jeongcheolpride

Gyuhann

Jeonghan menghela nafasnya kasar. Ia tak menyangka jika hatinya masih merespon akan hal yang berkaitan dengan masa lalunya.

Masa lalu yang harusnya telah ia kubur rapat.

Ia tak bisa kabur.

Semuanya saling terikat.

Ia bisa saja pergi jauh dari masa lalunya, namun keadaan membuat mereka berada dalam satu lingkup yang sama.

Jisoo adalah sahabatnya. Bukankah seharusnya ia bahagia jika sahabatnya bahagia?

Seharusnya..

Tapi hatinya berkata lain. Hatinya sakit. Seakan tidak bisa menerima apa yang ada. Tak bisa menerima akan takdir yang berputar. Memisahkannya dengan sang masa lalu. Mendekatkan sang masa lalu dengan sang sahabat.

Entahlah..

Ia harus sedih atau tertawa.

Jisoo dan masa lalunya telah terikat. Masa lalunya telah melamar sang sahabat.

Hatinya terenyuh.

Sakitnya terasa begitu nyata.

Ia memejamkan netranya sesaat.

Ia butuh udara.

Kakinya pun melangkah, membawa sejuta rasa serta asa yang tak mampu ia ungkapkan

. . .

23:00

Mingyu mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh.

Ia harus segera sampai.

Menemui lalu menemani sang masa depan yang sedang tidak baik-baik saja.

Ia segera melangkah turun, mencari sang pujaan hati yang tengah shift malam. Ia melangkah mengusuri lorong rumah sakit yang lengang.

Seketika, senyumnya terukir. Nafasnya kembali lega. Ia dapat menatap sosok yang ia sayang. Sosok yang tengah melangkah dengan tatapan kosong.

Sosok itu terus melangkah. Tanpa ada niat untuk berhenti.

Mingyu masih setia. Ia mengikuti kemana langkah sang pujaan.

Sepersekian detik kemudian, langkah kaki itu terhenti. Terhenti pada rooftop rumah sakit yang lengang.

Mingyu berhenti melangkah, cukup jauh dari tempat sang sosok. Ia ingin membiarkannya sendiri terlebih dahulu.

Bahu sosok itu bergetar. Terlihat bagaimana ia bisa saja runtuh jika tak ada penopang.

5 menit.

10 menit.

15 menit.

Mingyu melangkah. Tak kuasa mendengar rintihan sang sosok yang seakan menghiasi dinginnya malam.

Ia memeluknya dari belakang. Membawa kehangatan bagi sang sosok yang mulai menggigil. Mendekapnya kian erat di setiap detiknya.

Jeonghan menoleh.

Terlonjak kaget saat kedua tangan kekar memeluk tubuh ringkihnya. Ia menghapus air matanya kasar.

“Gak usah dihapus, han.. nangis aja..” Ujar Mingyu begitu lembut, seakan ikut memahami apa yang Jeonghan rasakan saat ini.

Mingyu menatap Jeonghan begitu lekat. Seakan membisikkan kata-kata manis yang membuat sosok itu tak dapat membendung kesedihannya. Air matanya kembali mengalir. Sungguh, hatinya begitu sakit saat ini.

“Gyu..” Ucap Jeonghan begitu parau.

“Iya?”

“Apa gue salah kalo gue bilang, gue gak baik-baik aja?”

“Apa gue salah kalo gue gak bahagia atas kebahagiaan sahabat gue?”

Mingyu mendengarkan. Tak ingin mengintrupsi setiap kata yang terlontar. Mingyu paham, sang pujaan sedang ingin didengarkan.

Ia terus menggenggam jemari-jemari sang pujaan yang mulai dihinggapi dinginnya malam.

“Apa gue salah kalo gue gak bisa lupa?”

“Apa gue salah kalo hidup gue selalu kebayang ama masa lalu?”

“Apa gue salah gyu?”

Mingyu menggeleng. Segera membawa sang sosok dalam pelukannya kembali. Memberi kehangatan pada sosok yang kian bergetar menahan isak yang kian menguar.

“Lo gak salah, han.. gak pernah salah..”

“Dengerin gue.. Semua yang lo rasain itu wajar.. Kita cuma manusia biasa yang gak bisa ngilangin suatu perasaan gitu aja.. Semuanya pasti ada akhirnya.. percaya ya?”

Untaian demi untaian kata yang Mingyu ucapkan begitu manis terdengar. Jeonghan semakin terisak. Ingin mencurahkan perasaannya yang begitu menyakitkan. Ia menenggelamkan wajahnya pada dada bidang sang sahabat.

“Gue yakin.. setiap takdir Tuhan pasti ada hikmahnya.. Tuhan pasti punya rencana yang terbaik buat lo.. Gue yakin kalo suatu saat nanti, lo juga akan nemuin kebahagiaan lo.”

Ucap Mingyu yang terus mengusap punggung serta rambut sang pujaan, dengan sesekali memberikan kecupan lembut yang begitu menenangkan.

“Sekarang lo tenang ya.. jangan nangis lagi.. gak ada gunannya nangisin apa yang udah berlalu..”

“Lo harus nemuin bahagia lo juga.. gue di sini.. gue akan selalu nemenin lo, han.. jangan pernah pergi ya..” Ucap Mingyu begitu tulus. Menenangkan hati Jeonghan yang porak pranda tadi.

Mingyu benar.

Ucapan Mingu benar.

Ia harus bangkit.

“Makasih.” Ucap Jeonghan dengan begitu lirih.

Ia bersyukur.

Ia masih memiliki Mingyu. Sosok sahabat yang entah kapan akan berganti status menjadi kekasih? . .

Baiklah.

. .

Ia harus benar-benar membuka sang hati setelah ini.

. .

Selamat tinggal masa lalu.

. .

Selamat datang, Kim Mingyu.

“Han...” Jisoo melambaikan tangannya saat melihat sang sahabat sedang menunggunya.

Jeonghan hanya ikut melambaikan tangannya singkat sembari tersenyum tipis.

Entahlah, semenjak hari itu pandangannya terhadap Jisoo berubah seketika. Ia jadi selalu merasa sakit karena tak akan melupakan fakta bahwa sahabatnya sendiri adalah calon suami dari pria yang sangat ia cintai.

Jisoo memeluk Jeonghan begitu erat. “susah banget sih diajak ketemu pak dokter.” ujarnya saat melepaskan pelukan singkat itu.

Jeonghan hanya terkekeh. “sorry soo.. kalo gue ada waktu ga bakal deh lo gue anggurin begini..” sahutnya dengan nada sedih.

“Udah gak papa yang penting ketemu kan ini..”

Jeonghan mengangguk senang.

Keduanya pun memesan makanan masing-masing dan mengobrol ringan sembari menunggu makanan sampai. Saat sedang asik mengobrol, Jeonghan tak sengaja melihat benda berkilau yang tersemat dijari manis kiri Jisoo.

Sebuah cincin yang begitu indah, sebagai tanda pengikat hubungan diantara Jisoo dan Seungcheol.

'Aku bisa apa? Mereka bahkan sudah ditahap ini..' Ujar Jeonghan dalam hatinya.

Jisoo yang menyadari tatapan Jeonghan pada jarinya pun mengangkat jarinya dan memperlihatkannya pada sahabatnya.

“Gimana Han? Bagus gak? Hehehe” Jisoo terlihat sangat bahagia.

Jeonghan hanya tersenyum kecut. “Iya soo, bagus. Beruntung banget ya kamu.”

“Yes, I am” Jisoo tersenyum sangat manis dan begitu girang, membuat Jeonghan mau tak mau ikut tersenyum dengan luka yang semakin dalam.

“Aku ga pernah nyangka Mas Cheol udah kepikiran sampe sejauh itu Han..” Jisoo berbicara dengan terus menatap cincin yang tersemat dijari manisnya.

“Aku juga ga pernah nyangka kalo Mas Cheol serius sama hubungan kita.” tiba-tiba saja air mata Jisoo menetes tetapi raut wajahnya selalu tersenyum.

Jeonghan tahu, tak ada yang lebih membahagiakan dalam hidup Jisoo daripada apa yang sedang Jisoo ceritakan saat ini.

“Congratulations baby.. Kamu berhak bahagia kok.” ujar Jeonghan dengan menahan getar pada suaranya.

Jisoo mengangguk pelan. “Thankyou Han.” Ia pun kembali tersenyum begitu manis.

“Jadi kapan kalian akan menikah?”

“Belum tahu Han.. Kita sama-sama sibuk, lagi nyari waktu yang pas buat aku ketemu bunda sama Mas Cheol ketemu papa di Paris.”

“Ahh.. gitu ya..

Kamu deket sama keluarganya pacar kamu soo?”

Jisoo kembali mengangguk. “Bisa dibilang deket sih, bundanya Mas Cheol baiiiiik banget, dan dia sayang banget sama aku, Han..

Aku yang ga punya bunda jadi ngerasa lengkap sama kehadiran bundanya Mas Cheol dalam hidup aku.”

Jeonghan tersenyum dalam hatinya tertawa miris.

'Padahal dulu gue juga mau di kenalin sama bundanya Mas.'

Obrolan mereka terhenti saat makanan mereka tiba. Jeonghan sangat berterima kasih kepada pelayan yang tiba tepat waktu, karena obrolan ini pun akhirnya terhenti juga.

Hati Jeonghan terlalu sakit untuk mendengarkan yang lebih daripada ini..

Padahal sedari tadi dirinya yang ingin tahu.

By the way soo, lo sampe kapan di Jakarta?” ujar Jeonghan mengalihkan topik.

“Hmm... Sampe flight gue selanjutnya sih, mingdep deh..”

“Kalo gitu lo nginep di gue aja. Udah lama banget ga sleepover ga sih? kebetulan gue besok libur ini..”

“Wahhh mau banget.. Gak papa nih Han?”

“Ishh kan gue yang ngajak! Ya gak papa lah! Ya ya ya?”

“Oke dehh.. berarti gue check out malam ini dari hotelnya. nanti temenin yaa”

Jeonghan hanya mengangguk antusias. Jeonghan benar-benar merindukan sahabatnya ini terlepas status yang disandang oleh Jisoo. Masih banyak hal yang bisa mereka lakukan.

sekaligus Jeonghan yang harus membiasakan diri dengan keadaan yang harus ia terima mulai saat ini.

jisoo berlari kecil ketika ia melihat mobil seungcheol sudah tampak dari jauh yang kini sedang memasuki area hotel tempat mereka menginap. ya, mereka berencana akan makan malam sebelum seungcheol harus flight sendiri esok hari dan meninggalkan jisoo sendirian di jakarta. jisoo sendiri baru akan flight minggu depan karena ia mengambil beberapa cutinya dari tahun lalu yang tak ia gunakan. lagipula jisoo masih ingin berlama-lama di jakarta.

mobil seungcheol pun berhenti tepat didepan jisoo yang sedari tadi menunggunya. jisoo berusaha menyembunyikan senyumnya, masih ngambek ceritanya.

seungcheol turun dari mobilnya dan segera menghampiri kekasihnya.

“babe.. udahan dong cemberutnya”

jisoo hanya diam tak menjawab.

“babe jangan ngambek dong”

jisoo tak memperdulikan seungcheol dan berlalu masuk ke mobil dan menduduki dirinya pada kursi bagian penumpang. seungcheol menghela nafasnya pasrah, berbeda dengan jisoo yang menahan tawanya didalam sana.

seungcheol masuk dan masih akan membujuk kekasihnya itu.

“babe.. sayang.. aku jangan diambekin” ujar seungcheol dengan nada manjanya.

“abis aku ditinggal gitu aja, terus kamu lama jemputnya.” sahut jisoo dingin.

padahal ia hanya bercanda. tidak mungkin hal spele seperti itu membuatnya marah. emang dasarnya jisoo suka melihat seungcheol mode manja. buktinya seungcheol merengut dan mengerucutkan bibirnya, ini pemandangan yang jisoo tunggu-tunggu.

“HAHAHAHAHHH lucu banget sih kamu Mas shhhh” jisoo mencubit pipi seungcheol gemas yang dihadiahi tatapan tajam seungcheol.

“kan kan kebiasaan deh kamu babe”

jisoo hanya terus tertawa renyah, ia puas mengerjai kekasihnya itu.

“lagian kamu tega banget aku ditinggalin sendirian, mana kamu besok udah harus flight.. apa salahnya coba aku diajak” ujar jisoo sedih setelahnya. gak ngambek cuma sedih.

“maafin Mas ya sayang.. kan ini kita mau makan malam? udaaah jangan cemberut lagi dong.”

jisoo menghela nafas sejenak kemudian ia mengangguk dan kembali tersenyum yang dibalas senyuman pula oleh seungcheol. keduanya pun perlahan meninggalkan area hotel menuju tempat makan malam.

sesampainya di restaurant, mereka memesan makanan yang diinginkan dan menunggu makanan dihidangkan sambil mengobrol ringan. sesekali jisoo memotret seungcheol random. bercanda dan tertawa bersama, membuat hati seungcheol menghangat.

setelah selesai, mereka pun kembali ke hotel tempat mereka menginap. hanya makan malam biasa, tak ada yang special.

sesampainya di hotel, jisoo merebahkan dirinya.

“capek hufttt”

seungcheol hanya terkekeh. “capek apaan sih babe kita gak ngapa-ngapain?”

jisoo terkekeh. “tauah capek pokoknya”

sebenarnya seungcheol sedari tadi ingin mengatakan sesuatu pada jisoo, ada hal yang ingin ia tanyakan tapi ia sedikit ragu.

“uhm.. babe..” panggil seungcheol pelan.

jisoo menoleh. “iya Mas?”

seungcheol menimbang-nimbang sesuatu dalam pikirannya. haruskah ia mengatakannya?

“uhm.. Mas—” tapi lidahnya kelu. rasanya ia masih benar-benar ragu mengatakannya.

“kenapa sih Mas?” tanya jisoo heran.

“a..ah gak papa. Mas mau tanya ini kamu dulu apa Mas dulu yang mandi?”

jisoo mengernyitkan keningnya heran lalu terkekeh geli.

“ya ampun Mas.. aku kira kenapa hahahaha.. kamu aja duluan, aku ntaran ajadeh, mager”

“o-oh oke Mas duluan yaa..”

“hahahaha iya Mas mandi sampe pagi juga silahkan” sahut jisoo lagi-lagi terkekeh.

seungcheol pun bergegas masuk ke kamar mandi dan merutuki dirinya karena lagi-lagi nyalinya ciut.

setelah seungcheol selesai mandi jisoo pun menyusul tapi hanya bebersih saja. keduanya pun membaringkan diri mereka diranjang yang sama dengan posisi jisoo memeluk seungcheol, sudah menjadi kebiasaan mereka.

bedanya hanya saat ini jisoo sudah tertidur pulas sedangkan seungcheol sedang bergelut dengan pikirannya. seungcheol bimbang.

***

“Mas yakin ga ada yang tinggal?”

“engga kok. udah beres semuanya babe..”

saat ini keduanya sedang berada di bandara. pagi ini seungcheol akan flight lebih dulu daripada kekasihnya dan jisoo memang akan selalu mengantarkan seungcheol sebelum berangkat. harusnya jisoo ikut bersamanya tapi jisoo pikir tak ada salahnya menghabiskan waktu lebih lama di Jakarta.

“jaga diri kamu baik-baik ya Mas.. kabarin aku kalo ada apa-apa, hm?” jisoo mengelus lembut pipi kekasihnya.

“iya babe.. kamu juga jaga diri baik-baik. jangan kemana-mana sendirian, ajak aja temen Mas kalo kamu butuh temen ya?”

“iya bawel”

lalu seungcheol mencium kening jisoo sebentar.

“Mas berangkat ya..”

jisoo mengangguk pelan sembari tersenyum.

seungcheol pun berbalik dan melangkah perlahan meninggalkan sang kekasih. jisoo pun melambaikan tangannya sesaat sebelum seungcheol hilang dari pandangannya.

jisoo menghela nafas pelan, sedikit sedih ditinggalkan oleh kekasih tersayangnya.

seungcheol pun berjalan dengan langkah yang berat. pikirannya tidak tenang jika harus pergi seperti ini tanpa menuntaskan semua masalah dalam kepalanya.

seungcheol berhenti.

nggak.. gue harus ngomong sekarang!

maka saat ini ia berbalik cepat-cepat menghampiri jisoo yang masih memerhatikannya dari jauh. jisoo heran, mengapa seungcheol kembali berjalan ke arahnya? apa ada yang tertinggal?

saat seungcheol sampai didepan jisoo, ia hanya berdiri menatap kekasihnya dengan tatapan yang cukup dalam. membuat jisoo merinding dibuatnya.

“Mas? kamu kenapa—

jisoo kaget saat tiba-tiba seungcheol merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kotak bludru kecil berwarna navy dan membukanya. jisoo semakin tidak bisa mengatakan apa-apa saat seungcheol membuka kotak itu dan menampilkan sebuah cincin emas putih yang begitu indah.

“M-Mas...? ini apa?”

“jisoo.. Mas udah mikirin ini dari dulu dan rasanya sekarang waktu yang tepat.”

mata jisoo pun berkaca-kaca. jisoo tahu maksudnya tapi ia akan menunggu seungcheol memperjelas segala kemungkinan yang ia pikirkan.

dan benar...

“jisoo...

will you marry me?”

jisoo meneteskan air matanya dan langsung mengangguk dengan sangat bahagia.

“yes, Mas.. yes”

jisoo menghambur ke pelukan kekasihnya yang langsung disambut oleh seungcheol. seungcheol pun memeluk jisoo dengan begitu erat. rasanya hatinya sangat bahagia bercampur...

semakin bimbang?

entahlah.

tapi satu yang pasti, ia cukup lega karena sudah menuntaskan segala hal yang belum ia tuntaskan.

jisoo melepaskan pelukannya dan menatap seungcheol dengan air mata yang masih mengalir.

“thank you, Mas.. i love you.”

seungcheol hanya tersenyum dan langsung mempertemukan bibir keduanya. rasanya cukup bahagia melihat jisoo tersenyum bahagia seperti sekarang. seungcheol juga berusaha meyakinkan dirinya bahwa ini semua adalah keputusan yang tepat. lewat ciuman itu, ia memantapkan niatnya bahwa jisoo-lah yang akan memiliki hatinya.

bukan orang itu..

mingyu terbangun karena jeonghan menggeliat direngkuhannya. entah bagaimana caranya tapi saat ini jeonghan sedang tertidur dipelukannya padahal semalam seingat mingyu ia hanya berbaring sendiri disana dan menyuruh jeonghan untuk tidur dikamarnya sendiri. posisi mereka saat ini adalah di sofa ruang tengah apartmen jeonghan dan mereka semalaman tertidur disana.

mingyu tersenyum sambil memandangi wajah pulas jeonghan. jeonghan benar-benar manis bak malaikat. hati mingyu berdebar. ia elus pelan surai rambut jeonghan dan mencium pucuk kepalanya. setelahnya mingyu membiarkan dirinya kembali tidur dengan mengeratkan pelukannya pada jeonghan.

***

“dasar deh kak han kebiasaan kebo banget kalo tidur” omel chan karena telfonnya tak kunjung diangkat oleh jeonghan.

“yaudah sih tar tinggal masuk aja, kan pin apartnya kita tau” sahut seungkwan santai. masih pagi ini.

pagi ini, sebelum cfd-an seungkwan dan chan berencana mampir ke apartmen jeonghan karena ibu mereka memasakkan makanan kesukaan sang anak tertua. mereka berencana menitipkannya dulu—kemudian cfd-an—lalu kembali lagi untuk sarapan bersama. kalo cfd-an sesudah sarapan yang ada mereka keburu malas karena kekenyangan.

saat mereka sampai didepan pintu utama apartment jeonghan, mereka menekan bel beberapa kali namun tetap tak ada sahutan.

“pencet aja pin nya udaah” ujar seungkwan yang dibalas anggukan malas oleh chan.

akhirnya mereka putuskan untuk masuk dan sekedar meletakkan makanan titipan itu dulu tanpa membangunkan sang kakak. namun alangkah terkejutnya seungkwan dan chan saat melihat penampakan dua pria dewasa yang tidur sambil berpelukan di sofa ruang tengah tersebut dan salah satunya adalah jeonghan, kakak mereka. lalu siapa yang satunya ini?

“kak han??!!” teriak chan. seungkwan sampai ikut kaget.

kedua pria dewasa itu menggeliat dan membuka mata mereka pelan. masih tak menyadari kehadiran chan dan seungkwan yang melongo melihat pemandangan didepannya. —padahal cuma pelukan elah dek, cuddle ceunah—

jeonghan perlahan membuka matanya dan sedikit mendongakkan kepalanya yang langsung dihadapkan dengan wajah mingyu.

“morning..” sapa jeonghan dengan suara paraunya.

mingyu pun ikut membuka matanya.

“hey.. morning” sahut mingyu dengan suara yang sama paraunya. mingyu mengecup pucuk kepala jeonghan sekilas.

jangan tanyakan dua adik jeonghan yang semakin tidak bisa berkata-kata setelah melihatnya. bahkan seungkwan memalingkan wajahnya.

“KAK HANNN?!!!!” teriak chan sekali lagi. sontak membuat kaget kedua pria dewasa yang masih saling menatap itu.

“adek?!!!” seru jeonghan buru-buru melepaskan dirinya dari mingyu, begitupun mingyu.

mereka berdua terduduk dengan wajah sama kagetnya.

“kakak ngapain sama laki-laki ini??? aku aduin ibu ya!!!” ujar chan masih sedikit menaikkan intonasi suaranya.

“dek tenang dulu biar kakak jelasin. jangan teriak-teriak masih pagi dek ya ampun” sahut jeonghan. “kwan si adek ajak duduk dulu, kita ngobrol”

seungkwan pun menyuruh chan untuk duduk dulu dan chan menuruti dengan nafas yang masih tersengal. entah mengapa ia begitu kesal.

jeonghan beranjak ke dapur dan mengambil air putih untuk ketiga orang diruang tengah apartmentnya. meninggalkan mingyu dan kedua adiknya dengan suasana yang begitu canggung.

tak lama setelahnya jeonghan kembali dan memberikan air putih pada mereka bertiga sebelum ia membuka suara.

“ini mingyu, temen kakak.. masa kalian ga inget sama kak mingyu? temennya kakak selain kak nyongie” jelas jeonghan sepelan mungkin.

chan mengernyitkan keningnya. “kak migu yang dulu sering kerumah?” tanya chan akhirnya.

“iya deeek.. yang sering main PS sama kamu dulu loh, masa lupa”

“ah kwannie inget! dulu kan sering jajanin kita kinderjoy loh dek” sahut seungkwan.

“hmm iya aku inget. terus tadi peluk peluk kenapa? kakak pacaran sama kak migu?”

keduanya tersentak baik jeonghan maupun mingyu. mereka bingung mau menjawab apa. kalau jawab iya, mereka belum pacaran. kalau jawab tidak, pasti dua adiknya ini bakal protes dengan apa yang mereka lihat tadi.

lama mereka terdiam sampai mingyu akhirnya menjawab “doain aja ya dek, kak migu masih ngedeketin kakak kalian nih” dengan nada tulusnya.

seungkwan mengangguk dan tersenyum senang.

“semoga berhasil kak migu hehehe” ujar seungkwan.

chan menoleh pada seungkwan tak percaya, seungkwan saat iniyang sedang menyengir gak jelas.

“oh iya kalian ngapain kesini pagi-pagi? hari libur juga.. biasanya masih tidur??”

mereka hampir melupakan tujuan awal mereka kesini.

“ini ibu bikinin sarapan buat kak han.” jelas seungkwan sembari memberikan totebag berisi makanan itu.

“kita mau cfd-an kan gamungkin bawa-bawa ini. tadinya mau nitipin dulu di apart kakak eh taunya batal cfd-an garagara....” chan menggantung kalimatnya. jelas terdengar nada tidak suka dari cara bicaranya.

“ekhem..” mingyu berdehem tak enak. “maaf ya chan, kak migu jadi ga enak..”

chan hanya mengangguk terpaksa.

“uhm.. kalo gitu aku balik ya han..”

aku

jeonghan sedikit tersipu dengan perubahan penyebutan diri diantara mereka secara tiba-tiba.

“gyu jangan balik dulu.. sarapan bareng dulu yuk? ini ibu masaknya banyak loh”

chan sedikit membelalakkan matanya. sedikit, ga sampe melotot. kaget sekaligus tak suka.

“iya kak migu.. sarapan dulu aja bareng kita, bener itu ibu masaknya banyak banget!” ujar seungkwan antusias.

chan cepat-cepat menoleh. kali ini baru sampe melotot.

“gak papa nih?” tanya mingyu sembari menggaruk tengkuknya.

“gak papa udahh ayo ke dapur bantuin aku siapin alat makannya. yuk” ajak jeonghan pada mingyu.

kemudian mereka berdua beranjak menuju dapur meninggalkan seungkwan dan chan diruang tengah.

chan mendengus kesal, ia mencubit pipi seungkwan. kebiasaannya kalau kesal malah nyubit pipi bukannya pukul.

“apasih?” tanya seungkwan berbisik.

“kok kak kwan dukung mereka sih?”

“loh kenapa? kan kak migu baik ih”

“tapi masih baikan Mas cheol!” jawab chan ketus.

seungkwan hanya geleng-geleng kepala. selain jeonghan, chan juga sama belum move on nya seperti sang kakak.

“kak han kan udah lama putus sama Mas cheol, masa dia ga boleh pacaran sama orang lain? aneh deh kamu” ujar seungkwan santai.

chan kembali mencubit pipinya, tandanya semakin kesal.

“sakit ihhh apasih—

“Deek.. sini makannya disini”

belum sempat seungkwan membalas, jeonghan sudah memanggil mereka untuk segera ke ruang makan untuk makan bersama.

chan buru-buru meninggalkan seungkwan sebelum nanti seungkwan membalas cubitannya.

“dasar bocah awas aja ya lo” monolognya sambil mengelus pipinya yang kebas.

setelahnya hening menyelimuti acara sarapan bareng ketiga kakak beradik dan calon pacar sang kakak itu. suasana masih terasa canggung dengan chan yang bersikap tidak ramah hanya dari caranya memandang mingyu. jeonghan sadar betul akan sikap adik bontotnya itu, begitupun seungkwan. tapi tak ada yang berniat menanyakannya lebih lanjut.

sedangkan mingyu, ia hanya terus berusaha bersikap se-normalnya saja. ada perasaan lega karena seungkwan terlihat welcome padanya, namun yang mengganggu pikirannya adalah chan masih terlihat kesal pada dirinya. menurut mingyu ini adalah PR-nya selanjutnya, menaklukkan anak terakhir keluarga yoon tersebut.

Gyuhan?

Jeonghan terdiam di belakang pintu apartment nya. Ia tak menyangka jika Mingyu benar-benar berada di sana.

“Mau ngapain lagi sih lo gyu?” Gumamnya berusaha mencerna semua yang menimpanya belakangan ini.

Ia tak habis fikir dengan nasibnya yang entah bisa dibilang lucu atau tidak.

Semua hal disekitarnya seakan berkaitan satu sama lain.

Lamunannya terhenti saat bel apartnya terus mengaung dengan dering telfonnya yang juga tak terhenti sejak tadi.

Ya.. Mingyu yang melakukan semuanya.

Sahabatnya yang entah mengapa terus menerus mengatakan jika hal yang dilakukannya adalah nyata.

Ia telah memikirkannya berkali-kali belakangan ini, apakah Mingyu tega mempermainkannya? Ataukah dia benar-benar serius?

Entahlah.. Ia dirundung dilema.

Ia tak pernah menyangka jika sahabatnya akan bertindak sejauh ini.

. .

Sepersekian detik selanjutnya, lagi-lagi ia dikagetkan dengan bunyi “beep” yang menandakan terbukanya pintu apartment nya.

“Hah? Lo tau password apartment gue DARI MANA KIM MINGYU?” Ucap Jeonghan dengan nada yang kian meninggi.

“Han.. Sorry.. Tapi gue bener-bener harus ngomong ama lo.”

“Jawab gue DULU!” Ucap Jeonghan yang masih tidak percaya jika Mingyu benar2 membuka pintu apartment nya.

“Oke gue jelasin.. tapi gue mohon izinin gue masuk abis ini ya.” Ucap Mingyu menatap lembut ke arah Jeonghan yang masih menatapnya begitu tajam.

“CEPET!”

“Lo inget waktu lo minta tolong ke gue buat ngambil barang lo yang ketinggalan kan? Waktu operasi sebelum kita ketemu mantan lo ama sahabat lo waktu itu.”

“Tapi itu gak bisa jadi alesan BUAT LO MASUK SEMBARANGAN!”

“Gue tau han.. Gue minta maaf.. Gue janji gak bakal lakuin hal ini lagi tanpa sepersetujuan lo.. Tapi please.. Malem ini aja.. Dengerin semua penjelasan gue..” Ucap Mingyu yang telah berhasil menggenggam lembut jemari-jemari sahabatnya.

Jeonghan menghela nafasnya sesaat sembari menutup matanya sejenak.

Ia bingung untuk memproses semuanya.

“Han.. Please.. Setelah ini gue janji.. Semua pilihan ada di lo.. Gue bahkan akan menghilang dari kehidupan lo kalo lo mau gue ngelakuin hal itu abis ini..”

Entah mengapa kalimat terakhir Mingyu membuat hatinya tergerak.

Apa ia tega membiarkan sahabatnya menghilang dari hidupnya?

Memikirkan hal ini saja membuat hatinya terenyuh hingga selanjutnya, bibirnya tak dapat membohongi hatinya lagi..

“Masuk..” Ucapanya nyaris tak terdengar pada penginderaaan.

Ia melepas tautan jemari itu sembari melangkah masuk mendahului Mingyu yang begitu lega karena akhirnya sang sahabat mau mendengarkan penjelasannya.

. .

Mingyu tak dapat berhenti tersenyum menatap kedua manik mata sang sahabat di hadapannya.

Kini, keduanya telah berada di sofa depan TV.

“Jangan liatin gue kayak gitu kim Mingyu!” Ucap Jeonghan yang telah mengerucutkan bibirnya.

“Baru beberapa hari gue gak ketemu lo. Tapi kenapa lo makin ganteng ya han, makin manis juga..” Ucap Mingyu yang terdengar begitu lembut namun malah mendapat lemaparan bantal dari sang sahabat.

“Gak usah gombal-gombal ya lo! Cepet jelasin apa yang mau lo jelasin!” Timpal Hannie kemudian.

“Iya iya han..”

Sepersekian detik selanjutnya, Mingyu kembali menggenggam lembut jemari sang sahabat.

*“Apaan sih gyu?!”8 Ucap Jeonghan yang ingin melepaskan jemarinya.

“Please.. Bentar aja..” Ucap Mingyu dengan genggamannya yang semakin erat.

“Oke.. Cepet..” Ucap Jeonghan yang akhirnya hanya bisa pasrah.

“Makasih.” Ucap Mingyu yang entah mengapa mencium jemari kanannya dengan begitu lembut. Membuat Jeonghan merasakan hal aneh dalam dirinya. Ia merasakan pipinya yang mulai memanas.

“Gyu!!” Tatapnya tajam menanggapi tindakan Mingyu barusan.

“Hehehe maaf..”

“Cepet!”

Mingyu kembali menghela nafasnya perlahan, mengumpulkan kekuatan untuk menyatakan semuanya pada sang sahabat.

“Yoon Jeonghan.. Lo inget gak awal pertama kita ketemu? Inget gak di mana?”

“Ya kampus lah mana lagi.”

“Yaap bener.. Lo yang kebingungan di koridor dan tiba-tiba nanya ruangan Professor ke gue yang baru aja lewat di depan lo.”

“So?” Ucap Jeonghan yang heran mengapa Mingyu malah membuatnya bernostalgia seperti ini.

“Lo inget gak waktu lo lupa bawa uang pas makan di kantin waktu itu? Waktu lo hampir jadi tontonan satu kantin? Hahaha.” Ucap Mingyu yang mulai terbahak oleh pertanyaannya sendiri.

“Bangsat! Napa diingetin lagi sih! Ya lagian ibunya gak ngebolehin gue ambil dompet dulu!” Ucap Jeonghan yang semakin mengerucutkan bibirnya.

“Untung ada gue sama nyong waktu itu hahaha.”

“Sialan! Berhenti ketawa gak lo!”

“Hahaha iya iya.”

Mingyu kembali melanjutkan perkataannya. Kembali menatap kedua manik sang sahabat dengan begitu lembut nan hangat.

“Udah banyak yang kita laluin bareng han.. Dan gue mohon.. Izinin gue jujur ama lo.” Ucap Mingyu mengubah suasana menjadi hening seketika.

“Mungkin ini terdengar kayak bualan atau lelucon buat lo.. Tapi gue serius.. Gue bener-bener serius..” Ucap Mingyu yang terdengar begitu tulus di pendengaran.

Jeonghan hanya bisa terdiam, mendengarkan serta memahami setiap perkataan sang sahabat.

“Gue bener-bener serius han.. Gue sayang ama lo.. Bukan sebagai sahabat.. Gue cinta ama lo.. Gue sayang ama lo, han..” Ucap Mingyu dengan senyumnya yang malah kembali mencium jemari jemari sahabatnya bergantian.

Jeonghan masih terdiam. Tak dapat dipungkiri, ia merasakan gejolak di hatinya.

Telah lama.

Telah begitu lama ia tidak diperlakukan seperti ini oleh seseorang. Telah begitu lama ia tak dicintai.

“Han.. Percaya ama gue.. Gue janji.. Gue gak akan pernah nyakitin lo.. Gue akan selalu ngebuat lo bahagia..”

“Jadi tolong.. Izinin gue buat naikin status diantara kita..” Ucap Mingyu yang membuat Jeonghan tak dapat menyembunyikan wajahnya yang kian memerah.

Setiap kata yang Mingyu ucapkan terlalu manis untuknya.

“Gyu..”

“Iya?”

“I don't think I can allow you to do it...” Ucap Jeonghan yang membuat Mingyu menatapnya semakin lekat.

“Kenapa?”

“Lo sahabat gue..”

“Iya kita memang sahabat.. but please.. Izinin gue buat sayang ama lo..”

“Gue gak ngelarang lo buat sayang ama gue kim Mingyu.. Ini semua terlalu cepet buat gue.. Gue gak tau harus gimana..” Ucap Jeonghan begitu perlahan yang terdengar begitu frustasi.

Bahunya bergetar. Ia bingung akan semua yang terjadi di hidupnya saat ini.

“Han.. Tenang dulu ya..” Ucap Mingyu mengusap lembut jemari-jemari sahabatnya yang kian bergetar.

Jeonghan mengehela nafasnya sesaat.

Mingyu menatap kedua manik itu lekat, lalu membisikkan untaian-untaian yang begitu menenangkan.

“Listen.. Gue gak minta lo buat langsung nerima gue, han.. Tapi gue mohon.. Mohon izinin gue buat masuk..” Tunjuk jemari Mingyu pada hati Jeonghan dihadapannya.

“Izinin gue buat ngisi kekosongan hati lo ya?”

Terdapat keheningan begitu lama setelah Mingyu mengucapkannya kata manis yang membuat sang sahabat gundah gulana.

Kata-kata itu begitu menusuk dan lembut di pendengaran.

Hingga sepersekian detik selanjutnya..

Jeonghan memantapkan hatinya.

Ia menenggelamkan wajahnya pada dada bidang sang sahabat. Tanpa sadar, tangannya beralun melingkar melewati punggungnya, membuatnya tenggelam begitu nyaman di pelukan.

Mingyu terdiam sesaat. Tak menyangka akan mendapat pelukan.

“Han..” Gumamnya mencari jawaban.

“Boleh..”

“Maksudnya?” Tanya Mingyu masih mencerna ucapan Jeonghan di benaknya.

“Gue ngizinin lo kim Mingyu..” Ucap Jeonghan menatap Mingyu sesaat namun kembali mengenggelamkan dirinya pada pelukan hangat sang sahabat.

Mingyu tak dapat membendung senyumnya. Maniknya mulai berkaca. Hatinya bergejolak. Penantiannya terbayar.

Sepersekian detik selanjutnya, ia mendekap sang sahabat ah bukan.. calon kekasihnya begitu lekat. Seakan takut semesta memisahkan keduanya.

“Makasih.. Makasih udah ngizinin gue han..” Ucap Mingyu seraya mengecup pucuk kepala sang sahabat.

. .

Tanpa sadar, Jeonghan menitikan air matanya.

Ia benar-benar bahagia.

Ia tak menyangka jika pada akhirnya, hatinya akan berlabuh pada sosok yang begitu dekat. Sungguh.. Ia akan bersungguh-sungguh membuka hatinya kembali.

Kedua calon kekasih itu saling bersitatap. Menekuni ketulusan yang terpancar pada masing-masing manik pandangan.

Mingyu mengusap pipi Jeonghan lembut. Menatap setiap keindahan yang terpancar pada wajah sang calon kekasih.

Tatapannya terhenti pada bibir tipis di hadapannya.

“May I?”

Ucapnya yang sempat membuat Jeonghan mematung seketika. Jantungnya berdegup begitu cepat. Jeonghan paham, sangat paham akan apa yang Mingyu maksud.

Hingga sepersekian detik kemudian, sosok itu mengangguk mengiyakan.

“Lo yakin? Lo boleh nolak, han.. gue gak akan maks— ” Ucap Mingyu namun terpotong dengan sentuhan pada bibirnya.

Sentuhan lembut dari benda kenyal yang entah mengapa terasa begitu manis dalam sentuhan singkat.

“Han..”

Ucap Mingyu menyentuh bibirnya sendiri, tak menyangka jika sang sahabat telah lebih dulu menyantukannya dengan miliknya.

Jeonghan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia tak dapat membendung rona merah yang telah sepenuhnya menghiasi wajahnya. Ia juga tak paham mengapa ia maju terlebih dahulu.

“Imut banget sih han..” Ucap Mingyu sembari mencoba melepaskan telapak tangan Jeonghan yang masih menutupi paras indahnya.

“Diem! gue malu!”

“Ya udah sini biar gak malu lagi..” Ucap Mingyu yang entah sejak kapan telah berhasil menyatukan kembali pagutan keduanya.

Jeonghan terbelalak akan sikap Mingyu yang tiba-tiba, namun sepersekiain detik kemudian, ia mulai menutup kedua maniknya perlahan.

. Tak ada perlawanan dari keduanya. .

Keduanya menikmati apa yang ada. Bermain dalam ritme yang saling dinikmati bersama. Saling membalas akan pagutan lembut yang kian dalam pada setiap detiknya.

. Tak ada yang berniat untuk mengakhiri. .

Hanya sesekali melepas sesaat untuk saling mencari udara yang kian sesak. Lalu kembali berburu seakan takut ada yang memisahkan sang pagutan. Menatap satu sama lain dengan tatapan yang sama dalamnya.

. Keduanya begitu larut di dalamnya hingga.. .

Entahlah.. .

Hanya keduanya yang mengetahui akhirnya...

Saat ini Seungcheol sedang menyetir bersama sang kekasih yang duduk manis disampingnya. Alunan musik pada radio saat ini turut menemani keduanya yang sedang asik bercengkrama, lebih tepatnya Seungcheol yang tak henti-hentinya menceritakan tentang anak-anak a.k.a bujug. Mulai dari Jihoon yang sedikit cuek namun sebenarnya sangat ramah, Minghao yang frontal dan blak-blakan dan tak lupa Seokmin yang paling berisik diantara semuanya. Terlihat jelas Seungcheol begitu merindukan teman-temannya hingga pria yang lebih tua itu tak bisa diam dan terus berbicara. Tentu saja Jisoo tampak bahagia melihatnya. Hal itu sukses menarik perhatiannya.

“Mas.. seneng banget kah?”

“Hah? kenapa nanya gitu?”

“Kamu sadar gak sih kamu ribut sendiri dari tadi?”

Seungcheol sedikit terkekeh.

“Mungkin karena Mas kangen banget sama mereka kali yaa..”

“Kalo sama aku ga kangen?”

Seungcheol lagi-lagi terkekeh

“Dari pagi ke malem Mas sama kamu terus?”

Jisoo hanya diam saja tak menanggapi, cemberut. sontak saja Seungcheol mencubit hidungnya gemas.

“Nanti kalo Mas flight lagi, pasti Jisoo orang pertama yang Mas kangenin..” Ujar Seungcheol sedikit menggoda kekasihnya. Senyum Jisoo pun kembali mengembang.

Tak terasa mereka sudah sampai disebuah cafe tempat biasanya anak-anak bujug berkumpul. Seungcheol dan Jisoo pun turun dari mobil mereka.

“Ini tuh tempat biasanya kita ngumpul yang.. dari dulu banget.”

“Pantes kamu excited banget..”

Seungcheol hanya tersenyum dan mengangguk antusias. Ia mengecek ponselnya dan benar saja, teman-temannya sudah sangat berisik bertanya dimana kah Seungcheol dan takut pria itu membatalkan janji. Seungcheol hanya terkekeh kecil, kemudian ia gandeng tangan kekasihnya dan membawanya masuk ke dalam untuk bertemu teman-temannya.

“Cheol..?”

Seokmin yang pertama kali menyambut kedatangan sang kawan. mereka berpelukan begitu erat dan saling menepuk pundak satu sama lain.

“apa kabar brader?”

“baik. gue baik banget.. Ji.. Hao..” Seungcheol menyambut pelukan kedua teman lainnya dan melepasnya saat menyadari kekasihnya yang berdiri kikuk dibelakangnya.

“Oh iya.. kenalin ini Jisoo.”

Jisoo pun sedikit maju dan menyalami ketiga sahabat kekasihnya itu.

“Widih siapa nih Cheol?”

Calon gue.”

Seungcheol tampak menoleh dan tersenyum pada kekasihnya saat mengatakannya.

“Asek bener Cheol balik-balik udah bawa calon aja” tukas Hao.

“Iya nih Mas.. Calon yang bener-bener calon nih?” goda Jihoon.

Seungcheol hanya tertawa ringan menanggapi teman-temannya yang sudah pasti kepo itu.

“Doain aja yaa..” Ucapnya sembari menggenggam tangan kekasihnya.

“Wihh berarti udah gak galau lagi ama Jeong— ADUH!” Si Seokmin ini, padahal sudah dirapatkan sebelum ngumpul untuk jangan menyebut masalalu Seungcheol. Mungkin waktu rapat dia tidur kaya anggota DPR, makanya keceplosan. Berakhir dengan di sikut oleh Jihoon.

“Mas, Jisoo, ayo duduk dulu, kalian pesen apa?” Jihoon mencoba mengalihkan pembicaraan.

Jisoo tahu apa maksud pembicaraan Seokmin, terlihat jelas dari senyum Seungcheol yang tiba-tiba memudar. Sebenarnya Jisoo sedikit penasaran karena Seokmin hampir menyebut nama orang yang menjadi masa lalu kekasihnya. Namun ia tak pernah ingin tahu lebih lanjut, itu hanya masa lalu, dan sekarang hanya ada ia dan Seungcheol. Ia ingin lebih fokus untuk membuat Seungcheol bahagia daripada mencari tahu tentang masa lalu kekasihnya.

Mereka pun duduk dan segera memesan makanan masing-masing. Setelahnya hanya mengobrol ringan sekedar menanyakan kabar dan juga sudah pasti kepo pada hubungan Seungcheol dan kekasihnya. Mereka mengintrogasi keduanya habis-habisan. Pantas saja Seungcheol merindukan mereka, ternyata mengobrol bersama mereka bisa membuatnya lupa waktu dan menghilangkan stress, pikir Jisoo. Apalagi mereka baik padanya dan Jisoo merasa diterima dengan baik oleh sahabat kekasihnya.

“Mas.. aku ke toilet dulu ya..”

“Huum hati-hati kepleset babe”

Jisoo hanya terkekeh. Kadang-kadang kekasihnya ini memang garing.

Setelah Jisoo pergi, sontak saja ketiga sahabatnya merapatkan diri mereka dengan Seungcheol.

“Lo beneran udah okay Mas?” ini Jihoon.

“Iya Cheol, beneran udah gak kepikiran sama yang dulu?” yang ini Hao.

“Ho'oh.. nemu aja lo yang bening-bening Cheol..” yang ini... Seokmin-_-

Segera saja Seungcheol menggeplak kepalanya. “Pacar gue itu!”

“Yeeeuuu bucin apa sosoan bucin lo?” Sahut Seokmin sambil mengelus kepalanya.

“Tapi serius Cheol, lo beneran udah gak papa? Gue gak mau lo nyakitin anak orang dan diri lo sendiri.” Ujar Hao sedikit sarkas, sudah biasa.

“Gue justru baik-baik aja setelah ketemu dia hao, ji, seok. Untuk masalalu gue... Gue gak tau, gue terus coba untuk lupain itu pelan-pelan. Apalagi kemarin gue ketemu lagi sama dia.”

“Jeong...han?” Jihoon sedikit menurunkan volume suaranya dan melihat ke kiri dan kanan, takut terdengar oleh orang lain apalagi Jisoo.

“Please.. Jangan sebut nama itu untuk hari ini. Gue takut kalian kelepasan lagi”

“Iya iya sori dah gue lupaaa” Ujar Seokmin merasa tersindir.

Seungcheol mendengus pelan. “Jadi kemarin gue ketemu dia... sama Mingyu, dan ternyata mereka pacaran”

“HAH?” Ketiganya refleks teriak, terkejut.

“Kok bisa Mas?” tanya Jihoon.

“Ya mana gue tau Ji.. Yang parahnya lagi, Jisoo itu sahabatnya Jeonghan dari SMA”

“Hah bentar.. Jisoo? Sahabat Jeonghan?” Jihoon tampak berpikir. “Hah? Hong Jisoo? Pacar lo Hong Jisoo Mas?”

Seungcheol mengangguk dan sedikit heran. “Iya kok lo tau Ji?”

“Anjir ya tau Mas.. Gue satu sekolahan sama Jeonghan dan Soonyoung kalo lo lupa. Itu Jeonghan sama Jisoo ibarat amplop ama perangko, alias deket banget?!”

“Yaudah santai aja donk sayang ngomongnya, napas dulu napas” Celetuk Seokmin yang mendapat tatapan sinis dari Jihoon.

Seungcheol hanya menghela napasnya pelan. “Iya gue juga kaget pas Jisoo ngajak gue ketemu sahabatnya dan tau-tau itu dia.”

“Lo yakin bakal gak papa bahkan setelah ketemu mantan lo?” Hao kembali bertanya.

Seungcheol terdiam cukup lama tapi ia mengangguk setelahnya.

“Gue harus baik-baik aja Hao.. Gue udah mutusin jalan mana yang gue pilih, dan gue milih membuka hati gue untuk Jisoo.”

“Lo udah sayang sama pacar lo? Cinta?” masih Hao yang kepo.

“Gue sayang sama Jisoo. Kalo cinta... belum? Maybe. Gue masih mencoba.”

“It's okay Cheol.. Hidup lo kan jalan terus nih, lo ga harus stuck sama satu orang apalagi orang itu nyakitin lo. It's okay kalo lo mau coba untuk bahagia, gue dukung apa pun keputusan lo. Lagian cinta datang karena terbiasa, jadi nikmatin aja prosesnya bro..” Celetuk Seokmin yang mendapat 4 jempol dari Hao dan Jihoon.

Seungcheol tertawa geli mendengarnya.

“Thanks Seok.. That's mean a lot for me.”

Mereka berempat terus berbincang hingga Jisoo pun kembali ke tengah-tengah mereka. Saat Jisoo baru saja duduk disampingnya, Seungcheol langsung menggenggam tangan kekasihnya. Jisoo sedikit heran dengan tingkah Seungcheol akhir-akhir ini yang menjadi super clingy. Tapi ia suka. Sangat suka. Jisoo merasa peluangnya semakin terbuka, maka dengan senang hati ia membiarkan apapun yang Seungcheol lakukan padanya.

Berbeda dengan Seungcheol, dibalik sikapnya yang berubah menjadi super clingy, ia berusaha mati-matian meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia sudah baik-baik saja. Bahwa ia sudah move on. Dan bahwa saat ini ada Jisoo, dan hanya harus Jisoo yang menempati hatinya, bukan orang itu.

Till We Meet Again?

.

.

.

“Jeonghan...?” tegur Jisoo sedikit hati-hati.

Jeonghan melepaskan dirinya dari Mingyu dan menoleh.

“Jisoo!!”

Jeonghan memanggil sahabatnya dengan tersenyum begitu sumringah, namun saat ia berpindah pandang pada orang disebelah sahabatnya, seketika senyum itu memudar. Jeonghan mengenal orang itu, Choi Seungcheol.

Jisoo segera berlari dan memeluk sahabatnya itu. Menyisakan Seungcheol yang masih membeku ditempatnya.

“Jeonghan! Ya ampun gue kangen banget sama lo!” Jisoo memeluk sahabatnya begitu erat.

Sedangkan Jeonghan sama membekunya, bahkan ia tak membalas pelukan sahabatnya. Dengan sedikit menahan napasnya, Ia berusaha menatap Seungcheol yang masih tak berkutik ditempatnya.

Seungcheol sudah sejak tadi memandangnya. Namun saat mereka lagi-lagi bertemu tatap, Seungcheol menoleh ke arah lain, melihat apapun yang bisa ia lihat, berusaha mengatur napasnya.

Jeonghan rasanya ingin menangis saat menyadari betapa rindu ia pada orang itu. Tapi fakta bahwa orang itu adalah kekasih sahabatnya membuat hatinya terasa seperti ditusuk ribuan benda tajam.

Jisoo melepaskan pelukan mereka dan menggenggam tangan Jeonghan. “Lo kok diem aja? Ga seneng ketemu gue ya?” Jeonghan yang mendengar itu mau tidak mau harus fokus pada sahabatnya ini dulu.

“H-hah? Y..ya senang lah, Soo. Iya seneng. Hehe...” Jeonghan berusaha menahan getaran pada suaranya.

Jisoo hanya terus tersenyum begitu manis hingga ia bertukar pandang dengan pria disebelah Jeonghan. Ia memicingkan matanya, seperti tidak asing dengan pria itu.

“Loh.. k-kamu..?” Jisoo membulatkan matanya kaget. Ia langsung teringat kekasihnya yang terlupakan sejak tadi. Cepat-cepat ia menoleh kearah kekasihnya. “M-mas?” lalu kembali menoleh pada pria disebelah Jeonghan. “Mingyu? adiknya Mas cheol?”

Jeonghan memejamkan matanya ketika mendengar Jisoo menyebut nama Seungcheol. Mengapa rasanya sakit sekali, pikirnya.

Mingyu yang menyadari perubahan raut wajah Jeonghan segera menarik dan merangkul pundak 'sahabat'nya.

“kenalin gue Mingyu. 'PACAR'nya Jeonghan.” Sahut Mingyu begitu tenang. Jeonghan disebelahnya terlihat sedikit terkejut.

“Gyu—” Sela Jeonghan.

“Dan.. iya, gue adiknya Mas cheol.” Ujar Mingyu masih sama tenangnya sembari menatap Seungcheol tajam.

Jisoo menelan ludahnya. Seketika suasana terasa begitu tegang disana. Apalagi ia tahu hubungan sang kekasih dan adiknya tidak baik-baik saja.

“Ah iya.. Uhm.. Hai Mingyu, gue Jisoo.” Jisoo berusaha tenang dan mengajak 'calon' adik iparnya itu berkenalan. Mereka berjabat tangan dengan tenang.

“Pacarnya Mas cheol?” Tanya Mingyu sambil tersenyum dan menatap Seungcheol.

Jisoo balas tersenyum. “Iya. pacarnya Mas cheol..”

Nafas Jeonghan tercekat. Matanya berkaca-kaca tapi ia coba tahan untuk tidak menangis saat itu juga.

“Oh iya gue sampe lupa, Mas.. sini.. Aku kenalin sama sahabatku.” Jisoo memanggil kekasihnya yang masih berdiam ditempatnya. Seungcheol mau tak mau menuruti kekasihnya dan berpura-pura tak ada yang terjadi. Seungcheol pun berjalan perlahan menghampiri ketiga orang dihadapannya dan memeluk pinggang kekasihnya. Ia memaksa senyumnya.

“Han.. kenalin ini Mas Seungcheol. Pacar gue hehe..” Jisoo mengenalkan Seungcheol dengan senyumnya yang mengembang. Ia menoleh ke arah Seungcheol yang ikut tersenyum bersamanya.

Seungcheol pun menyodorkan tangannya. “Seungcheol..”

Kalau Jeonghan tidak memikirkan perasaan sahabatnya, mungkin sejak tadi ia akan pergi dari sana dan melampiaskan semua rasa sakitnya dengan menangis sejadi-jadinya. Tapi ini Jisoo, sahabatnya. Ia tak mungkin meninggalkan Jisoo begitu saja. Lagipula mungkin mulai saat ini Jeonghan harus menerima kenyataan dan melupakan masa lalunya.

Maka dari itu dengan berusaha mengatur degup jantungnya, ia mencoba untuk bersikap biasa saja dan menyambut tangan Seungcheol.

“J..Jeonghan”

Keduanya melepaskan tangan mereka tanpa memandang satu sama lain.

Mereka takut tenggelam jika saling menatap walau hanya beberapa detik saja..

***

“Han.. kalian udah lama pacarannya?”

Saat ini mereka berempat sedang duduk mengobrol ringan— lebih tepatnya Jisoo dan Mingyu yang lebih banyak berbicara— sambil menunggu pesanan mereka datang.

“Hah? Siapa?”

“Lo sama Mingyu lah han.. Masa sama Mas cheol? Hahahaha..” Jisoo terkekeh dengan gurauannya, lain halnya dengan Jeonghan dan Seungcheol yang membeku ditempat saat mendengar gurauan Jisoo. Mingyu juga sedikit kaget namun langsung menyela ucapan Jisoo.

“Lumayan.. Satu tahun mungkin?”

Jeonghan membelalakkan matanya dan menoleh cepat ke arah Mingyu. Mingyu hanya tersenyum dan menggenggam tangan Jeonghan. Seungcheol jelas melihatnya, tapi ia tetap mencoba bersikap tenang.

Tiba-tiba ponsel Mingyu berdering, ada panggilan masuk dari rumah sakit.

“Sebentar yaa.. Gue angkat telfon dulu.” Mingyu pamit untuk keluar sebentar “bentar ya sayang” ujarnya lagi pada Jeonghan. dan Jeonghan hanya diam tak menyahut.

“Manis banget sih kalian” ujar Jisoo setelahnya.

“Hah? Apaan deh soo”

“Ih bener loh, Mingyu manis banget. Pasti lo bahagia banget deh punya pacar kaya Mingyu..” Jisoo terlihat bersemangat, menurutnya Jeonghan dan Mingyu benar-benar serasi.

“Babe..” ujar Seungcheol menyela pembicaraan mereka. Menarik atensi Jeonghan yang lagi-lagi merasa sesak saat melihat interaksi mereka.

“iya Mas?”

“Mas keluar sebentar yaa..” Lalu ia mendekat dan sedikit berbisik “Mas mau coba ngobrol sama Mingyu” lalu menarik diri dan tersenyum pada kekasihnya.

“Ah oke.. take your time, Mas..”

Seungcheol hanya mengangguk dan mengelus pelan pipi kekasihnya. Lalu ia segera bergegas keluar untuk menemui adiknya dan melepas diri dari ruang yang begitu menyesakkan.

***

“Lo sendiri soo?”

“Hmm? Kenapa han?”

Jeonghan berusaha tetap tenang dan memaksa senyumannya.

“Lo sendiri udah berapa lama.. sama pacar lo?”

“Oh gue? Hmm.....” Jisoo tampak berpikir

“3 bulan? Setengah tahun? Satu tahun? Hahaha gatau gue”

“Kok gitu?”

“Uhm.. Gue sama Mas cheol tuh deketnya udah lama.. Gak ada embel-embel pacaran juga cuma kek... Dia tuh udah serius sama gue ehehe” Jisoo begitu sumringah saat menceritakannya. Berbeda dengan lawan bicaranya.

“Ah g-gitu..”

“Huum.. Gue seneng banget han. Gue gak pernah pacaran, sekalinya pacaran tuh sama Mas cheol”

“Lo sayang banget ya sama pacar lo?”

“Banget han. Banget.”

***

Mungkin beberapa jam lagi saya kesana. Iya. Sama-sama. Sampai ketemu nanti dok” Ujar Mingyu sebelum menyudahi telfonnya.

Seungcheol sudah berdiri dibelakang Mingyu sejak tadi, menunggunya selesai bertelfon.

Setelah bertelfon, Mingyu masih membalas beberapa pesan yang masuk tanpa menyadari kehadiran Seungcheol. Seungcheol menghela napasnya sebelum akhirnya menegur adiknya itu.

“Gyu..”

Mingyu tersentak, ia memejamkan matanya. Ia tahu benar siapa yang memanggilnya saat ini. Mingyu mencoba tenang, ia berbalik dan kembali menyapa.

“Iya. Kenapa?”

“Gimana kabar kamu?”

“Gue baik.”

Hanya dua kata dan mampu membungkam Seungcheol, ia berusaha mengatur napasnya. Ternyata sama sesaknya ketika menghadapi adik satu-satunya yang tiba-tiba terasa seperti orang asing.

Mingyu yang melihat Seungcheol hanya diam tak berbicara pun hendak kembali masuk dan duduk disamping 'kekasih' pura-puranya itu. Tapi Seungcheol menahan tangannya.

“Gyu—

“Apa?” Sembari menepis tangan Seungcheol.

“Gyu kenapa kamu harus kasar seperti ini? Mas ini Mas kamu loh.”

“Gue ga punya Mas pengecut kaya lo”

“Kamu gak mau tanya keadaan Mas? Kamu gak mau tau apa yang Mas laluin setahun ini?”

“Gue mau, gue cukup pengen tau tapi lo malah lari entah kemana! Apa namanya kalo bukan pengecut?”

Mingyu pun berlalu meninggalkan Seungcheol yang sedang menahan amarahnya. Tapi sebelum ia menyentuh pintu kaca restaurant tersebut, ia kembali bersuara.

“Oh iya soal Jeonghan, sekarang dia punya gue. Dan gue ga akan biarin Jeonghan sedih kaya yang lo lakuin. Jangan dekat-dekat atau mimpi untuk dekat sama dia lagi”

Mingyu pun kembali berbalik dan masuk kedalam namun kata-kata Seungcheol menghentikan langkahnya.

“kamu tenang aja. Mas udah punya Jisoo.”

Mingyu mengepalkan tangannya. “Baguslah, jadi gue gaperlu khawatir.” Lalu berlalu meninggalkan Seungcheol sendiri.

***

Makan malam berjalan dengan lancar —bagi Jisoo. Nyatanya ketiga orang lainnya terlihat tidak berselera makan karena masalah mereka masing-masing.

Setelah mereka menyelesaikan makan malam, Mingyu buru-buru berpamitan pada Jisoo dan Seungcheol karena ia harus segera kembali kerumah sakit. Dan tak lupa mengantar Jeonghan terlebih dahulu.

Dan disinilah mereka saat ini, masih mengobrol didepan restaurant sebelum akhirnya berpisah.

“Kalian buru-buru banget sih” Ujar Jisoo sedikit cemberut.

“Kan kamu bisa ketemu lain kali, yang..” ujar Seungcheol. Jisoo hanya menghela napas pasrah.

“Lain kali harus ketemu lagi loh yaa kita berempat?!”

Ketiga orang lainnya hanya diam tak ada yang menyahut.

“babe.. kamu loh quality time dulu sama—” Seungcheol terdiam sejenak sebelum mengucapkan nama orang itu “—Jeonghan.”

“Gak papa nanti sekali lagi double datenya, seru tau Mas.. Ya gak Han? Gyu?”

Jeonghan bingung harus menjawab apa. Ia tak ingin mengecewakan sahabatnya yang hanya dapat bertemu sesekali saja. Namun hatinya benar-benar tidak sanggup jika harus bertemu dan melihat interaksi mereka berdua lagi.

“iya.. ntar kita double date lagi deh.. Aku juga perlu lebih mengenal 'calon kakak iparku', bukan begitu Mas?” Ujar Mingyu sedikit sinis.

Seungcheol mengeratkan pelukannya pada pinggang sang kekasih dan tersenyum tenang. “Tentu saja.”

sore ini Jeonghan berencana akan bertemu sahabat karibnya saat masih duduk dibangku SMA dulu, Jisoo— salah satu orang yang paling dekat dengannya selain Soonyoung. keduanya bahkan sering diiming-iming sebagai anak kembar yang berparas bak malaikat. bagaimana tidak, wajah keduanya benar-benar mirip jika dilihat sekilas, tapi jika diperhatikan baik-baik mereka adalah orang yang berbeda. mereka sering menghabiskan waktu bersama, kemana-mana berdua, bahkan Jeonghan tak pernah absen menginap di kost-an Jisoo saat weekend. namun hubungan mereka merenggang saat keduanya memutuskan untuk berkuliah di bidang yang berbeda. Jeonghan yang memilih berkuliah di kedokteran karena cita-citanya yang ingin menjadi dokter sejak kecil dan Jisoo yang kuliah penerbangan karena tuntutan keluarga.

beberapa hari yang lalu tiba-tiba Jisoo menghubunginya dan berencana akan singgah di Jakarta untuk beberapa hari. tentu saja mereka harus bertemu, keduanya sudah saling merindukan sejak lama. namun karena kesibukan masing-masing membuat keduanya lupa akan satu sama lain.

tak ada yang tahu bahwa pertemuan ini adalah awal dari masalah untuk kedepannya

atau..

takdir sedang berusaha mempertemukan dua orang yang sudah terlalu lama berpisah?

dan disinilah Jeonghan sekarang —bersama Mingyu— sedang menunggu sahabatnya yang masih belum sampai juga. mereka hanya mengobrol ringan sembari menunggu.

“han lo okay?”

Jeonghan terdiam sebentar tapi tak lama ia mengangguk pelan. “hidup gue jalan terus gyu. walaupun tempat ini ngingetin gue sama Mas, gue gaboleh galau cuma gara-gara sore ini kita kesini.”

“good. gue seneng lo udah move on han..”

move on? sudah kah? gue juga gatau gyu.. kata-kata itu hanya ia simpan dalam hatinya. Mingyu juga gak perlu tau, pikirnya.

“lo sendiri? lo okay gyu?” tanya nya mengalihkan pembicaraan.

“hah? kenapa harus ga okay?”

Jeonghan mendengus pelan. “lo kayak gak ada galau galaunya deh gue liat. lo baru putus Mingyuuu!”

Mingyu terkekeh kecil. “terus gue harus apa? nangis-nangis kaya lo dulu gitu?” ledeknya yang mendapat pukulan kuat pada lengannya. “han lo sakit loh kalo mukul orang” ujarnya kemudian sembari mengusap lengannya.

“lagian iseng banget! gue kan udah gak nangis nangis lagi, kenapa diingetin sih?!” ujar Jeonghan sambil mengerucutkan bibirnya.

Mingyu gemas dan mencubit pipi 'sahabat'nya “idih gitu doang ngambek?” lalu setelahnya tangannya berpindah dan mengelus pelan kepala 'sahabat'nya “gue seneng lo udah ga sedih sedih lagi han, tetep gini terus ya..” ucap Mingyu dengan senyum teduhnya.

Jeonghan hanya membalas senyum itu dan mengangguk pelan.

bertepatan dengan itu, dari kejauhan Jisoo dan Seungcheol tampak baru memasuki restoran sushi tersebut. namun sebelum mencari dimana keberadaan Jeonghan, Jisoo hendak ke toilet dulu yang ditemani oleh sang pacar, Seungcheol.

Mingyu yang duduk menghadap kearah pintu masuk pun kaget dibuatnya, ia kaget karena yang ia lihat saat ini adalah: dua orang yang memasuki restoran tampak seperti sepasang kekasih, dengan tangan yang saling bergandengan, bercanda dan tertawa bersama, dan orang itu adalah Seungcheol dan kekasihnya.

Mingyu terlihat menahan napasnya, seperti sedang menahan amarah. ia tak menyangka Seungcheol sudah memiliki pengganti Jeonghan. rasanya semua terasa benar jika saat ini dirinya akan maju memperjuangkan 'sahabat'nya itu.

“kenapa gyu?” Jeonghan yang menyadari perubahan raut wajah mingyu pun bertanya dengan sedikit heran.

“h-hah? gak.. gak papa han.”

Jeonghan hanya mengernyitkan keningnya dan kembali memainkan ponselnya. untung saja posisi duduk Jeonghan membelakangi pintu masuk sehingga ia tak akan melihat pemandangan tak mengenakkan itu.

Mingyu pun berpikir keras, sepertinya ada baiknya mengajak Jeonghan berkeliling dulu sembari menunggu. lagipula mereka belum memesan makanan dan temannya Jeonghan juga belum mengabari kalau sudah atau hampir sampai.

“han.. kita keliling dulu aja kali ya, gue pengen muter-muter sambil nunggu temen lo itu, yuk?”

“hah? kenapa tiba-tiba deh?”

Mingyu yang menyadari Seungcheol dan pasangannya baru saja keluar dari toilet pun sedikit panik dan menarik paksa Jeonghan untuk berdiri dan pergi dari sana.

“udah yuk kita jalan-jalan aja dulu sebentaaar” ujar Mingyu sedikit manja.

“Gyu temen gue tuh udah otw dari tadi, bentar lagi pasti nyampe. udah ah disini aja gak usah kemana-mana!”

Mingyu kembali menyadari kedua orang tadi sedang berjalan ke arah mereka. tidak, ia harus menyeret Jeonghan dari sini sekarang juga.

Mingyu memejamkan matanya “han gue sayang sama lo!”

Jeonghan mengernyit. “hah?”

“gue sayang sama lo, not as a friend tapi karena itu lo”

Jisoo yang menyadari kedua orang yang tengah berdiri beberapa langkah didepannya itu adalah sahabatnya pun memanggilnya dari jauh.

“Jeonghan!”

Jeonghan hendak menoleh, namun sebelum menoleh dirinya ditarik mendekat oleh Mingyu dan

Cup

Mingyu mencium bibirnya dan membuat Jeonghan membelalakkan matanya.

Jisoo dan Seungcheol terlihat kaget, apalagi Seungcheol. ia kaget setengah mati saat beberapa detik lalu mendengar kekasihnya memanggil Jeonghan dan Seungcheol dengan jelas melihat Mingyu berdiri disana bersama seseorang yang terlihat tidak asing walaupun dengan posisi yang membelakangi mereka.

Seungcheol menahan napasnya. tiba-tiba sekelebat ingatan masa lalu muncul dalam pikirannya. orang itu. didepannya saat ini. dan Mingyu mencium bibirnya. Seungcheol tahu tak seharusnya ia merasa seperti ini tapi hatinya.. sesak. ia refleks meremas kuat genggaman tangannya bersama sang kekasih yang membuat Jisoo menoleh dan bingung dengan ekspresi Seungcheol saat ini.

Jeonghan yang masih kaget hanya diam tak melakukan apapun hingga tiba-tiba mingyu melepaskan tautannya.

“gue sayang sama lo, Jeonghan.” Mingyu mengatakannya dengan lantang dan penuh penekanan.

Jeonghan hanya terdiam dengan semburat merah pada wajahnya. ia belum menyadari kehadiran Jisoo disana karena masih mencerna apa yang terjadi barusan. namun, satu suara membuyarkan tatapannya pada Mingyu.

“Jeonghan..?” tegur Jisoo sedikit hati-hati.

Seungcheol disebelahnya terlihat pucat saat ini.

Jeonghan pun menoleh dan segera membenarkan posisinya yang tadi masih dalam dekapan Mingyu. Jeonghan berusaha mengabaikan dulu apa yang Mingyu lakukan barusan dan menyapa sahabatnya, awalnya Jeonghan tersenyum begitu sumringah saat melihat sahabat lamanya kini berdiri tepat didepannya, namun sepersekian detik kemudian senyumnya memudar saat menyadari 'kekasih' dari sahabatnya ini adalah orang yang ia kenal.

sangat kenal bahkan.

napasnya tercekat. matanya memanas saat tanpa sengaja bertemu tatap dengan orang itu.

orang yang selama satu tahun ini masih betah berada dalam hatinya, sekuat apapun ia mencoba melupakan orang itu.

orang yang saat ini menggenggam jemari sahabatnya begitu mesra.

orang itu kekasih sahabatnya, yang juga adalah mantan kekasihnya, Choi Seungcheol.

.

.

.

— Tbc —

End?

. .

Saat ini, Jeonghan tengah sibuk membaca beberapa sinopsis buku. Ia sedang memilih buku mana yang harus ia beli. Buku tentang kasus-kasus pada pasien yang ia yakin pasti akan sangat menambah pengetahuannya.

Ia membaca dengan begitu fokus hingga fokusnya terpecah saat sahabatnya mulai merecokinya.

“Wih buku apa nih?” Ucap Mingyu merampas buku yang Jeonghan pegang.

“Gue lagi baca gyu! Sini balikin!” Ucap Jeonghan berusaha mengambil buku itu namun Mingyu terus mengangkatnya tinggi.

“Gak bisa wlee. Lo pendek ya ternyata han hahaha.”

“Rese' banget sih! Lo nya aja yang ketinggian! Siniin Mingyu jelek!” Ucap Jeonghan sedikit berteriak dengan usahanya yang masih berusaha merampas buku di tangan Mingyu.

“Ganteng gini malah dibilang jelek. Ati2 lo suka ama gue.” Ucap Mingyu yang malah mengerucutkan bibirnya.

“Dih amit2! Sini gyu, gue mau baca, gue mau pilih beli yang mana. Kata lo, mending yang mana?” Ucap Jeonghan yang akhirnya berhasal merampas bukunya kembali.

Ia menunjukkan dua buku yang sama tebalnya.

“Beli aja semuanya han.” Ucap Mingyu sekenanya.

“Ya nggak lah, ini aja perbukunya udah ribuan halaman. Mahal juga. Satu aja dulu.”

“Ye lagian kenapa gak baca soft filenya aja sih han. Gratis dan lebih flexible.” Ucap Mingyu yang seakan sedang mencermahi sahabatnya.

“Suka-suka gue lah. Gue tuh capek natep layar mulu, Mingyu. Emangnya lo nggak?”

“Ya sama sih.”

“Ya udah.”

. . .

“Gimana sih han, belepotan tuh.” Ucap Mingyu pada Jeonghan yang tengah menyeruput es nya.

“Hah? Masa?” Langkah Jeonghan terhenti sembari menatap pantulan dirinya di depan dinding kaca sebuah toko.

“Mana sih gyu?” Tanya Jeonghan menyernyitkan penglihatannya.

Bukannya menjawab, Mingyu malah terbahak karena Jeonghan begitu mudah tertipu oleh ucapannya.

“Hahaha ya nggak mungkin lah han kan lo cuma minum bukan makan!”

“Ih bener2 lo ya!” Ucap Jeonghan yang telah bersiap menimpuk Mingyu dengan tas nya.

Mingyu hanya bisa terkekeh melihat ekspresi sahabatnya. Keduanya sempat saling kejar sesat.

Hingga sepersekian detik kemudian.. . . .

“Mingyu!”

Langkah Jeonghan dan Mingyu terhenti tatkala seseorang muncul di hadapan mereka.

Seseorang yang membuat senyum Mingyu mengembang seketika. Seseorang yang sangat ingin ia temui sejak lama.

“Sayang.. Akhirnya aku ketemu kamu.” Ucap Mingyu dengan senyumnya yang kian mengembang seraya berusaha menggenggam kedua tangan Wonwoo namun segera tertepis oleh sang empunya.

Wonwoo tersenyum simpul sesaat.

“Jadi gini ya kelakuan kamu selama break ama aku, wah makin deket aja nih ama dia.” Ucap Wonwoo dengan tatapannya yang begitu menusuk. Membuat Jeonghan memalingkan wajahnya sesaat.

“Aku cuma nemenin Jeonghan beli buku doang, sayang.”

“Halah pasti itu cuma akal-akalan dia aja biar bisa jalan ama kamu.” Ucap Wonwoo dengan nadanya yang sedikit berteriak yang lagi-lagi menatap Jeonghan.

“Ngaku deh lo!” Ucap Wonwoo memancing Jeonghan yang sejak tadi masih diem. Membuat Mingyu juga bingung dibuatnya.

Ia tak ingin kekasihnya ribut dengan sahabatnya. Sepersekian detik kemudian, Mingyu menarik pergelangan tangan Wonwoo, menjauhkan keduanya dari keramaian.

“Wonwoo! Ikut aku!”

“Sakit Mingyu! Lepasin!”

Mingyu tak menjawab, ia terus melangkah dengan terus menarik Wonwoo hingga keduanya tiba di parkiran.

“Mingyu! Sakit!” Rengek Wonwoo melihat pergelangan tangannya yang mulai memerah.

“Maafin aku tapi kita harus bicarain masalah kita baik-baik sayang.” Ucap Mingyu menatap Wonwoo lembut.

“Masalah? Masalah apa? Masalah kita cuma Jeonghan.”

“Jeonghan gak ada kaitannya ama masalah kita mas Wonwoo.” Ucap Mingyu dengan sedikit penekanan namun masih berusaha lembut.

“GAK ADA HUBUNGANNYA? Dia yang udah ngambil semua perhatian kamu. Dia udah ngambil kamu dari aku, Mingyu! Kamu sadar gak sih?” Ucap Wonwoo dengan sedikit berteriak, menggema di area parkir yang cukup lengang.

“Jeonghan gak pernah kayak gitu mas Wonwoo. Kamu sendiri yang mulai ngejauh dari aku. Jeonghan sahabat aku. Harus berapa kali aku jelasin kalo dia SAHABAT aku, mas??” Ucap Mingyu dengan nada frustasinya.

“SAHABAT? Gak ada sahabat yang nempel kayak gitu! Tatepan kamu ke dia juga udah beda gyu. Kamu suka ama dia.” Ucap Wonwoo yang membuat Mingyu tertegun sesaat.

Ia tak menyangka jika Wonwoo akan melontarkan kata-kata itu.

Ia suka Jeonghan? Entahlah..

“Aku sukanya sama kamu mas.” Ucap Mingyu menatap kekasihnya begitu lekat dengan nada lembutnya. Ia hanya ingin meyakinkan Wonwoonya.

“Itu dulu gyu.. saat kamu gak jadiin dia prioritas kamu.”

“Sekarang pilih.. Kamu pilih dia ato aku?” Tunjuk Wonwoo pada Jeonghan yang berdiri tak jauh dari mereka.

Mingyu tertegun.

Ia tak pernah menyangka akan dihadapkan dalam keadaan seperti ini.

Ia tak dapat memungkiri bahwa keduanya memiliki tempat masing-masing di hatinya.

Keduanya sama-sama berharganya baginya.

Bagaimana bisa ia disuruh memilih diantara keduanya?

“Gak gini caranya mas. Kamu pacar aku dan Jeonghan sahabat aku. Kamu cuma terlalu cemburu.”

“Cemburu? Semua orang juga bisa nilai gyu.. bahkan kalo kamu dikasih pilihan buat nyelametin kita.. aku yakin kalo.. kamu pasti akan lebih gak rela kehilangan Jeonghan daripada aku..” Ucap Wonwoo dengan nadanya yang mulai bergetar. Diikuti dengan genangan yang entah sejak kapan telah menumpuk dipelupuk matanya.

Mingyu merengkuh sosok itu dalam pelukannya. Mencoba menenangkan sang kekasih yang kini tengah terisak. Wonwoo terdiam, dia nyaman berada dalam pelukan Mingyu.

Namun lagi-lagi, perkataan Mingyu kembali menamparnya.

“Mas please.. aku anter kamu pulang ya. Kita ngmongin hal ini baik-baik. Omongan kamu mulai ngaco..”

“NGACO kamu bilang? Aku cuma minta kamu buat milih Kim Mingyu!” Ucap Wonwoo dengan suara getirnya.

Ia hanya ingin mendengar jawaban dari kekasihnya.

Apakah pilihannya begitu sulit?

Apakah sulit untuk menyebutkan bahwa ia yang terpilih?

“Iya nanti ya, sekarang kamu tenangin fikiran kamu dulu. Aku anter kamu pulang.” Ucap Mingyu yang berusaha menghapus air mata Wonwoo.

Wonwoo menepis uluran tangan itu. Menjauhkan dirinya dari kekasihnya.

“HAHAHA Udahlah gyu.. Kita udahin aja semuanya.” Ucap Wonwoo dengan nafasnya yang begitu berat.

“Mas please.. Gak gini..”

“Sikap kamu udah ngejelasin semuanya gyu. Makasih buat semuanya. Moga kamu bahagia ama dia.”

Ucap Wonwoo menatap Mingyu dan Jeonghan bergantian lalu sepersekian detik kemudian, ia berbalik pergi.. meninggalkan Mingyu yang terdiam mematung, masih mencerna setiap ucapan Wonwoo.

Akankah kisahnya berakhir seperti ini? Hanya itu yang tersirat di benaknya saat ini.

“Gyu! Kejar pacar lo!”

Ucapan Jeonghan menyadarkan Mingyu akan lamunannya. Ia kembali pada realita.

Ia menatap Jeonghan sesaat lalu kemudian segera menyusul Wonwoo.

Namun sayang, kekasihnya telah sepenuhnya menghilang dari pandangannya.

Tentang Dia dan Sejuta Kenangan

Jigeum i mari Uriga dashi Shijakhajaneun geon anya Geujeo neoye Namaitdeon gieokdeuri Tteoollasseul ppuniya

Apa yang aku katakan sekarang Bukan berarti bahwa Kita memulai lagi Aku hanya membawa kembali Yang tersisa Kenangan kamu

_________________

“Lembur lagi bang?” “Iya nih gyu, kerjaan banyak banget. Lo udah mau balik?” “Iya, udah kelar ini kerjaan gue. Duluan ya bang” “Iya gyu, hati hati lo” “Sip bang, jangan malem malem lo juga”

Seperti biasanya seungcheol harus dihadapkan dengan pekerjaan yang begitu banyak. Pekerjaan ini yang mengharuskannya untuk dapat pulang lebih larut dari jam normal orang bekerja. Atau dapat disebut lembur.

Namun hari ini berbeda dengan hari biasanya. Biasanya ada mingyu akan bekerja lembur bersama dengannya tetapi untuk hari ini hanya dia seorang yang akan mengerjakan pekerjaan sampai larut malam. Fyi aja, mingyu itu juniornya di kantor ini.

Belakangan ini memang seungcheol banyak disibukkan dengan berbagai macam pekerjaan. Atasannya mempercayakan ia untuk menghandle semua keinginan client karena ia memang ahli di bidang tersebut.

Tidak lama kemudian, seungcheol berkutat dengan komputernya. Berharap pekerjaannya akan cepat terselesaikan agar dia bisa pulang dan beristirahat secepatnya. Karena besok pagi ia pun harus bertemu dengan client untuk berdiskusi tentang proyek terbaru.

“Sumpah, gak selesai selesai dah nih kerjaan. Gue udah ngantuk banget lagi, kalo gak kelar nanti gue diomelin bos besok. Aduh sialan emang. Ini komputer juga gabisa diajak kerja sama dah, lemot banget gini”

Saat sedang menunggu komputernya untuk merespon kembali. Dengan iseng seungcheol membuka file file yang ada di handphone nya itu. Barangkali ada yang seru jadi gak ngantuk lagi kan. Pikirnya seperti itu

“Cheol pegangin aku takut jatoh” “Hahahaha, manja kamu. Masa gabisa sendiri” “Ih yaudah kalo gitu” “Idih gitu aja ngambek” “Ya makanya pegangin” “Iya iya ini dipegangin”

Next video

“Selamat pagi cheol, bangun yuk. Kamu kerja kan ini udah jam 7” “Sebentar han, 5 menit lagi aku bangun deh. Kamu sini dulu aku mau peluk” “Ih buruan, nanti telat loh” “Gapapa telat” “Ih ngeyel kalo dibilangin” “Han kamu tau ga?” “Tau apa?” “Kamu tuh cantik kalau baru bangun dan mau tidur” “Loh kenapa gitu? Jadi kalo siang siang atau sore sore aku gak cantik?” “Ya enggak gitu, aku gatau pokoknya aku suka mata kamu kalau lagi bangunin aku ngucapin selamat pagi sama kalo mau bobo terus ngucapin selamat malem” “Hahahahahaha iyadeh apa kata kamu aja, yaudah buruan udah 5 menit nih” “Kamu mah gabisa banget diromantisin” “Bukan gitu, nanti telat kamu yang ngedumel sama aku ish” “Iya iya ini aku mandi”

Next video

“Kamu mau aku nyanyiin lagu gak han?” “Hah? Engga deh cheol makasih” “Dih, diromantisin kok gamau” “Ya gausah, suara mu jelek gitu bikin aku pusing adanya” “Yeh malah ngatain” “Aku gak ngatain sih, faktaaa” “Yaudah kalo gitu” “Idih ngambeknya jelek seungcheol” “Siapa yang ngambek?” “Loh itu kamu, mukamu di tekuk gitu” “Gak sih, orang aku gak ngambek” “Sini deh cheol, deketan sama aku sini sebentar” “Gaah, gamau” “Sini sebentar aku cuma mau cium, mau gak?” “Hehehe mau” Cup “Lagi yang” “Gaah udah sekali aja” “Lagi yang ih, ayoo lagi” Cup “Udah ah aku mau masak buat makan malem nanti” “Ahahahaha gitu dong, aku ngambek terus deh biar bisa dicium sama kamu” Lalu terdengar tawa keduanya yang bersumber dari benda pipih tersebut.

Tidak berselang lama setelah itu terdengar suara tangisan pemuda bernama seungcheol itu yang begitu sesak.

“Han aku kangen, kangen banget sama kamu. Sampe gak tau harus ngapain” Gumam pemuda itu.

Ini bukan kali pertamanya ia meluapkan emosinya dengan menangis. Sudah menjadi kebiasaan seungcheol untuk menangisi si dia yang masih dicintainya sampai sekarang.

Seungcheol mengingat ngingat bagaimana si dia memprioritaskan seungcheol dibanding dirinya sendiri. Mata cantiknya yang membuat seungcheol jatuh cinta setiap harinya. Si dia sudah delapan tahun menemani seungcheol dalam suka dan duka.

Seungcheol masih mencintainya. Sampai detik ini pun rasa cintanya tidak ada yang berkurang sedikitpun. Namun apa boleh buat? semua ini sudah terjadi kan?

Begitulah Seungcheol yang sekarang hidup dengan bayang-bayang si dia. Si dia yang sangat Seungcheol sayang, si dia yang membuat Seungcheol bisa ada di titik rapuh seperti ini.

Kadang ada perasaan ingin menghubungi si dia. Ingin mengatakan pada si dia bahwa dia tidak bisa hidup tanpa nya, dia yang kehilangan arah semenjak ditinggal olehnya.

Namun, tidak peduli seberapa besar Seungcheol menginginkan Jeonghan kembali. Jeonghan sekarang hanyalah film masa lalu.Itu sudah berakhir. Dia tahu. published with write.as published with write.as