Story

Jeonghan memeriksa arlojinya lekat dengan senyuman yang terus menghiasi wajah lelahnya sejak tadi.

1 jam lagi.. Ia akan bertemu dengan keluarga Seungcheol.

Akhir-akhir ini, pekerjaannya begitu menyita perhatiannya. Ia lelah. Ia lelah karena semakin hati, pekerjaannya seakan terus mengejarnya tanpa henti.

Ajaibnya, pertemuan 1 jam lagi membuat kelelahannya menipis seketika.

Sejak kemarin, ia begitu senang saat mas Seungcheol nya memberitahunya bahwa bundanya ingin menemuinya. Jujur saja, sejak kemarin, ia telah sibuk menyiapkan setelan yang akan ia pakai ke apartement mas nya nanti. Ia ingin terlihat sebagai calon menantu yang baik di depan calon mertuanya?

Yap, first impression. Ia harus terlihat sangat sangat sangat baik, bukan?

Ia kembali tersenyum saat jam kerjanya akhirnya selesai. Ia segera merapikan barangnya dengan senyumnya yang terus mengembang.

Dengan riang, ia menyapa setiap pasien, perawat, serta para dokter yang ia temui di setiap langkahnya.

Ia tersenyum lega saat akhirnya dapat memasuki mobilnya kembali. Ia ingin segera bersiap-siap untuk pergi ke apartement kekasihnya dan menemui keluarganya.

Ah..memikirkannya saja membuatnya begitu senang walaupun rasa gugup kian menyelimutinya sejak tadi.

“Keep calm, han.. Lo cuma perlu jadi diri lo apa adanya di depan mereka.” Gumamnya menatap pantulan wajahnya yang tersenyum, mengumpulkan kepercayaan dirinya di depan cermin di dalam mobilnya.

Namun sepertinya, harapannya sirna saat dering telefon menghentikan tangannya guna menghidupkan mobilnya.

“Iya, dok?”

“Apa? Baik, kebetulan saya masih di parkiran.”

“Saya akan segera ke sana.”

Tanpa memikirkan hal lain, Jeonghan segera keluar dari mobilnya, ia berlari, menuntun langkahnya kembali memasuki rumah sakit yang entah sejak kapan terlihat begitu penuh dengan orang-orang yang berlalu lalang. Tanpa memedulikan semua barangnya yang tertinggal di dalam mobilnya pula.

Sepersekian detik sebelumnya, dokter Irwan menelponnya bahwa ada suatu kecelakaan yang mengharuskan dokter di bidangnya harus bekerja ekstra. Terlebih, ada beberapa dokter yang mengambil cuti. Ini juga menjadi alasan kesibukannya akhir-akhir ini.

Demi tugas yang mulia.. Demi sumpahnya yang harus menyelamatkan nyawa jika masih bisa.. Hanya itulah yang terdapat dalam benaknya saat ini.

Ia menghentikan langkahnya saat melihat kepanikan orang-orang berlalu lalang yang terdapat di sana.

Tubuhnya sedikit gemetar saat melihat pasien-pasien korban kecelakaan yang baru saja datang dengan noda merah segar yang membalurinya.

Tak ada tawa..

Tak ada senyum..

Yang tersisa hanyalah tangisan-tangisan pilu yang mulai terdengar memenuhi lorong demi lorong rumah sakit..

Kecelakaan beruntun..

Bukan satu orang saja yang harus diselamatkan..

Bukan satu orang saja yang harus diberi pertolongan..

Malam ini akan menjadi malam yang begitu panjang..


Benar saja, ia harus menghabiskan malamnya guna menyelamatkan nyawa. Ia bahkan rela menambah shiftnya hingga matahari mulai memunculkan sinarnya.

Tubuhnya mulai gemetar akibat kelelahan yang ditahannya sejak kemarin pagi.

“Han, pulang dulu deh lo.. Ini badan lo keliatan banget capeknya.” Ujar Soonyoung saat melihat sahabatnya yang terduduk lemas di depan ruang IGD.

Jeonghan mengangguk. Soonyoung benar, ia juga butuh istirahat.

“He'em, bentar lagi gue cabut.” Jawabnya dengan nada yang begitu lesu.

Sungguh, ia mungkin akan sepenuhnya tumbang jika masih tetap kekeuh berada disana.

Ia melangkah gontai dengan senyum yang masih ia lukiskan menuju parkiran. Berusaha terlihat baik-baik saja pada setiap orang yang dilewatinya.

Ia menghela nafasnya saat telah duduk di belakang kemudi mobilnya. Ia bersender sesaat, memejamkan matanya mencari ketenangan.

Sepersekian detik selanjutnya..

Netranya beralih pada benda pipih yang ternyata tertinggal di sana sejak kemarin, ia meraihnya dan matanya pun sontak terbelalak tatkala melihat rentetan pesan serta panggilan tak terjawab.

Jantungnya berdegup kencang saat menyadari kesalahan yang baru saja ia lakukan.

Ia melupakan janji yang telah ia buat.

Lagi-lagi, ia mengecewakan orang yang ia sayang.