hari sudah semakin sore dan matahari juga tampak malu-malu bersembunyi dibalik awan. angin yang berhembus sedikit lebih dingin dari biasanya, tanda sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. sudah berapa helai rambut yang terus-terusan mengganggu penglihatannya, ia sampirkan ke balik telinga dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya memegang cup kopi yang sengaja ia bawa kesana, taman rooftop rumah sakit, untuk sedikit menghilangkan penat dengan memandang hiruk-pikuk perkotaan dari atas sana ditemani cuaca yang menjadi favorit setiap orang.
tempat ini, tempat yang sebenarnya hanya mengingatkannya pada satu orang. tempat ini, tempat yang menjadi saksi dari ungkapan cinta kedua insan yang tengah dimabuk asmara pada waktu itu. dan sekarang tempat ini juga, kembali menjadi saksi bagaimana seseorang sedang berdiri dengan pandangan kosong, seperti menerawang menembus awan, meminta perhatian bahwa dirinya sedang bersedih, hatinya benar-benar patah dan langit seperti ikut bersedih bersamanya.
jeonghan, lagi-lagi menangis tanpa suara..
***
“han?”
jeonghan yang mendengar seseorang memanggilnya langsung menghapus air matanya tanpa merubah sedikitpun pergerakan tubuhnya. lalu ia menoleh ke sumber suara, dan orang itu adalah...
“mingyu?”
mingyu hanya tersenyum dan menghampiri jeonghan.
“kok lo tau gue disini?”
mingyu terkekeh “ya tau. lo akhir-akhir ini tuh terlalu memforsir kerja, gue tau lo stress banget pasti..
dan ini kan tempat kita bertiga kalo lagi stress dan penat banget.”
“ahh iya bener.” jeonghan hanya tersenyum setelahnya
suasana hening sesaat
“lo kenapa lagi?”
“huh? gak.. gak papa kok. cuma penat aja, cuaca juga lagi bagus. jarang-jarang jam segini bisa duduk disini. biasanya panas banget kan?”
“iyasih.. hari ini mendung yaaa” sahut mingyu dengan pandangannya lurus menatap ke awan.
“lo sendiri kenapa belum pulang gyu?”
“ah iya, ini.. tadi Prof. Jae minta tolong gue ke rumah kerabatnya gitu. kayanya pasien komplikasi deh. gue mau ajakin lo, lo temenin gue ya?”
“dimana gyu?”
“gak jauh kok, deket apart gue juga”
“uhm.. okay. berangkat sekarang?”
“kalo lo bisa sekarang ya sekarang han. biar ga kemaleman juga.
lo bawa mobil ga?”
“kebetulan ga bawa sih, lagi mager nyetir gue. yaudah gue ambil tas dulu ya”
“okay.. gue tunggu dimobil ya”
***
“terima kasih dok sudah berkunjung.”
“sama-sama bu. bapak tidak apa apa itu, hanya butuh istirahat yang cukup dan jangan terlalu lelah. saya sudah resepkan beberapa obat dan ada vitamin juga, langsung ditebus ya bu supaya bapak bisa minum nanti selepas makan.”
“baik dok. sekali lagi terima kasih ya dok”
mingyu dan jeonghan hanya mengangguk “baik kalau begitu kami permisi dulu bu.”
“baik dok” wanita paruh baya itu mengantar jeonghan dan mingyu sampai ke depan rumah. namun heran saat tak menemukan kendaraan apapun disana.
“loh dokter kesini naik apa?” tanya wanita paruh baya tersebut.
“kita jalan kaki bu, apart saya pas banget diujung jalan dekat komplek sini. sekalian kami mau makan direstoran jepang didepan sana jadi saya ga bawa kendaraan”
“oh begitu. gimana kalo dianter supir saya aja?”
“gak usah bu gak papa. kita emang pengen sambil jalan-jalan juga. kita permisi ya bu”
wanita itu hanya mengangguk dan setelahnya mingyu dan jeonghan pergi dari sana.
suasana hati jeonghan masih saja terlihat suram. mingyu hanya menatapnya dengan kasihan. namun tak lama setelahnya hujan turun dengan begitu deras. mereka yang kaget langsung berlari menuju halte bis didepan jalan.
“yah gyu.. hujan nih gimana?
baju gue basah semua ini”
“yaudah ke apart gue aja dulu yuk, lo ganti baju dulu”
“ke apart lo makin basah dong kita”
“ya jadi mau kemana? ga mungkin kita ke resto ramen dengan basah kuyup gini”
“ih lo mah.. udah gue bilang tadi bawa mobil aja malah mau jalan kaki”
mingyu hanya tertawa melihat jeonghan saat ini, kemudian ia menarik tangan jeonghan dan kembali berlari menuju apartemennya yang letaknya tak jauh dari sana.
tak lama keduanya tiba didepan unit mingyu berada, mereka benar-benar kuyup saat ini. seketika jeonghan teringat pada seseorang yang sudah hampir sebulan ini mengganggu pikirannya. apakah dia akan bertemu orang itu sebentar lagi?
mingyu membuka pintu unitnya dan masuk, sedangkan jeonghan masih diam tak bergeming didepan pintu.
“han? ayo masuk”
jeonghan hanya diam menatap mingyu penuh ragu. seketika ekspresi mingyu berubah dingin.
“dia gak ada.”
“hah?”
“lo takut ketemu Mas cheol kan? dia gak ada.” ucap mingyu sedikit dingin.
lalu mingyu masuk dan meninggalkan jeonghan disana. jeonghan terlihat masih bingung. 'ah mungkin dia ada flight' pikirnya. setelahnya ia pun melangkahkan kakinya masuk ke dalam.
dan.. sepi.
itu yang jeonghan rasakan saat ia masuk.
setelah selesai mandi dan mengganti bajunya, mingyu keluar dari kamarnya membawa kemeja dan celana serta dalaman —yang masih baru— untuk jeonghan pakai. tentu saja kemeja itu akan kebesaran saat jeonghan memakainya. jeonghan pun membersihkan dirinya dan mengganti bajunya.
mingyu sedang menyeduh dua gelas coklat hangat saat jeonghan sudah mendudukkan dirinya di sofa ruang tengah itu. ia hanya tersenyum geli melihat jeonghan yang tenggelam dibalik kemejanya.
“kegedean gyu hehe” ucap jeonghan saat menyadari mingyu menertawainya.
mingyu pun duduk disampingnya dan memberikan satu cangkirnya pada jeonghan. “nih.. diminum dulu.”
keduanya menyesap coklat panas dalam diam.
“han..”
jeonghan menoleh
“Mas cheol udah gak di jakarta.”
“ohh”
“maksud gue.. dia udah ga tinggal di jakarta lagi. ga tinggal di apart ini lagi. dia pindah tinggal sama ayah bunda di jogja.”
Deg
jeonghan terdiam. hal yang barusan ia dengar benar-benar memperburuk suasana hatinya. matanya kembali berkaca-kaca.
“han..” mingyu mengambil tangan jeonghan untuk ia genggam. “lupain aja ya. pelan-pelan. gue bantu..”
jeonghan masih tak bergeming
“han gue bener-bener ga tahan liat lo kaya gini terus.”
air mata jeonghan pun lolos, ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
“Shit! Mas cheol brengsek”
jeonghan mengangkat pandangannya menatap mingyu, terkejut “mingyu?!”
“apa? lo mau bela Mas cheol lagi?”
“dia gak brengsek! gue yang brengsek” dan jeonghan menangis sejadi-jadinya.
“han.. please—
“engga gyu, gue—” jeonghan menunjuk dirinya sendiri “gue yang jahat sama dia.”
mingyu tidak tahan melihatnya, ia pun menarik jeonghan kedalam dekapannya. ini yang paling ia benci, jeonghan selalu saja berakhir menangis seperti ini kalau sudah membahas tentang seungcheol.
“gyu hiks gue juga cape hiks kaya gini terus”
“sshh han..” mingyu menjauhkan dirinya untuk menatap wajah jeonghan, ia tangkup wajah itu dengan kedua tangannya dan ia usap air mata yang masih saja mengalir itu. “udah ya. lupain pelan-pelan, lo pasti bisa. gue bantu, ya? gue bakal buat lo lebih bahagia setelah ini, okay?”
jeonghan tak menjawab. tangisnya sudah mereda hanya saja air matanya masih sesekali mengalir.
“udah yaa.. udah” mingyu kembali menghapus air mata itu. pandangan mereka bertemu. mereka saling menatap cukup lama. tanpa sadar ada salah satu yang mengikis jarak diantara mereka. sedikit lagi mungkin tak berjarak kalau bukan karena ponsel jeonghan yang tiba-tiba berdering hingga membuat jeonghan sadar dan menarik dirinya cepat.
“h-han.. sorry”
“it's okay gyu.
gue mau pulang. hujannya udah reda.”
“ah iya bentar gue ambil kunci mobil dulu—
“gak usah gyu. gue pulang sendiri aja.”
mingyu tahu, jeonghan berusaha menghindarinya. dan mingyu akan membiarkannya dulu.
“ya udah tapi hati-hati yaa.. kabarin gue kalo lo udah sampe rumah.”
jeonghan hanya mengangguk dan mengambil tasnya yang ia letakkan di meja dekat pintu utama. lalu ia berpamitan singkat dan melesat keluar dari sana. meninggalkan mingyu yang mengusak rambutnya dengan kasar. ia takut jeonghan akan risih dengannya setelah ini..