“Mas.. masuk masuk” ini jihoon yang membukakan pintu untuk seungcheol.
sebelumnya seungcheol menghubunginya dan menanyakan keberadaan jihoon —yang saat ini sedang bekerja di studionya— dan langsung datang menghampiri jihoon.
“Mas kusut banget muka lo, kenapa?” “oh iya ini anak-anak juga pada mau kemari, gak papa ya?” tanya jihoon meminta ijin, karena yang dilihatnya, seungcheol benar-benar sedang dalam suasana hati yang berantakan saat ini.
“lo punya bir ga?”
“ada Mas dikulkas. lo mau mabuk Mas? please lebih baik cerita ke kita aja daripada mabuk. lo baru sembuh” ujar jihoon sedikit khawatir.
“gakpapa ji, gue minta ya. ntar gue ganti bir di kulkas lo.”
“yaa oke sih gue ga nolak.” jihoon mencoba mencairkan suasana yang bahkan tak digubris oleh seungcheol.
seungcheol mendudukkan dirinya disalah satu sofa distudio tempat jihoon bekerja, lalu membuka kulkas kecil yang terletak persis disamping sofa tempat ia duduk. hari sudah malam dan hampir larut. jadi sekarang hanya ada mereka berdua disana. tak lama setelahnya juga seokmin dan minghao datang membawa beberapa makanan pesanan jihoon dan milik mereka sendiri. mereka memang lebih sering menghabiskan waktu di studio jihoon kalau sedang gabut. sedangkan mingyu sudah ijin akan telat sampai kesana.
seokmin sedikit terkejut melihat seungcheol yang sudah mabuk dengan beberapa kaleng kosong didepannya.
“koh temen lu galau tuh, udah habis 4 kaleng” bisik jihoon pada minghao yang tak lain adalah sepupunya.
“cheol..” seokmin menepuk pundak seungcheol sedikit kuat. “kenapa lo? berantem lagi sama pacar lo?”
yang ditanya hanya mengangguk lemah dan berulang-ulang. khas orang mabuk.
“gue bingung.” ungkap seungcheol lalu tertawa kecil, tak lama kemudian ia menangis.
“lah serem banget” ujar seokmin “jangan-jangan kesurupan nih si cheol? wey keluar ga lo?” lanjutnya dengan memegangi kepala seungcheol yang dihadiahi pukulan oleh minghao pada kepalanya.
“goblok!” ujar minghao gemas
jihoon hanya menggelengkan kepalanya lalu mendudukkan dirinya disamping seungcheol.
“Mas lo bingung kenapa?”
seungcheol yang tertunduk kemudian mengangkat kepalanya, memandang teman-temannya dengan mata menyipit, lalu ia tertawa pelan “gue berantem... sama jeonghan hahahaha hiks” ucapnya dengan perubahan emosi yang berganti dengan mudahnya sepersekian detik. ia sudah benar-benar mabuk saat ini.
“kali ini apa masalahnya?” tanya minghao
“kemaren bunda... kemari teterus gue sen..neng bangetttt karena mau ngenalin jeonghan ke bundaa” seungcheol menarik ingusnya. “tapi jeonghan bahkan ga dateng, padahal bunda udah nungguin.”
seungcheol pun menceritakan semua yang terjadi mulai dari tadi malam hingga pertengkarannya barusan dengan jeonghan via imess tanpa satupun yang tertinggal. walaupun sedikit lelah mendengarkan ucapan orang mabuk yang tidak jarang membuat teman-temannya bingung dan melewatkan satu kata yang tak terdengar jelas. tapi mereka mengerti keseluruhan ceritanya.
“gue sayang banget sama dia ji... seok... hao” ujar seungcheol sambil menatap satu persatu sahabatnya. “tapi hahahaha—” ia tertawa dengan begitu pilu “gampang bbbanget ddia ngomong putus setelah semua yang udah kita lewatin” lanjutnya dan ada nada kesal dan kecewa dalam setiap ungkapannya. emosi masih membalut dirinya.
jihoon hanya menepuk pundak sahabatnya. “sabar Mas. kalian lagi sama-sama emosi. udah bener kok lo minta waktu buat sendiri dulu, kalian harus nenangin pikiran kalian. dan bicarain ini kalo udah tenang”
“bener tuh kata bebeb uji” seokmin mengangguk mantap tanda setuju yang dihadiahi tatapan sinis jihoon.
“tapi lo harus dengerin penjelasan jeonghan juga cheol” tambah minghao. “pasti dia punya alesan yang bikin dia gabisa milih”
seungcheol diam setelahnya. ia semakin bingung.
tapi bayangan soal bundanya yang menunggu untuk bertemu kekasihnya dengan antusias dan memasak banyak, juga dirinya yang diabaikan jeonghan malam ini tanpa kabar membuat seungcheol tidak dapat menyembunyikan rasa kecewanya.
apa memberi kabar pun tidak sempat?
ia akan mengerti jika jeonghan tidak bisa, tidak harus mengiyakan semua ajakannya dengan gampang namun mengingkari semuanya juga dengan segampang itu.
“entahlah. gue capek. dipikir-pikir hubungan gue sama dia belakangan kaya gaada titik temunya.” ujar seungcheol dengan raut wajah begitu lelah.
“pokoknya omongin semuanya baik-baik cheol. keputusan yang diambil pas lagi emosi pasti berujung bikin lo nyesel. selesaikan pake kepala dingin.” ujar seokmin kemudian yang mendapat tatapan tak percaya dari minghao dan jihoon. 'bisa bijak juga si kampret' batin keduanya.
seungcheol hanya mendengus dan kembali meneguk kaleng bir kelimanya.
temannya hanya bisa membiarkan. mereka hanya mencoba mengerti seungcheol untuk malam ini. mungkin dengan begini seungcheol akan sedikit lebih baik —walaupun tidak semudah itu— mereka tidak akan melarang dan membiarkan itu semua. hanya untuk malam ini.