jeongcheolpride

Tentang Dia dan Sejuta Kenangan

Jigeum i mari Uriga dashi Shijakhajaneun geon anya Geujeo neoye Namaitdeon gieokdeuri Tteoollasseul ppuniya

Apa yang aku katakan sekarang Bukan berarti bahwa Kita memulai lagi Aku hanya membawa kembali Yang tersisa Kenangan kamu

_________________

“Lembur lagi bang?” “Iya nih gyu, kerjaan banyak banget. Lo udah mau balik?” “Iya, udah kelar ini kerjaan gue. Duluan ya bang” “Iya gyu, hati hati lo” “Sip bang, jangan malem malem lo juga”

Seperti biasanya seungcheol harus dihadapkan dengan pekerjaan yang begitu banyak. Pekerjaan ini yang mengharuskannya untuk dapat pulang lebih larut dari jam normal orang bekerja. Atau dapat disebut lembur.

Namun hari ini berbeda dengan hari biasanya. Biasanya ada mingyu akan bekerja lembur bersama dengannya tetapi untuk hari ini hanya dia seorang yang akan mengerjakan pekerjaan sampai larut malam. Fyi aja, mingyu itu juniornya di kantor ini.

Belakangan ini memang seungcheol banyak disibukkan dengan berbagai macam pekerjaan. Atasannya mempercayakan ia untuk menghandle semua keinginan client karena ia memang ahli di bidang tersebut.

Tidak lama kemudian, seungcheol berkutat dengan komputernya. Berharap pekerjaannya akan cepat terselesaikan agar dia bisa pulang dan beristirahat secepatnya. Karena besok pagi ia pun harus bertemu dengan client untuk berdiskusi tentang proyek terbaru.

“Sumpah, gak selesai selesai dah nih kerjaan. Gue udah ngantuk banget lagi, kalo gak kelar nanti gue diomelin bos besok. Aduh sialan emang. Ini komputer juga gabisa diajak kerja sama dah, lemot banget gini”

Saat sedang menunggu komputernya untuk merespon kembali. Dengan iseng seungcheol membuka file file yang ada di handphone nya itu. Barangkali ada yang seru jadi gak ngantuk lagi kan. Pikirnya seperti itu

“Cheol pegangin aku takut jatoh” “Hahahaha, manja kamu. Masa gabisa sendiri” “Ih yaudah kalo gitu” “Idih gitu aja ngambek” “Ya makanya pegangin” “Iya iya ini dipegangin”

Next video

“Selamat pagi cheol, bangun yuk. Kamu kerja kan ini udah jam 7” “Sebentar han, 5 menit lagi aku bangun deh. Kamu sini dulu aku mau peluk” “Ih buruan, nanti telat loh” “Gapapa telat” “Ih ngeyel kalo dibilangin” “Han kamu tau ga?” “Tau apa?” “Kamu tuh cantik kalau baru bangun dan mau tidur” “Loh kenapa gitu? Jadi kalo siang siang atau sore sore aku gak cantik?” “Ya enggak gitu, aku gatau pokoknya aku suka mata kamu kalau lagi bangunin aku ngucapin selamat pagi sama kalo mau bobo terus ngucapin selamat malem” “Hahahahahaha iyadeh apa kata kamu aja, yaudah buruan udah 5 menit nih” “Kamu mah gabisa banget diromantisin” “Bukan gitu, nanti telat kamu yang ngedumel sama aku ish” “Iya iya ini aku mandi”

Next video

“Kamu mau aku nyanyiin lagu gak han?” “Hah? Engga deh cheol makasih” “Dih, diromantisin kok gamau” “Ya gausah, suara mu jelek gitu bikin aku pusing adanya” “Yeh malah ngatain” “Aku gak ngatain sih, faktaaa” “Yaudah kalo gitu” “Idih ngambeknya jelek seungcheol” “Siapa yang ngambek?” “Loh itu kamu, mukamu di tekuk gitu” “Gak sih, orang aku gak ngambek” “Sini deh cheol, deketan sama aku sini sebentar” “Gaah, gamau” “Sini sebentar aku cuma mau cium, mau gak?” “Hehehe mau” Cup “Lagi yang” “Gaah udah sekali aja” “Lagi yang ih, ayoo lagi” Cup “Udah ah aku mau masak buat makan malem nanti” “Ahahahaha gitu dong, aku ngambek terus deh biar bisa dicium sama kamu” Lalu terdengar tawa keduanya yang bersumber dari benda pipih tersebut.

Tidak berselang lama setelah itu terdengar suara tangisan pemuda bernama seungcheol itu yang begitu sesak.

“Han aku kangen, kangen banget sama kamu. Sampe gak tau harus ngapain” Gumam pemuda itu.

Ini bukan kali pertamanya ia meluapkan emosinya dengan menangis. Sudah menjadi kebiasaan seungcheol untuk menangisi si dia yang masih dicintainya sampai sekarang.

Seungcheol mengingat ngingat bagaimana si dia memprioritaskan seungcheol dibanding dirinya sendiri. Mata cantiknya yang membuat seungcheol jatuh cinta setiap harinya. Si dia sudah delapan tahun menemani seungcheol dalam suka dan duka.

Seungcheol masih mencintainya. Sampai detik ini pun rasa cintanya tidak ada yang berkurang sedikitpun. Namun apa boleh buat? semua ini sudah terjadi kan?

Begitulah Seungcheol yang sekarang hidup dengan bayang-bayang si dia. Si dia yang sangat Seungcheol sayang, si dia yang membuat Seungcheol bisa ada di titik rapuh seperti ini.

Kadang ada perasaan ingin menghubungi si dia. Ingin mengatakan pada si dia bahwa dia tidak bisa hidup tanpa nya, dia yang kehilangan arah semenjak ditinggal olehnya.

Namun, tidak peduli seberapa besar Seungcheol menginginkan Jeonghan kembali. Jeonghan sekarang hanyalah film masa lalu.Itu sudah berakhir. Dia tahu. published with write.as

Tentang Dia dan Sejuta Kenangan

Jigeum i mari Uriga dashi Shijakhajaneun geon anya Geujeo neoye Namaitdeon gieokdeuri Tteoollasseul ppuniya

Apa yang aku katakan sekarang Bukan berarti bahwa Kita memulai lagi Aku hanya membawa kembali Yang tersisa Kenangan kamu

_________________

“Lembur lagi bang?” “Iya nih gyu, kerjaan banyak banget. Lo udah mau balik?” “Iya, udah kelar ini kerjaan gue. Duluan ya bang” “Iya gyu, hati hati lo” “Sip bang, jangan malem malem lo juga”

Seperti biasanya seungcheol harus dihadapkan dengan pekerjaan yang begitu banyak. Pekerjaan ini yang mengharuskannya untuk dapat pulang lebih larut dari jam normal orang bekerja. Atau dapat disebut lembur.

Namun hari ini berbeda dengan hari biasanya. Biasanya ada mingyu akan bekerja lembur bersama dengannya tetapi untuk hari ini hanya dia seorang yang akan mengerjakan pekerjaan sampai larut malam. Fyi aja, mingyu itu juniornya di kantor ini.

Belakangan ini memang seungcheol banyak disibukkan dengan berbagai macam pekerjaan. Atasannya mempercayakan ia untuk menghandle semua keinginan client karena ia memang ahli di bidang tersebut.

Tidak lama kemudian, seungcheol berkutat dengan komputernya. Berharap pekerjaannya akan cepat terselesaikan agar dia bisa pulang dan beristirahat secepatnya. Karena besok pagi ia pun harus bertemu dengan client untuk berdiskusi tentang proyek terbaru.

“Sumpah, gak selesai selesai dah nih kerjaan. Gue udah ngantuk banget lagi, kalo gak kelar nanti gue diomelin bos besok. Aduh sialan emang. Ini komputer juga gabisa diajak kerja sama dah, lemot banget gini”

Saat sedang menunggu komputernya untuk merespon kembali. Dengan iseng seungcheol membuka file file yang ada di handphone nya itu. Barangkali ada yang seru jadi gak ngantuk lagi kan. Pikirnya seperti itu

“Cheol pegangin aku takut jatoh” “Hahahaha, manja kamu. Masa gabisa sendiri” “Ih yaudah kalo gitu” “Idih gitu aja ngambek” “Ya makanya pegangin” “Iya iya ini dipegangin”

Next video

“Selamat pagi cheol, bangun yuk. Kamu kerja kan ini udah jam 7” “Sebentar han, 5 menit lagi aku bangun deh. Kamu sini dulu aku mau peluk” “Ih buruan, nanti telat loh” “Gapapa telat” “Ih ngeyel kalo dibilangin” “Han kamu tau ga?” “Tau apa?” “Kamu tuh cantik kalau baru bangun dan mau tidur” “Loh kenapa gitu? Jadi kalo siang siang atau sore sore aku gak cantik?” “Ya enggak gitu, aku gatau pokoknya aku suka mata kamu kalau lagi bangunin aku ngucapin selamat pagi sama kalo mau bobo terus ngucapin selamat malem” “Hahahahahaha iyadeh apa kata kamu aja, yaudah buruan udah 5 menit nih” “Kamu mah gabisa banget diromantisin” “Bukan gitu, nanti telat kamu yang ngedumel sama aku ish” “Iya iya ini aku mandi”

Next video

“Kamu mau aku nyanyiin lagu gak han?” “Hah? Engga deh cheol makasih” “Dih, diromantisin kok gamau” “Ya gausah, suara mu jelek gitu bikin aku pusing adanya” “Yeh malah ngatain” “Aku gak ngatain sih, faktaaa” “Yaudah kalo gitu” “Idih ngambeknya jelek seungcheol” “Siapa yang ngambek?” “Loh itu kamu, mukamu di tekuk gitu” “Gak sih, orang aku gak ngambek” “Sini deh cheol, deketan sama aku sini sebentar” “Gaah, gamau” “Sini sebentar aku cuma mau cium, mau gak?” “Hehehe mau” Cup “Lagi yang” “Gaah udah sekali aja” “Lagi yang ih, ayoo lagi” Cup “Udah ah aku mau masak buat makan malem nanti” “Ahahahaha gitu dong, aku ngambek terus deh biar bisa dicium sama kamu” Lalu terdengar tawa keduanya yang bersumber dari benda pipih tersebut.

Tidak berselang lama setelah itu terdengar suara tangisan pemuda bernama seungcheol itu yang begitu sesak.

“Han aku kangen, kangen banget sama kamu. Sampe gak tau harus ngapain” Gumam pemuda itu.

Ini bukan kali pertamanya ia meluapkan emosinya dengan menangis. Sudah menjadi kebiasaan seungcheol untuk menangisi si dia yang masih dicintainya sampai sekarang.

Seungcheol mengingat ngingat bagaimana si dia memprioritaskan seungcheol dibanding dirinya sendiri. Mata cantiknya yang membuat seungcheol jatuh cinta setiap harinya. Si dia sudah delapan tahun menemani seungcheol dalam suka dan duka.

Seungcheol masih mencintainya. Sampai detik ini pun rasa cintanya tidak ada yang berkurang sedikitpun. Namun apa boleh buat? semua ini sudah terjadi kan?

Begitulah Seungcheol yang sekarang hidup dengan bayang-bayang si dia. Si dia yang sangat Seungcheol sayang, si dia yang membuat Seungcheol bisa ada di titik rapuh seperti ini.

Kadang ada perasaan ingin menghubungi si dia. Ingin mengatakan pada si dia bahwa dia tidak bisa hidup tanpa nya, dia yang kehilangan arah semenjak ditinggal olehnya.

Namun, tidak peduli seberapa besar Seungcheol menginginkan Jeonghan kembali. Jeonghan sekarang hanyalah film masa lalu.Itu sudah berakhir. Dia tahu. published with write.as

seungcheol sudah selesai bersih-bersih dan sekedar bersantai di balkon kamar hotelnya. sebentar lagi waktunya ia tidur. namun dalam sekejap mata seungcheol wajah seungcheol tampak murung kembali. mingyu dan sikapnya benar-benar membuat ia lelah, sudah cukup sabar seungcheol selama ini menghadapi sikap adiknya.

lalu sebuah pesan masuk setelahnya yang membuat seungcheol hanya menghela nafasnya pelan dan menatap seseorang yang sedang melambaikan tangannya dari arah kolam renang. seungcheol hanya balas tersenyum dan bangkit untuk menghampiri orang itu.

seungcheol yang tadinya sudah memakai piyama pun hanya memakai jaket sebagai atasan karena malam sudah semakin larut. dari kejauhan tampak jisoo —seseorang yang mengiriminya pesan tadi— sedang duduk dipinggir kolam dan mengayun-ayunkan kakinya ke air. jisoo lalu bangkit dan tersenyum begitu hangat saat melihat seungcheol menghampirinya.

“Mas..”

seungcheol hanya tersenyum. “udah malam kenapa kamu malah disini? ntar sakit loh.”

jisoo hanya tersenyum menanggapi lalu menarik seungcheol untuk duduk disalah di kursi yang tersedia disana.

“kamu udah mau tidur Mas?”

senyum seungcheol memudar seketika.

“tadinya..”

jisoo menatap seungcheol dengan perasaan khawatir. “ kamu kenapa Mas?”

seungcheol menghela napasnya sejenak.

“mingyu, soo.”

jisoo tau, mingyu adalah salah satu topik sensitif bagi seungcheol. jisoo tau seberapa rindunya pria disampingnya ini pada adik satu-satunya itu. walaupun sebenarnya ia tak tahu dengan pasti apa penyebab renggangnya hubungan kakak-beradik itu.

jisoo mengusap lengan seungcheol berusaha menenangkan. “kamu tau kamu bisa cerita apapun itu sama aku, Mas.” ucapnya sambil tersenyum hangat. “mau cerita?”

seungcheol mengangguk. ia rasa sudah waktunya ia menceritakan semuanya.

jisoo pun hanya menunggu seungcheol untuk bercerita.

“sebenernya... ini ada kaitannya dengan orang itu.”

“maksudnya... mantan kamu Mas?”

seungcheol mengangguk lagi. “mingyu itu sahabatnya mantanku. dan dia ga terima aku nyakitin sahabatnya.”

“Mas sorry.. tapi memangnya kamu ngelakuin apa?”

“aku bahkan ga ngelakuin apa-apa, soo. aku hanya menyanggupi maunya dia untuk putus, karena aku juga merasa dia benar-benar mau udahan waktu itu. tapi aku gak tau apa yang terjadi setelahnya sampai-sampai mingyu segitu marahnya sama aku.”

“kalo boleh tau.. putusnya kenapa Mas?”

seungcheol menahan napasnya.

“it's okay kalo kamu belum bisa cerita Mas.. jangan dipikirin ya”

“dia belum sepenuhnya percaya sama aku, Jisoo. dan aku sangat-sangat kecewa dengan fakta itu. aku pikir usahaku selama ini sudah cukup untuk buat dia ga meragukan aku, tapi beberapa hal menyakitkan yang dia katakan buat aku jadi ga percaya diri untuk ngelanjutin hubungan itu lagi.”

“kalo aku boleh tau Mas.. gimana perasaan kamu ke dia sekarang?”

“aku sedang berusaha soo, selama ini aku selalu usaha untuk menghilangkan perasaanku.”

jisoo hanya tersenyum dan menggenggam jemari seungcheol. “mau aku bantu?” tawarnya.

seungcheol menoleh dan menatap lekat manik hitam pria manis disampingnya.

“aku bakal bantu kamu pelan-pelan, Mas.

jujur, aku pengen masuk ke hati kamu. aku mau.. kalo kamu izinkan Mas.”

seungcheol terdiam sesaat. bukan hanya malam ini, tapi sudah beberapa kali ia memikirkan tentang hubungannya dengan pria manis disampingnya ini. daripada meragukan jisoo, ia lebih meragukan dirinya sendiri. seungcheol takut kalau ia belum benar-benar siap membuka hatinya untuk orang lain.

namun orang ini adalah Jisoo. orang yang belakangan selalu bersamanya. orang yang begitu tulus dan sabar padanya. dan seungcheol nyaman, sangat nyaman.

perlahan seungcheol merasa semua rasa ragunya sirna, kini ia menghela napasnya sebentar dan mengangguk mantap.

“aku mau coba soo, kalo orang itu kamu.”

jisoo balas tersenyum sama hangatnya. ia sangat bahagia mendengar jawaban seungcheol. tadinya jisoo sudah siap jika penolakan yang ia terima. namun alih-alih penolakan, seungcheol menerima niat baiknya. senyumnya benar-benar sangat manis karena rasa bahagianya. perlahan ia dekatkan wajahnya dengan wajah pria didepannya. namun saat hidung mereka bersentuhan, ia mundur.

“ma-maaf Mas..”

seungcheol merasa jisoo masih terlalu berhati-hati. maka ia yang perlahan memajukan wajahnya dan mengecup pelan bibir pria manis didepannya.

“Mas udah bilang kan Mas mau mencoba.” ujarnya dengan senyum hangat.

jisoo hanya tersenyum begitu manis dengan rona merah pada pipinya. seungcheol hanya terkekeh melihatnya. jisoo mendekatkan dirinya dengan mengecup bibir seungcheol sekali lagi lalu memeluknya dengan erat. “makasih, Mas.” ujarnya tepat ditelinga seungcheol.

seungcheol mengangguk. ia merasa sudah saatnya ia membuka diri. malam ini, ia resmi membuka hatinya untuk pria manis dalam pelukannya ini.

dan berusaha menutup hatinya untuk orang itu.

Seungcheol POV

kalo kalian tanya gimana kabar gue sekarang, gue akan jawab “gue udah baik-baik aja.”

sepertinya. hahaha...

tapi setelah satu tahun ini, gue beneran ngerasa udah baik-baik aja kok. bagi gue, keputusan gue untuk pergi waktu itu udah tepat. walaupun gue kehilangan sosok adik yang begitu hangat, Mingyu. dia masih marah sama gue dan memang sampe detik ini gue masih belum menceritakan semuanya dari sisi gue. gue selalu coba untuk chat/telfon dia, tapi jangankan telfon, chat gue aja suka dianggurin. yang pasti gue selalu coba hubungin dan baikin dia walaupun hasilnya nol. mingyu bener-bener masih marah karena gue nyakitin orang itu..

sikap adek gue yang kaya gitu yang bikin gue masih bungkam sampai saat ini. gue kangen adek gue, banget!

andai aja lo tau gyu, semua juga ga mudah buat gue.

lo ga tau gimana gue ngelewatin hari-hari gue setelah hari itu.

malam itu gue emang teler dan pulangnya harus diangkut. tapi gue ga benar-benar bisa tenang setelah sampe apart. bahkan saat gue kebangun tengah malem juga gue langsung inget dia dan semua rasa sakit yang dia kasih ke gue beberapa jam sebelumnya. hahaha... sakit banget.

sekelibat hal-hal menyakitkan itu menghantui pikiran gue dan tiba-tiba gue keinget bunda. bunda adalah orang pertama yang langsung muncul dalam pikiran gue saat keadaan gue gak baik-baik aja. dan malam itu gue mutusin untuk pulang ke jogja besok pagi-pagi sebelum mingyu bangun. gue butuh bunda. gue gak bisa. gue gak tahan. hati gue sakiiiiiit banget. gue pengen peluk bunda saat gue sampe dirumah.

dan gue butuh waktu untuk nenangin diri.

mungkin lo semua nganggep gue lebay. ya gue akui, gue lebay karena rasa sayang gue yang segininya buat orang itu. ekspektasi gue gede, gue bahkan udah ngebayangin dia bakal jadi suami gue. tapi dengan berat hati gue harus ngelepas semua impian gue itu. atas permintaan orang itu. dan atas keputusan yang gue pikirin mateng-mateng.

gue... gak pernah menganggap 'spele' hubungan kami dan tentu saja gue gak bisa ngejalanin hubungan tanpa sebuah kepercayaan dan ketulusan.

dan bagi gue, sikapnya waktu itu udah ngejawab semua pertanyaan gue.

butuh waktu cukup lama untuk gue bisa pelan-pelan terbiasa dengan ga mikirin dia. gue bener-bener menyibukkan diri, apapun gue lakuin asal pikiran gue ga stuck ditempat.

tapi ya... susah. ga semudah itu.

gue sama sekali ga bisa pada awalnya. gue bahkan ga bisa singkirin dia dari pikiran gue. kaya... setiap gue ngelakuin sesuatu yang pernah gue lakuin bareng dia, atau ketika ada hal-hal kecil yang mengingatkan gue sama dia, gue bakal badmood seharian.

random sih, kadang gue suka senyum sendiri kalo inget tingkahnya yang manis, polos, malu-malu. kadang gue ketawa sendiri kalo inget dia yang galak apalagi sama adek-adeknya.

(ahh... gue jadi kangen kwan sama chan. apa kabar ya adik-adik gue itu? semenjak gue sama dia putus, gue bener-bener narik diri dari semuanya. hahaha... lebay banget ya?)

uhm.. tapi kadang juga waktu seakan berputar dan balik ke satu malam dimana gue sama dia udahan. gue ga bisa deskripsikan gimana hancurnya perasaan gue waktu itu tapi yang pasti... sakit banget.

gue merasa apa ya... diragukan? gak dipercaya? hahaha apapun itu..

gue inget dia awalnya sempet bilang ragu mau mulai hubungan itu sama gue dan gue dengan segenap hati berusaha untuk buat dia ga ngeraguin gue. hubungan berjalan dengan lancar setelah berbulan-bulan. gue sengaja pelan-pelan masuk yang bener-bener masuk banget ke kehidupannya dia, gue pengen dia tau, kalo saat itu dia udah punya gue. gue itu udah sebagiannya dia. gue ngelakuin itu supaya semua rasa ragunya hilang, gue serius sama dia.

tapi ya mau bilang apa kalo emang jadinya begini. udah jalannya kaya gini. mungkin dia memang bukan jodoh gue?

setahun terakhir gue bener-bener berdoa sama tuhan, gue pengen bener-bener ngelupain semuanya, pengen lepas dari rasa sakit ini. gue baik-baik aja setahun terakhir? jawabannya enggak. tapi juga iya.

enggak karena... gue emang benar-benar gak bisa. gue menyibukkan diri, bahkan gue jarang megang handphone kalau bukan untuk sekedar nelfon bunda atau keperluan kerja.

bahkan gue pernah sakit saat masih di luar kota yang mau gak mau mengharuskan gue untuk ga flight dulu dan dirawat disana.

untung partner kerja gue —Jisoo— cukup care sama gue waktu itu. gue gak tau gimana tapi taunya gue udah di rumah sakit dan dia yang jagain gue terus. dia yang ngabarin bunda soal keadaan gue. dia yang hampir tiap menit nanya 'capt gimana? masih sakit? apa yang sakit? udah mendingan?' sampe gue cape jawabnya.

dia juga yang pada waktu itu jadi saksi bisunya keadaan gue yang lumayan kacau. dan disaat yang sama pula, dia selalu ada buat gue. perlahan pandangan gue sedikit berubah, dari gue yang awalnya cuma nganggap dia partner kerja sekarang berubah menjadi seorang teman. teman dekat mungkin— bukan sih... orang terdekat lebih tepatnya. dia udah jadi orang terdekat gue.

kayak belakangan ini gue tuh apa apa jisoo apa apa jisoo, awalnya gue mulai selalu nyari dia kalo gue sedih. selalu nyari dia kalo gue bosen. suka gue becandain juga soalnya anaknya tuh serius banget. dulu pernah aja dia beneran ngira gue udah punya anak dua. mau-mauan aja dikerjain sama Jun. tapi 'serius' nya dia tuh bukan orang yang apa apa dibawa perasaan. enggak.

yang gue rasa saat itu tuh... sikap seriusnya dia yaa dengan cara ga pernah nyepelein kekacauan yang ada dalam diri gue. dia selalu nawarin diri untuk jadi tempat gue ngeluarin semuanya. dia dengan sabarnya nunggu gue cerita yang bahkan sampe saat ini pun gue belum cerita yang bener-bener cerita ke dia. gue beneran ga pengen membuka luka lama yang bakal menghantui gue. lagi.

bohong kalo gue bilang gue ga pernah tiba-tiba inget orang itu dan sekelebat kenangan indah yang pernah gue lalui sama dia. tapi jujur, gue udah mulai terbiasa. dan semua karena gue mulai terbiasa sama rutinitas gue, juga sedikitnya karena Jisoo.

jujur, gue mulai nyaman. sama Jisoo.

dan ini bagian dari iya perihal keadaan gue yang mulai baik-baik aja setahun terakhir.

belakangan gue mulai kembali ke diri gue seperti sedia kala. ditambah gue ngerasa ga sendiri 'lagi'.

waktu itu seseorang pernah bilang 'life goes on, stay if you think you deserve to stay, atau sebaliknya'

dan gue rasa itu benar.

gue bukan harus stay, tapi gue harus move on.

Jigeum i mari Uriga dashi Shijakhajaneun geon anya Geujeo neoye Namaitdeon gieokdeuri Tteoollasseul ppuniya

Apa yang aku katakan sekarang Bukan berarti bahwa Kita memulai lagi Aku hanya membawa kembali Yang tersisa Kenangan kamu

______________________

Diluar hujan sangat deras. Sepertinya langitpun ikut bersedih atas segala yang sedang pemuda ini alami. Sedari tadi ponselnya tidak ada henti hentinya memutarkan lagu lagu yang biasa disebut dengan lagu galau.

Dia ada disini tapi tidak tahu pikirannya ada dimana. Sekarang pemuda itu berada di lantai 21 apartemen nya memandang keluar dengan tatapan kosong serta tatapan yang sulit diartikan.

Dia mengenggam erat ponselnya yang menampakkan wajah seorang lelaki cantik dengan rambut lurus yang terlihat panjang. Lalu perlahan bulir bulir air mata turun begitu saja dari mata indahnya.

“Cheol bangun sayang, udah jam setengah7 tuh. Kamu ngantor jam berapa?”

“5 menit lagi sayang, aku ngantuk banget”

“Yaudah, aku nyiapin sarapan sama bekel kamu dulu, lepas dulu pelukannya. Aku sesek”

“Hehehe iyaiya”

“I love you Choi Seungcheol”

“I love you too Yoon Jeonghan”

Lalu pemuda itu bergumam “Jeonghan, aku kangen... Kangen banget sama kamu”

Tidak berselang lama setelah itu terdengar suara tangisan pemuda yang begitu sesak sampai sampai ia tidak sadar bahwa sang surya sudah menampakkan sinarnya.

Begitulah keadaanya sekarang. Seungcheol yang rapuh bagaikan manusia tanpa gairah hidup. Raganya ada disini tetapi pikirannya entah kemana.

“Bang cheol, lo gak tidur lagi ya bang?”

“Hmm tidur kok gyu”

“Boong, gue semalem denger lo nangis ya bang sampai pagi. Bang gue capek bilangin ke lo nya. Udahan bang sedih sedihnya, gue gak tega ngeliat lo kaya gitu terus bang”

“Gabisa gyu, setiap gue mau tidur gue selalu keinget dia, rasanya sesek gyu sampe gue gatau harus ngapain”

“Lo gak harus ngapa ngapain mingyu.”

Begitulah Seungcheol yang sekarang hidup dengan bayang-bayang si dia. Si dia yang sangat Seungcheol sayang, si dia yang membuat Seungcheol bisa ada di titik rapuh seperti ini.

Kadang ada perasaan ingin menghubungi si dia. Ingin mengatakan pada si dia bahwa dia tidak bisa hidup tanpa nya, si dia yang kehilangan arah semenjak ditinggal olehnya.

Namun, tidak peduli seberapa besar Seungcheol menginginkan Jeonghan kembali. Jeonghan sekarang hanyalah film masa lalu.Itu sudah berakhir. Dia tahu.

Jigeum i mari Uriga dashi Shijakhajaneun geon anya Geujeo neoye Namaitdeon gieokdeuri Tteoollasseul ppuniya

Apa yang aku katakan sekarang Bukan berarti bahwa Kita memulai lagi Aku hanya membawa kembali Yang tersisa Kenangan kamu

___________________

Diluar hujan sangat deras. Sepertinya langitpun ikut bersedih atas segala yang sedang pemuda ini alami. Sedari tadi ponselnya tidak ada henti hentinya memutarkan lagu lagu yang biasa disebut dengan lagu galau.

Dia ada disini tapi tidak tahu pikirannya ada dimana. Sekarang pemuda itu berada di lantai 21 apartemen nya memandang keluar dengan tatapan kosong serta tatapan yang sulit diartikan.

Dia mengenggam erat ponselnya yang menampakkan wajah seorang lelaki cantik dengan rambut lurus yang terlihat panjang. Lalu perlahan bulir bulir air mata turun begitu saja dari mata indahnya.

“Cheol bangun sayang, udah jam setengah7 tuh. Kamu ngantor jam berapa?”

“5 menit lagi sayang, aku ngantuk banget”

“Yaudah, aku nyiapin sarapan sama bekel kamu dulu, lepas dulu pelukannya. Aku sesek”

“Hehehe iyaiya”

“I love you Choi Seungcheol”

“I love you too Yoon Jeonghan”

Lalu pemuda itu bergumam “Jeonghan, aku kangen... Kangen banget sama kamu”

Tidak berselang lama setelah itu terdengar suara tangisan pemuda yang begitu sesak sampai sampai ia tidak sadar bahwa sang surya sudah menampakkan sinarnya.

Begitulah keadaanya sekarang. Seungcheol yang rapuh bagaikan manusia tanpa gairah hidup. Raganya ada disini tetapi pikirannya entah kemana.

“Bang cheol, lo gak tidur lagi ya bang?”

“Hmm tidur kok gyu”

“Boong, gue semalem denger lo nangis ya bang sampai pagi. Bang gue capek bilangin ke lo nya. Udahan bang sedih sedihnya, gue gak tega ngeliat lo kaya gitu terus bang”

“Gabisa gyu, setiap gue mau tidur gue selalu keinget dia, rasanya sesek gyu sampe gue gatau harus ngapain”

“Bang, gue juga gatau harus ngapain. Gue harus apa bang? Bilang sama gue bang. “

“Gue gamau apa apa mingyu.”

Begitulah Seungcheol yang sekarang hidup dengan bayang-bayang si dia. Si dia yang sangat Seungcheol sayang, si dia yang membuat Seungcheol bisa ada di titik rapuh seperti ini.

Kadang ada perasaan ingin menghubungi si dia. Ingin mengatakan pada si dia bahwa dia tidak bisa hidup tanpa nya, si dia yang kehilangan arah semenjak ditinggal olehnya.

Namun, tidak peduli seberapa besar Seungcheol menginginkan Jeonghan kembali. Jeonghan sekarang hanyalah film masa lalu.Itu sudah berakhir. Dia tahu.

  • LIST UPDATE -
  1. update twt han (udah setaun aja ya hahaha, foto selca ama cheol)

  2. Chat manis gyu sama wonwoo dulu aja (awalan nunjukkin kalo mereka masih pacaran)

  3. update twt minwon (one year n still counting + han nge-rep, manis bngt sih kalian bla bla bla)

  4. Chat budak siloam (masih dengan agenda makan soto)

  5. Chat keseharian pilot (udah ada shua nya dan sering ngeledekin shua dan cheol)

  6. chat cheolsoo (mau jalan berempat bilang aja mau bareng cheol brgkatnya)

  7. update twit shua (seneng jalan ama mereka + ada foto cheol, misal: aku seneng liat kamu ketawa, ketawa terus ya.. ini seruan kalo shua punya akun sambat juga)

  8. update akun sambat shua

  9. Chat gyu sama wonwoo yang mingyu gk bisa jemput wonu di taro pertama, batalin ketemuan, dll

  10. twt sambat wonu

  11. Chat gyu mau kerumah won after main sama han

  12. narasi wonu

  13. Narasi han sama gyu setaun ini mereka gmna

Tentang Jeonghan..

“Ya udah, gue pulang dulu ya, han.”

Ucap Mingyu dari balik jendela mobilnya sembari tersenyum serta melambaikan tangannya pada Jeonghan yang kini juga ikut tersenyum ke arahnya.

Saat mobil Mingyu telah hilang sepenuhnya, Jeonghan segera memasuki apartement miliknya.

Sepersekian detik kemudian, ia merebahkan dirinya di kasur kesayangannya.

Ia menghela nafasnya perlahan, menarik guling kesayangannya dalam pelukan.

'kenapa lo baik banget sih gyu' Gumamnya sembari membiarkan sekelebat kejadian satu tahun terakhir terlintas begitu saja di benaknya.


Jeonghan POV . .

Baik-baik aja?

Mungkin iya.

Mungkin juga nggak.

. .

Gue juga bingung ngegambarin gimana perasaan gue setahun belakangan ini. Terlalu banyak rasa sakit ampe gue gak bisa ngerasainnya lagi.

Kepergian mas Seungcheol.

Iya.

Gue masih nyesel.

Gue masih nyesel karena dengan bodohnya gue ngucapin kata sakral yang akhirnya buat kita kayak gini.

Gue terlambat..

Terlambat sadar kalo harusnya hubungan kita gak berakhir kayak gini.

Udah setahun..

Dan gue masih tetep clueless tentang gimana kabar dia sekarang.

Apa dia baik-baik aja?

Apa dia udah lupain gue?

Atau..

Apa dia udah nemu pengganti gue di sana?

Haha..

Terlalu sakit buat mikirin hal itu..

Apa gue sanggup denger kabar dia yang.. ahh.. hati gue gak bisa..

Gue sadar..

Kita udah bukan “kita”..

Kita udah jadi sebatas mantan..

Apa gue salah kalo berharap masih ada harapan buat kita?

Sebenernya jawabannya udah jelas.

Sangat amat jelas bahwa UDAH GAADA LAGI HARAPAN untuk gue dan dia bisa kembali lagi kayak dulu.

Sekarang hanya sisa sisa kenangan yang masih gue ingat tentang si dia.

Si dia yang pemikirannya lebih dewasa dibandingkan dengan gue. Si dia menjadikan gue pusat perhatiannya. Dan si dia yang selalu menjadikan gue nomor satu dibandingkan dengan dirinya sendiri.

Mungkin, orang diluar sana menganggap gue ini baik baik aja.

Buktinya gue masih bisa bekerja seperti biasanya. Berlagak seperti tidak terjadi apa apa dengan gue dan dia. Namun itu semua salah. Yang orang liat tentang gue itu semua salah.

Gue yoon jeonghan yang amat sangat rapuh, yang amat kehilangan si dia sosok yang gue cinta sampai sekarang. Gue tidak pernah sekalipun berniat untuk menghapuskan kenangan bersama dia. Gue lebih memilih hidup bersama kenangan yang ada.

Di depan teman, pasien dan keluarga gue bersikap baik baik aja. Namun jika sudah menginjakkan kaki di dalam kamar gue merasa gue bukan jeonghan yang biasanya. Gue adalah jeonghan yang selalu dibayang bayangi rasa bersalah karena telah menyakiti si dia.

. .

Gue bersyukur bisa punya temen-temen yang selalu support gue saat gue lagi down gini.

Patah hati bener-bener buat gue gak bisa mikir.

Gue jadi salut ama orang-orang yang bisa dengan mudah ngehapus rasa sakitnya.

Gue butuh waktu..

Entah sampe kapan..

Tapi gue bahagia, sahabat gue selalu ada.

Mereka selalu punya cara buat balikin senyum gue yang hampir pudar.

Mingyu, wonu, nyong, jihoon.. makasih banyak ya hehehe..

. .

Banyak banget yang terjadi selama ini.

Si nyong juga udah bisa nerima Jihoon lagi. Walaupun ada drama dikit sih waktu itu. Tapi beberapa bulan kemaren, akhirnya mereka udah saling ngebuka hati satu sama lain.

Dan kalian tau apa? mereka malah jadi kayak orang yang baru banget pacaran, kayak masa lalu mereka tuh cuma angin lewat aja.

Tapi jujur, gue seneng banget liat mereka.

Akhirnya dua sahabat gue itu bisa sama-sama berdamai. Mereka juga sering ngajakin gue jalan dan ya lo pasti kebayang kan gimana gue yang selalu jadi nyamuk diantara hubungan manis mereka. Tapi it's okay karena mereka suka bayarin gue makan hehehe.

. .

Kalo pasangan satunya, Mingyu ama Wonu..

Hmmm

Mereka manis banget tapi gue ngerasa ada yang aneh disini..

Gue pernah bilang hal ini ke Mingyu.

“Gyu, lo sadar gk sih kalo lo terlalu baik ama gue?”

“Hah? jadi lo mau gue jahatin?”

“Ya gak gitu juga njir!”

“Kan kita sahabatan dah lama, han.. santai aja kali ama gue ya ya ya?”

“Yaiya sih.”

“Nah gitu dong. Ya gue sadar sih kalo gue emang manusia yang sangat baik hati..”

“Dih pede amat sih Kim Mingyu!”

Entah kenapa gue ngerasa kalo Mingyu terlalu baik ama gue. Sebenernya kita juga sering jalan bertiga, dan kita selalu seneng sih tiap jalan bareng.

Tapi entah kenapa kita (gue ama Mingyu) jadi sering jalan berdua. Seringnya karena kebetulan aja kok. Mingyu terlalu baik. Itu aja sih menurut gue. Dia selalu ada tiap gue minta tolong.

Gue seneng? ya iya.

Gue ngerasa Mingyu paling berperan buat bikin gue bangkit lagi. Berawal dari gimana dia yang nemuin gue nangis di ruangan gue, gue jadi sering curhat ke dia.

Gue nyaman.

Mingyu selalu bawa ketenangan buat gue. He tried his best. Dia selalu ada buat gue.

Apa gue salah kalo gue jadi senyaman ini ama dia?

minwon..

Pernah gak kalian denger lirik lagu ini

Hidup memang sebuah pilihan Tapi hati bukan tuk dipilih Bila hanya setengah dirimu hadir, dan setengah lagi untuk dia.

Iya, itu lagunya fiersa bersari yang judulnya waktu yang salah.


Gue jeon wonwoo yang sekarang lagi bingung. Bingung harus apa. Bingung harus ngapain. Bingung apa yang harus gue lakukan kedepannya tentang hubungan dia dengan seorang yang amat sangat gue cinta dan sayang yaitu Kim Mingyu.

Kalau ditanya gue sayang gak sama pacar gue kim mingyu itu, gue bisa menjawab dengan lantang dan tanpa berfikir dua kali bahwasanya gue sangat amat sayang dengan pacar gue itu.

Gue selalu suka bagaimana cara bicaranya dengan ibu gue. Bagaimana dia menyayangi ibu gue, perhatian yang dia kasih ke ibu dan segala hal kecil yang membuat gue tambah tambah mencintai dia dan gak mau melepaskannya.

Hubungan kita berjalan seperti orang pacaran pada umumnya, bedanya profesi kita yang mengharuskan kita menjadi mausia yang lebih sibuk dibandingkan dengan orang orang kantoran diluar sana.

Mingyu selalu ada disaat gue selesai menjalankan tugas gue mengantar para penumpang untuk sampai pada tujuannya. Dia yang selalu tidak pernah absen untuk sekedar menjemput gue di bandara. Dan gue yang selalu meluangkan waktu disaat gue sedang tidak ada jadwal terbang.

Kalau kata orang orang semakin lama hubungan itu berlangsung pasti ada kalanya kita bosan. Tapi dengan mingyu gue gapernah sekalipun merasa demikian. Mingyu selalu punya cara cara ajaib yang membuat gue gak bosen dengan hubungan yang kita jalani.

Mungkin gue lebay kalo gue bilang gue adalah manusia terbahagia di muka bumi ini. Tapi boleh ya sekarang gue ngomong kaya gitu. Karena mingyu, karena mingyu gue bisa ngomong seperti ini.


Hari ini adalah jadwal keberangkatan terakhir gue yaitu flight dari Makassar ke Jakarta. Setelah 30 jam gue berada di udara akhirnya gue bisa berjumpa dengan dia sang pujaan hati gue.

“Sayang, nanti kelar flight jam berapa? Aku jemput ya?”

“Jam 5 aku sampai bandara, iya tolong ya kamu jemput”

“Oke sayangg, nanti aku dari rumah sakit jam 4 deh biar gak macet”

“Iya mingyu, aku lagi rapih2 dulu ya nanti aku tlpn kamu lagi”

“Iyaa, i love you jeon wonwoo”

“Love you too kim mingyu”


Dihari flight terakhir gue selalu ada mingyu yang menelepon untuk menanyakan kapan gue sampai jakarta. Satu kebiasaan mingyu yang selalu gue ingat adalah dia yang selalu vokal dalam mengucapkan rasa sayangnya kepada gue dimanapun dan kapanpun.

Setelah kurang lebih 2 jam gue mengendarai pesawat diatas sana. Akhirnya gue sampai di jakarta, tempat gue pulang, tempat yang menyimpan banyak rasa rindu gue terhadap si dia. Dan disana gue bisa lihat seseorang yang belakangan ini sangat gue rindukan sedang melambaikan tangannya kepada gue. Sontak gue langsung lari menuju pelukannya. Ini yang gue mau, ini yang gue rindu, ini rumah gue.

“Mingyu, aku kangen”

“Aku lebih kangen kamu wonwoo”

“Gak, lebih banyak kangennya aku ke kamu”

“Hahahaha yaudah yuk ke mobil, habis ini langsung cari makan malem ya won. Oh iya ada jeonghan ikut”

. .

Jeonghan?

Nama itu, nama itu lagi yang selalu mingyu ucapkan belakangan ini. Apa gue cemburu dengan kehadiran jeonghan? Ya jelas, gue amat sangat cemburu. Apalagi jika dipikir pikir jeonghan bisa melihat mingyu lebih banyak dibanding gue.

Tapi ya sudahlah, mingyu selalu tahu bahwa rumahnya adalah gue. Tempat dia pulang, tempat dia mengadu atas segala kelu kesah yang dia hadapi. Aku selalu dan akan tetap percaya sama kamu mingyu.

Ini juga bukan kali pertama untuk kita bisa makan malam bertiga seperti ini. Beberapa kali jeonghan juga ikut dalam rencana ngedate kami. Walaupun dia hanya akan main hp dan jarang berbicara.

“Won, kamu inget gak sih makanan yang di blok m itu, yang ayam kampung di goreng itu loh won? Yang aku suka? “

“Hah, yang mana gyu aku lupaaa”

“Masa lupa?”

“Iya lupa hehehe”

“Oalah, ayam goreng berkah ga si gyu yang deket blok m plaza” itu jeonghan yang jawab dari kursi belakang.

“Nah iya itu han maksud gue”

Kadang gue merasa insecure sama jeonghan. Bukan karena panasnya dia yang cantik bak malaikat, bukan. Tapi dia yang selalu tau apa yang mingyu ingin dan butuhkan.

“Gue biasanya mesen apa ya disini?”

“Kamu....

“Biasanya kan kamu pesen ayam goreng kampung sama sayur asem gyu” lagi lagi jeonghan yang jawab.

. .

Gue? Gue cuma bisa senyum aja karena bingung juga gatau harus ngapain. Keadaan gue sekarang ya gue yang cuma bisa mandangin hp gue yang sebenernya gaada menariknya. Dari pada gue harus ikut gabung pembicaraan mingyu dan jeonghan yang gue gak ngerti sama sekali.

Setelah agenda makan kita selesai. Mingyu menyempatkan untuk mengantarkan jeonghan ke apart nya. Gue dari tadi cuma bisa diam karena jelas jelas gue amat sangat badmood dengan tingkah jeonghan dan mingyu.

Gue bisa liat bagaimana mingyu yang care dengan jeonghan. Mingyu yang menyingkirkan lalapan dari piring jeonghan karena jeonghan tidak suka makan sayur. Kalau orang lain liat mungkin orang itu akan bilang kalau yang pacaran itu jeonghan dan mingyu bukan gue dan mingyu.

Sedih? Sedih lah. Banyak tentang mingyu yang gue gatau. Mungkin kalau ada ujian tentang seberapa anda tahu tentang mingyu, sudah dipastikan jeonghan pemenangnya. Gue mah bisa apa. Gue gak banyak tahu tentang si dia.

Tapi apa gue bilang ke mingyu kalau gue tuh merasa terganggu dengan keberadaan jeonghan? Jelas gue sudah beberapa kali bicara tentang ini. Tapi lagi lagi mingyu selalu bilang “Kasian Jeonghan, dia butuh aku”

Tapi namanya manusia itu punya stok kesabaran. Gue yang awalnya masih bisa bertoleransi tentang keberadaan jeonghan lama lama geram dan tidak bisa nahan emosi. Setelah selesai mengantarkan jeonghan gue langsung membuka sebuah percakapan

“Jeonghan kayanya lebih tau banyak tentang kamu ya”

Si dia dengan wajah kagetnya menjawab “Hah? Apa yang?”*

“Jeonghan, lebih tau tentang kamu dibanding aku”

“Enggak lah biasa aja padahal”

“Hmm”

“Kamu kenapasih?” Si dia berbicara lagi

“Gyu boleh gak aku egois? “

“Egois gimana yang??”

“Egois kalau aku gamau kamu berhubungan lagi sama jeonghan, gausah bawa bawa jeonghan kalau kita lagi jalan kaya tadi, gausah kamu bawa bawa dia disetiap percakapan kita, aku merasa kalah aja sama dia”

“Ya ampun yang, ini bukan kompetisi. Gaada yang menang gaada yang kalah. Jeonghan temenku kamu pacarku. Aku sayangnya cuma sama kamu”

“Tapi aku gak merasa kaya gitu gyu, aku ngeliat gimana tadi kamu perhatian ke dia, dia yang tau apa yang kamu mau , aku cuma bisa diem gatau harus ngapain”

“Yang sumpah aku sama jeonghan cuma temen beneran cuma temen, aku cuma care sama dia karena dia temen ku, gaada maksud lain. Aku minta maaf sayang, aku ga kaya gitu lagi”

“Udah beberapa kali gyu kita ngomongin ini dan berakhir kamu minta maaf dan gaada solusinya kan? “

“Ya kamu mau nya gimana?”

“Aku maunya kamu jauhin jeonghan, kamu bisa gak?”

“Hah? Gamungkin lah. Dia partner kerjaku. Setiap hari ketemu aneh lah kalau aku tiba tiba ngejauhin dia”

Setelahnya gue memilih untuk bungkam. Tidak ingin melanjutkan pembicaraan lagi dengan si dia. Begitupun dengan si dia, mingyu pun terlihat fokus dengan jalanan di depannya.

Akhirnya mobil ini sampai di tujuan gue. Apartemen gue. Gue langsung keluar dari sana dan membuka bagasi untuk mengambil koper gue. Tanpa berbicara sedikitpun dengan si dia gue langsung berjalan meninggalkan dia yang hanya bisa diam ditempat.

Kalo digambarin sama lagu, mungkin keadaan gue tuh seperti lagu yang tadi gue bilang diawal tadi. Gue merasa cuma setengah dari dia yang gue punya, setengah nya lagi gatau punya siapa. Mungkin punya jeonghan?

Minwon

tw// kiss

Mingyu melangkah keluar menenteng martabak yang Wonwoo inginkan.

Kedua sisi bibirnya tertarik membentuk senyuman yang menemani jalan pulangnya barusan. Ia tersenyum memikirkan bagaimana kekasihnya yang akan tersenyum bahagia melahap martabak yang dibawakannya.

Semenjak berpacaran dengan Wonwoo, Mingyu sering ke sana untuk sekedar tidur ataupun makan karena kini, ia sangat merasa kesepian di apartnya. Begitu pula sebaliknya, terkadang, Wonwoo berada di apart milik Mingyu.

Tak dapat dipungkiri, Mingyu suka berada di rumah Wonwoo. Ibunya begitu menyambutnya dengan begitu baik. Bahkan, Ibu Wonwoo sering memasakkan Mingyu makanan kesukaannya. Ibu seakan menganggap Mingyu anaknya hingga terkadang Wonwoo akan protes dan berkata:

“Ini yang anak Ibu tuh aku apa dia sih!”

Dan seperti biasa pula, Ibu dan Mingyu hanya akan terkekeh melihat kelakuan sang pilot itu.

/tok-tok/

“Sayang sayang sayangnya mingyu, aku dateng bawa martabak kesukaan kamu.” Ucap Mingyu sedikit berteriak karena si empunya rumah tak kunjung membukakan pintu.

“Sayang!!”

“Sayang!!”

“Ketiduran nih pasti.” Gumamnya seraya menarik kenop pintu membukanya dengan mudah.

“Ceroboh banget sih mas ini kalo ada yang nyulik kamu gimana ntar.” Gerutunya karena pacarnya yang sering lupa mengunci rumahnya itu.

“Sayang! Sayang! Mana sih sayang gue” gerutunya kembali saat tak kunjung menemukan kekasihnya.

“Tidur beneran deh kayaknya.” Gumamnya sembari melahkankan kaki menuju kamar si pacar.

Ia membuka knop itu perlahan, tak ingin mengagetkan jika pacarnya benar tertidur.

Senyumnya mengembang tatkala melihat kekasihnya tengah meringkuk di atas kasur kesayangannya.

Ia mengusap pucuk rambut itu, berniat membangunkannya.

“Sayang.. Bangun dulu yuk.. Aku udah bawain martabak kesukaan kamu.” Ucapnya begitu lembut yang membuat Wonwoo sedikit bergerak namun masih menutup erat kedua maniknya.

“Hnggg ngantuk.”

“Bangun dulu ya..”

“Aku ngantuk, gyu..” Rengek Wonwoo dengan mata yang masih menutup.

“Ya udah tidur lagi aja. Biar aku yang ngabisin martabaknya. Dadah sayang!” Ucap Mingyu dengan cengirannya yang membuat Wonwoo membuka matanya dengan sedikit kesal.

“Bodo! Abisin aja semuanya!” Ucapnya sembari menenggelamkan dirinya ke dalam selimutnya lagi.

“Ih sayang jangan ngambek dong, aku kan cuma bercanda..” Ucap Mingyu dengan nada sedihnya yang membuat Wonwoo terkekeh di dalam selimutnya.

“Bodo! Pergi sana lo!” Ucap Wonwoo masih dari dalam selimutnya.

“Yah sayangnya mingyu gak boleh ngambek dong.” Ucap Mingyu masih mencoba merayu pacarnya itu.

“Pulang sana!” Teriak Wonwoo kemudian.

Senyam sesaat. Namun, sepersekian detik selanjutnya, Wonwoo dikagetkan dengan seseorang yang kini tengah mendekapnya dari belakang.

“Ih lepas!” Ucap Wonwoo saat menyadari jika kini, Mingyu telah berada di dalam selimutnya juga.

“Gak mau.. Aku mau meluk kamu ampe kamu gak ngambek lagi.”

Wonwoo berusaha membuka selimutnya, entah mengapa berada di dekat Mingyu sedekat ini membuatnya kehilangan nafasnya.

“Lepas! Aku gak bisa nafas.” Ucap Wonwoo yang berusaha melepaskan dirinya dari dekapan Mingyu hingga sikunya mengenai perut Mingyu.

“Aakhhh..” Rintih Mingyu tiba-tiba.

“Lebay banget deh.” Ucap Wonwoo yang telah berhasil melepaskan diri dari Mingyu.

Ia tersenyum lega namun senyumnya berganti raut khawatir saat melihat Mingyu yang terlihat begitu kesakitan yang juga tengah memegangi perutnya.

“Aaaakhh..” Rintihnya lagi.

“Eh? Sakit beneran?” Tanya Wonwoo dengan nada yang mulai khawatir.

Mingyu tak menjawab, ia hanya membalasnya dengan rintihan yang ia lirihkan.

Wonwoo kembali mendekat, ia merasa bersalah telah berlaku kasar pada kekasihnya itu.

“Maafin aku.. Aku gak sengaja.. Sakit banget ya?” Tanya Wonwoo yang kini telah mengusap perut Mingyu yang masih terbalut kemejanya.

“Aakhhh..”

“Maaf..”

“Sini..” Ucap Mingyu menyuruh Wonwoo kembali berbaring di sampingnya.

Wonwoo menurut.

Ia menatap manik Mingyu dengan perasaan bersalah yang masih menyelimutinya.

Mingyu juga menatap lekat kedua manik milik kekasihnya. Senyumnya perlahan mengembang.

“Sayang aku jangan sedih gitu dong.” Ucap Mingyu seraya mencubit pipi pacarnya itu.

“Ih! Udah dibilang jangan nyubit pipi! Sakit tau.” Gerutu wonwoo dengan bibirnya yang mulai mengerucut sejak tadi.

Mingyu hanya terkekeh pelan melihat tingkah manis kekasihnya.

“Masih sakit?” Tanya Wonwoo masih dengan nada khawatirnya.

Mingyu menggeleng sembari menangkupkannya tangannya pada wajah sang kekasih, membuat jarang diantara mereka semakin menipis hingga keduanya dapat saling meraskan deru nafas yang perlahan saling berhembus.

Sepersekian detik selanjutnya, jarak diantara keduanya menghilang berganti dengan pagutan manis yang seakan tak ingin dilepas oleh keduanya. Berawal dengan kecupan singkat namun berlanjut dengan keduanya yang kini telah memejamkan matanya, sama-sama menikmati pagutan yang kian dalam setiap detiknya. Keduanya sama-sama tenggelam hingga lenguhan demi lenguhan lolos begitu saja.

Mingyu melepas pagutan itu sesaat kemudian sedikit bangkit hingga kini ia telah mengukung sang kekasih di bawahnya.

Ia kembali meraup bibir tipis itu dengan begitu lembut. Keduanya kembali saling bermain dalam ritme dengan sesekali terhenti mencari udara untuk bernafas sejenak. Permainan yang begitu lembut namun menuntut hingga Mingyu melepas pagutannya sejenak guna menatap sang kekasihnya yang telah sedikit terengah serta berantakan akibat ulahnya.

“Jangan diliatin gitu, Mingyu!” Ucap Wonwoo dengan rona merah yang telah memenuhi wajahnya.

“Hehehe” Mingyu hanya terkekeh pelan lalu kembali mendekatkan wajah sang kekasih. Namun, gerakannya terhenti saat mendengar satu suara yang membuatnya terbahak seketika.

/krucuk-krucuk/

“HAHAHA bilang dong mas kalo laper.” Goda Mingyu pada Wonwoo yang telah menutup mukanya dengan kedua tangannya. Ia malu.

“M-m-martabaknya mana?” Ucap Wonwoo yang kini telah menenggelamkan rasa malunya.

“Ada kok di dapur.”

“Ya udah minggir! Aku mau makan.” Ucap Wonwoo berusaha bangkit namun terhalang oleh Mingyu yang masih berada di atasnya.

“Tapi ini kan belom selesai mas.. Aku belom cium kamu disini.. disini.. disini.. disini juga..” Ucap Mingyu yang dengan polosnya mengusap leher serta dada Wonwoo yang masih terbalut kain.

“Mesum banget sih!! Cepet minggir ato nggak kita putus!”

“Eh yang kok gitu sih!”

“Bodo! Aku laper! Minggir!” Ucap Wonwoo dengan sedikit berteriak.

“Iya sayang iya tapi suapin aku ya..” Rengek Mingyu yang tak digubris oleh Wonwoo yang telah meninggalkannya.

“Sayangnya aku.. Tunggu!”

“Bodo! Gak bakal aku kasih!” Teriak Wonwoo kemudian yang membuat Mingyu kembali terkekeh dengan sikap manis kekasihnya.