana dan bertemu wonwoo. tangannya masih mengelus si mbul.

“waktu itu- maaf.. kamu lagi nangis? terus saya kasih kamu sapu tangan?”

“OH IYAAA!” soonyoung menepuk jidatnya “astaga Mas pantesan aku kaya pernah ketemu kamu, tapi beneran ga inget dimanaaa.. maaf yaaa”

wonwoo lagi-lagi terkekeh “gak papa soonyoung”

“tapi aku ga bawa sapu tangannya, udah aku cuciin. niatnya kalo ketemu mau aku balikin”

“kan saya udah bilang untuk kamu aja”

“yaaa jangan Mas. aku ga pake juga. sama Mas wonwoo pasti dipake terus kan? buktinya dibawa kemana-mana.” “oh ntar aku titipin mingyu aja deh—

“JANGAN!”

soonyoung kaget dengan jawaban spontan wonwoo

“eh maksudnya yaaa kamu balikin sendiri aja”

“kenapa Mas?”

“ya gakpapa”

soonyoung bingung tapi ia hanya mengangguk mengiyakan.

by the way mbul- eh miko umurnya berapa Mas?”

“gakpapa soonyoung, kamu boleh kok kalo mau panggil mbul”

soonyoung cengegesan

“uhm umurnya 2,5 tahun soon”

“ih tapi gembul bangetttt” soonyoung masih mengelus si kucing, kadang-kadang memainkan jarinya ataupun menciumnya gemas.

“tadinya kalo Mas ga dateng, udah aku bawa pulang nih si mbul. ya gak mbul?”

mereka lalu tertawa bersama

“kamu sendiri, suka kucing soon?”

“suka Mas!” jawab soonyoung antusias, namun tiba-tiba garis bibirnya turun “tapi adikku yang paling kecil alergi kucing, jadi aku gabisa melihara deh. sekarang juga pengen melihara tapi aku tinggal sendirian di apart. ntar siapa yang jagain?”

“kalo Mas wonwoo, suka kucing dari kapan?”

“dari kecil soon. saya anak satu-satunya dan ga ada temen mainnya, jadi waktu saya masih kecil saya mainnya sama kucingnya ibu. ibu saya suka kucing, sekeluarga juga suka. kalo lagi ngumpul dirumah oma, semua sepupuku pasti bawa kucing.”

“ih seru banget dong?!”

“iya seru. gak tau kenapa kami semua kesukaannya bisa sama gitu”

“terus kalo Mas wonwoo kerja, mbul siapa yang jagain?”

“ada ibu soon. ibu kan suka kucing”

“oh iya bener.. seru banget ih keluarga Mas wonwoo” ujar soonyoung antusias “kalo aku kapan-kapan mau main sama mbul, boleh ga Mas?”

boleh banget lah! “boleh soon.. kalo saya lagi gak disini, main kerumah aja.. ibu ada dirumah kok.” (baru kenal bos, udah maen kerumah aja)

“ga berani dong aku Mas”

“loh kenapa?”

“yaaa kan aku ga kenal sama ibu? sama kamu juga baru kenal? apaan sih soonyoung baru juga kenal sama Mas wonwoo udah sksd banget” soonyoung berbicara sendiri, wonwoo hanya tertawa melihatnya.

“ya kan gakpapa biar deket” ujar wonwoo

“biar apa gitu deket?”

“emangnya gak mau deket sama saya?”

“huh?” soonyoung bingung

“kan biar kita bisa jadi teman. saya mau berteman sama kamu, boleh?”

“ya boleh dong Mas ehehe.. kalo ga boleh ntar aku gaboleh main sama si mbul lagi”

“oh jadi mau temenan sama saya karena miko?”

“iya ehehehe”

wonwoo terkekeh, bisa-bisanya soonyoung malah menjawabnya seperti itu.

kemudian wonwoo menyodorkan ponselnya.

“kalau teman, harus punya kontaknya dong”

soonyoung hanya tertawa kecil lalu meraih ponsel wonwoo dan mengetik nomor ponselnya.

“kok pake emot harimau?” tanya wonwoo heran saat melihat soonyoung menamai kontaknya pakai emoticon harimau.

“ya gak papa Mas. selain suka kucing aku juga suka harimau! tapi kan harimau gak bisa dipelihara”

“bisa kok, kalo kamu mau ngurus ini-itu nya yang pasti ribet”

“iya tapi keluarga ku juga pasti ga ngizinin. lagian aku juga gak berani Mas! ngeri ih..”

wonwoo tertawa “ada-ada saja kamu soon”

“oh iya, Mas wonwoo udah lama kenal mingyu?”

“belum lama sih soon, saya berteman sama Mas cheol terus minta rekomendasi dokter untuk ibu, kebetulan kan Mas cheol adiknya dokter. yaudah kenalnya pas saya bawa ibu berobat, baru sebulanan juga kayaknya. kenapa soon?”

“gak papa Mas. kalian cocok eheheh”

wonwoo terdiam sesaat. “cocok gimana soon?”

“hahaha aku tau kali Mas kalo kalian lagi deket, semangat Mas wonwoo.. mingyu mah emang kaya buaya tapi anaknya baik kok”

wonwoo ingin menjawab namun tertahan karena tiba-tiba handphone soonyoung berdering, ada panggilan masuk. “eh bentar ya Mas” soonyoung pun langsung mengangkatnya.

“iya han?” “gue? lagi diluar nih cari angin. kenapa?” “mau ke apart? oh yaudah langsung aja, gue balik sekarang deh” “oke oke see you~”

soonyoung pun menutup panggilannya.

“Mas aku harus balik duluan deh kayaknya” soonyoung memberikan si kucing pada wonwoo “temenku mau ke apart, mau nginep. aku balik duluan gak papa?”

“gak papa kok soon. saya juga udah mau balik.. kamu kesini naik apa?”

“jalan kaki sih Mas.. apart ku gak jauh dari sini”

“saya anterin aja, biar sekalian?”

“emang ga ngerepotin?”

“engga. ayok”

“eh bentar Mas”

“kenapa soonyoung?”

“mau gendong mbul lagi ehehe”

wonwoo hanya terkekeh melihat tingkah laku soonyoung. ingin sekali mencubit pipinya yang gembil itu namun ia urungkan. takut soonyoung tidak nyaman. kemudian ia memberikan kucingnya untuk kembali digendong oleh soonyoung..

kemudian mereka berjalan berdampingan sebelum akhirnya meninggalkan taman bersamaan dengan langit malam yang sudah siap-siap akan menyapa..

“hey...” ujar seungcheol saat si kesayangan masuk ke dalam mobilnya

“hey Mas” sahut jeonghan setelahnya

“masih ngambek?”

jeonghan menggeleng pelan

“harusnya aku yang minta maaf sama kamu Mas.. aku- aku ga seharusnya marah sama kamu”

“tapi tapi kamu ngeselin! aku kesel huh” ujar jeonghan sambil mengerutkan keningnya dan bibir yang mengerucut lucu

seungcheol mengambil satu tangan jeonghan dan mengecup punggung tangan itu “Mas minta maaf ya sayang” lalu memandang sang kekasih dengan tatapan teduhnya

“huhh.. hiks” tiba-tiba jeonghan menangis

“sayang.. kok nangis?”

“aku kesel sama kamu!”

seungcheol menarik jeonghan kedalam dekapannya

“Mas minta maaf sayang, tadinya Mas cuma iseng tapi Mas isengnya gatau tempat ya sayang? maafin Mas ya?”

jeonghan mengangguk didalam dekapan seungcheol masih dengan isakannya

“sayang.. hey? sini liat Mas” seungcheol menarik dirinya agar bisa melihat si kesayangan. “kamu kenapa hmm? kenapa sampe nangis kaya gini?”

“aku cape banget Mas, kemarin aku operasi pasien yang aku yakinin bakal selamat dan ternyata aku gabisa nyelamatin pasien itu.. aku hiks aku merasa ga becus Mas”

“shhh udah udah” seungcheol mengecup puncak kepala jeonghan “gak sayang.. pacar Mas hebat! kamu udah melakukan yg terbaik, jadi jangan pernah merasa begitu hmm?”

jeonghan masih terisak

“Mas minta maaf ya sayang, disaat kaya gini Mas harusnya nyemangatin kamu tapi Mas malah bikin kamu kesel. maafin?”

jeonghan mengangguk sekali lagi dalam dekapan yang tersayang.

“sini Mas mau liat pacarnya Mas” jeonghan mendongak melihat seungcheol “jangan sedih lagi sayang, semuanya bukan salah kamu. semuanya udah takdir dari tuhan, kamu hanya perantara yang mencoba melakukan yang terbaik sebisa kamu, benar apa betul?”

jeonghan tidak bisa tertawa tapi malah terus mengeluarkan air matanya. seungcheol pun mengusap air mata jeonghan yang masih tidak berhenti.

“udah ya? jangan sedih lagi. Mas jadi susah mau ninggalin kamu kalo kamu kaya gini sayang”

jeonghan mengangguk lagi masih tidak menjawab

“maafin aku Mas”

“shhh udah. Mas yg salah. Mas yg minta maaf. mau maafin Mas?”

“iya aku maafin”

seungcheol lalu mencium kening si kesayangan..

lama mereka pada posisi itu, seungcheol masih memeluk kekasihnya dengan mengusap punggungnya naik turun, menenangkannya. setelah itu jeonghan pun sudah tidak menangis lagi, hanya tak mau melepaskan pelukannya dan seungcheol.

“uhm sayang.. Mas punya sesuatu buat kamu”

jeonghan melepaskan pelukan mereka dan menatap seungcheol bingung “apa Mas? kan tadi kamu udah ngirimin makanan buat aku sama anak-anak. kamu udah cukup ngasih akunya”

“yg ini special buat kamu dan aku”

“maksudnya Mas?”

seungcheol mengeluarkan sebuah kotak persegi dan membukanya. ia mengambil satu buah gelang berbahan tali dan memperlihatkannya pada jeonghan

“gelang?” tanya jeonghan

“hu'um.. siniin tangan kamu”

jeonghan menyodorkan tangannya dan langsung saja seungcheol memakaikan gelang tersebut pada tangannya.

“lucu banget Mas!!” ujar jeonghan antusias setelahnya, karena gelang tersebut ternyata sangat cantik ketika sudah dipakaikan pada tangannya. memang hanya gelang yang sederhana, tapi jeonghan suka..

“suka?”

jeonghan mengangguk antusias. seungcheol hanya tersenyum dan mengelus surai jeonghan dengan lembut.

“makasih ya Mas.. aku suka. sukaaa banget”

seungcheol tiba-tiba melipat lengan kemejanya sampai siku hingga memperlihatkan gelang yang sama sudah terpasang ditangannya sama persis seperti jeonghan. pamer sih ceritanya, jeonghan yang melihatnya pun terkejut

“Mas? kamu juga punya?”

“iyaaa.. lucu gak? gemes banget gak sih kita yang?”

jeonghan cekikikan

“dapet ide darimana sih Mas? berasa pacaran sama abege aku tuh”

“hehehe tapi kamu suka kan?”

jeonghan mengangguk mantap “banget! makasih ya Mas.. makasiiiih banget. aku gatau tapi... kamu selalu bisa bikin aku seneng, aku beruntung banget punya kamu Mas”

“sama-sama sayang. abis ini udahan ya sedihnya?”

“iya aku janji ga sedih lagi” ujar jeonghan dengan senyum lebarnya lalu kembali memeluk sang kekasih. jeonghan bahagia. bagi jeonghan, seungcheol adalah penyembuh dan penyemangatnya disetiap ia merasa sedih atau tertekan. jeonghan merasa sangat beruntung memiliki seungcheol dalam hidupnya, ia begitu menyayangi lelaki ini..

“yaudah sekarang Mas anter kamu pulang. malam ini kamu tidur, jangan mikirin lain-lain lagi. besok pagi Mas balik flight lagi.. kamu harus bisa jaga diri selama Mas gaada. dan jangan pernah nyimpan apapun sendiri! Mas ada, dan akan selalu ada untuk jeonghan kesayangan Mas”

jeonghan mengangguk masih dengan senyum yang tak luntur. kemudian mereka pun melesat pergi dari sana dan pulang. malam terasa begitu panjang bagi jeonghan, juga terasa begitu hangat.

seungcheol terkekeh saat membaca kembali chatnya bersama si kesayangan. seungcheol memang sedih karena besok ia akan kembali bertugas tapi jeonghan malah sedang sibuk-sibuknya, tapi ia tidak marah dan tidak akan mungkin marah pada jeonghan karena ia mengerti kondisi mereka yang sama-sama sibuk. ia cuma iseng saja ingin melihat respon jeonghan.

dan benar saja, jeonghan langsung menelfon seungcheol setelahnya. seungcheol membiarkannya beberapa detik sebelum ia mengangkat telfon dari si kesayangan..

”......”

hening

Mas?

”.......”

Mas cheol?

”.......”

Mas cheol jangan becanda ihhh

seungcheol cekikikan

“apasih”

ih bayi aku kok ngambek sih???

“siapa yg ngambek?”

ituu ituu.. kamu bales chat sama jawab aku singkat begitu

“biasa aja sih”

Mas jangan ngambek dong ih, ilang gantengnya

“biarin sih”

Mas kamu beneran ngambek?“ “masa kamu ngambek sih Mas?

“ga ngambek kok”

kan kaaan? kamu ngambek ini

“dibilang ga ngambek” jawab seungcheol dengan mati-matian menahan tawa

Mas sumpah aku lagi cape banget, masa kamu gitu doang marah sih?!

“kan udah aku bilang aku ga ngambek?”

yaudah terserah sih Mas, aku lagi cape banget! kerjaanku lagi banyak dan aku belum tidur udah 2 hari terus sekarang kamu ngambek, pusing aku Mas! terserah! kalo kamu mau marah yaudah silahkan!

“loh kok jadi kamu yg mara— tut tut tut panggilan terputus.

seungcheol bengong untuk beberapa saat..

'lah kenapa jeonghan jadi marah beneran sih? kan gue becanda doang?' ujar seungcheol dalam hatinya.

sudah hampir sebulan dan jihoon masih terus mengirimkan makanan untuk soonyoung, apakah itu makan siang atau cemilan malam. awalnya soonyoung tidak suka, ia rasa ini sedikit berlebihan dan hanya merepotkan saja. namun jihoon yang meyakinkannya bahwa ia dengan senang hati melakukannya.

dan selama hampir sebulan pula, hubungan mereka dirasa sedikit membaik (?) atau bahkan memang sudah membaik. jihoon memang belum melakukan aksi yang lebih, mereka masih ditahap bertukar kabar lewat chat dan jihoon yang rajin mengirimi soonyoung makanan.

jihoon belum berani untuk bertindak lebih dari itu, ia benar-benar mendekati soonyoung pelan-pelan dan tidak ingin membuat soonyoung tak nyaman dengan kehadirannya..

menjadi 'teman' hanya alasannya saja, karena jihoon pikir dengan cara inilah mereka bisa berdamai dan pelan-pelan membangun hubungan yang baru (seperti rencananya). dan jihoon benar-benar akan menggunakan kesempatan ini untuk menebus kesalahannya dimasa lalu

“ibu tunggu disini dulu ya, biar Mas aja yang kedalem nebus obatnya”

hari ini wonwoo kembali membawa ibunya check up dan tentu saja ditangani langsung oleh mingyu seperti 2 minggu yang lalu. satu minggu kedepan adalah hari liburnya dan tentu saja ia akan menggunakan kesempatan ini untuk beristirahat dirumah dan juga menjaga dan merawat sang ibu.

setelah selesai diperiksa, wonwoo hendak menebus obat untuk ibunya namun mengingat kondisi sang ibu yang kurang fit, maka wonwoo menyuruh ibunya menunggu dimobil saja.

kemudian wonwoo kembali ke dalam dan menebus obat di apotik yang tersedia dirumah sakit.

“Mas wonwoo”

“loh mingyu? kenapa disini? bukannya masih ada pasien ya?”

“udah beres kok Mas ehehe, jam segini biasanya aku udah tutup untuk konsultasi. udah sore juga kan.. kecuali kalo ada operasi baru deh lembur.”

“ah oke” wonwoo hanya mendengarkan mingyu yang tiada habisnya bercerita tentang kesehariannya, entah untuk apa mingyu memberitahunya semua itu ia juga tak tahu.

“pasti capek banget yaa” wonwoo melanjutkan

“lumayan sih tapi gapapa Mas aku seneng jalaninnya”

wonwoo hanya tersenyum dan mereka terus berbincang sembari menunggu obat selesai disiapkan, hingga samar-samar terdengar suara yang sedikit memekik dari kejauhan

“jen liat mingyu ga? mana sih tu anak ishh! dia udah janji mau nemenin gue pulang iniii” ya, itu soonyoung yang udah nyariin mingyu kemana-mana sambil mendumel kesal

“tuh..” jennie —salah satu dokter dirumah sakit itu— hanya menunjuk dengan dagu ke arah samping kiri mereka, tepat dimana mingyu dan wonwoo berada.

“woi nyong! sini, disini gue” sahut mingyu namun setelahnya ia sedikit berbisik pada wonwoo “Mas ini temenku pasti bakal ngomelin aku, jangan kaget ya kkkk anaknya emang kaya gitu” bisik mingyu dengan sedikit cekikikan

soonyoung pun menghampiri keduanya

“sumpah ya badan segede gini bisa-bisanya kalo ilang susah banget ketemunya hhhh” omel soonyoung setelahnya

“ya maap nyong lo marah-marah mulu ga jadi gemes deh”

“najis! enyah lo sana! batal deh batal udah males gue, mau pulang aja mau netflix-an”

“yaelah nyong gitu doang ngambek? gue traktir sour sally deh yayayaaa?” sahut mingyu dengan sedikit menggoyang-goyangkan lengan sahabatnya

soonyoung hanya memutar bola matanya malas sebelum berpindah pandang pada pria disamping mingyu dan. . . ia seperti tidak asing dengan pria ini bersamaan dengan wonwoo yang sedari tadi hanya diam memerhatikan soonyoung dengan semua tingkahnya

wonwoo tahu benar siapa orang ini, seseorang yang membuatnya sedikit penasaran beberapa minggu ini. pandangan mereka bertemu, mata keduanya terkunci pun hanya diam hingga membuat mingyu sedikit bingung

ehm..” mingyu berdeham, menyadarkan kedua orang didepan dari lamunan masing-masing “oh iya nyong kenalin ini Mas wonwoo, temen sesama pilotnya Mas cheol, ibunya pasien gue”

soonyoung hanya mengangguk pelan memberi salam pada pria didepannya. 'kok kaya ga asing ya?' gumamnya dalam hati, ia ingat seperti pernah bertemu dengan pria ini

“Wonwoo” wonwoo pun mengambil alih sesi perkenalan ini, ia tahu pria menggemaskan didepannya ini masih terlihat bingung

soonyoung pun menyambut baik tangan wonwoo “soonyoung” mereka bersalaman, mereka hanya tersenyum sesaat sebelum melepas tangan masing-masing

“ah.. uhm.. kalo gitu gue tunggu diruangan deh. kalian lanjut aja ngobrolnya” ujar soonyoung kemudian

“oke nyong, bentar ya.. tunggu aa gyu dengan sabar ya maniez”

“najis mingyu najis” soonyoung hendak pergi, tapi ia juga harus berpamitan dengan pria satunya “Mas saya duluan yaaa” sembari memberikan senyumnya sebelum meninggalkan mereka berdua

.

.

.

'dunia sempit banget, gue kira gue ga bakal ketemu lo lagi'