Gyuhan?
Jeonghan terdiam di belakang pintu apartment nya. Ia tak menyangka jika Mingyu benar-benar berada di sana.
“Mau ngapain lagi sih lo gyu?” Gumamnya berusaha mencerna semua yang menimpanya belakangan ini.
Ia tak habis fikir dengan nasibnya yang entah bisa dibilang lucu atau tidak.
Semua hal disekitarnya seakan berkaitan satu sama lain.
Lamunannya terhenti saat bel apartnya terus mengaung dengan dering telfonnya yang juga tak terhenti sejak tadi.
Ya.. Mingyu yang melakukan semuanya.
Sahabatnya yang entah mengapa terus menerus mengatakan jika hal yang dilakukannya adalah nyata.
Ia telah memikirkannya berkali-kali belakangan ini, apakah Mingyu tega mempermainkannya? Ataukah dia benar-benar serius?
Entahlah.. Ia dirundung dilema.
Ia tak pernah menyangka jika sahabatnya akan bertindak sejauh ini.
.
.
Sepersekian detik selanjutnya, lagi-lagi ia dikagetkan dengan bunyi “beep” yang menandakan terbukanya pintu apartment nya.
“Hah? Lo tau password apartment gue DARI MANA KIM MINGYU?” Ucap Jeonghan dengan nada yang kian meninggi.
“Han.. Sorry.. Tapi gue bener-bener harus ngomong ama lo.”
“Jawab gue DULU!” Ucap Jeonghan yang masih tidak percaya jika Mingyu benar2 membuka pintu apartment nya.
“Oke gue jelasin.. tapi gue mohon izinin gue masuk abis ini ya.” Ucap Mingyu menatap lembut ke arah Jeonghan yang masih menatapnya begitu tajam.
“CEPET!”
“Lo inget waktu lo minta tolong ke gue buat ngambil barang lo yang ketinggalan kan? Waktu operasi sebelum kita ketemu mantan lo ama sahabat lo waktu itu.”
“Tapi itu gak bisa jadi alesan BUAT LO MASUK SEMBARANGAN!”
“Gue tau han.. Gue minta maaf.. Gue janji gak bakal lakuin hal ini lagi tanpa sepersetujuan lo.. Tapi please.. Malem ini aja.. Dengerin semua penjelasan gue..” Ucap Mingyu yang telah berhasil menggenggam lembut jemari-jemari sahabatnya.
Jeonghan menghela nafasnya sesaat sembari menutup matanya sejenak.
Ia bingung untuk memproses semuanya.
“Han.. Please.. Setelah ini gue janji.. Semua pilihan ada di lo.. Gue bahkan akan menghilang dari kehidupan lo kalo lo mau gue ngelakuin hal itu abis ini..”
Entah mengapa kalimat terakhir Mingyu membuat hatinya tergerak.
Apa ia tega membiarkan sahabatnya menghilang dari hidupnya?
Memikirkan hal ini saja membuat hatinya terenyuh hingga selanjutnya, bibirnya tak dapat membohongi hatinya lagi..
“Masuk..” Ucapanya nyaris tak terdengar pada penginderaaan.
Ia melepas tautan jemari itu sembari melangkah masuk mendahului Mingyu yang begitu lega karena akhirnya sang sahabat mau mendengarkan penjelasannya.
.
.
Mingyu tak dapat berhenti tersenyum menatap kedua manik mata sang sahabat di hadapannya.
Kini, keduanya telah berada di sofa depan TV.
“Jangan liatin gue kayak gitu kim Mingyu!” Ucap Jeonghan yang telah mengerucutkan bibirnya.
“Baru beberapa hari gue gak ketemu lo. Tapi kenapa lo makin ganteng ya han, makin manis juga..” Ucap Mingyu yang terdengar begitu lembut namun malah mendapat lemaparan bantal dari sang sahabat.
“Gak usah gombal-gombal ya lo! Cepet jelasin apa yang mau lo jelasin!” Timpal Hannie kemudian.
“Iya iya han..”
Sepersekian detik selanjutnya, Mingyu kembali menggenggam lembut jemari sang sahabat.
*“Apaan sih gyu?!”8 Ucap Jeonghan yang ingin melepaskan jemarinya.
“Please.. Bentar aja..” Ucap Mingyu dengan genggamannya yang semakin erat.
“Oke.. Cepet..” Ucap Jeonghan yang akhirnya hanya bisa pasrah.
“Makasih.” Ucap Mingyu yang entah mengapa mencium jemari kanannya dengan begitu lembut. Membuat Jeonghan merasakan hal aneh dalam dirinya. Ia merasakan pipinya yang mulai memanas.
“Gyu!!” Tatapnya tajam menanggapi tindakan Mingyu barusan.
“Hehehe maaf..”
“Cepet!”
Mingyu kembali menghela nafasnya perlahan, mengumpulkan kekuatan untuk menyatakan semuanya pada sang sahabat.
“Yoon Jeonghan.. Lo inget gak awal pertama kita ketemu? Inget gak di mana?”
“Ya kampus lah mana lagi.”
“Yaap bener.. Lo yang kebingungan di koridor dan tiba-tiba nanya ruangan Professor ke gue yang baru aja lewat di depan lo.”
“So?” Ucap Jeonghan yang heran mengapa Mingyu malah membuatnya bernostalgia seperti ini.
“Lo inget gak waktu lo lupa bawa uang pas makan di kantin waktu itu? Waktu lo hampir jadi tontonan satu kantin? Hahaha.” Ucap Mingyu yang mulai terbahak oleh pertanyaannya sendiri.
“Bangsat! Napa diingetin lagi sih! Ya lagian ibunya gak ngebolehin gue ambil dompet dulu!” Ucap Jeonghan yang semakin mengerucutkan bibirnya.
“Untung ada gue sama nyong waktu itu hahaha.”
“Sialan! Berhenti ketawa gak lo!”
“Hahaha iya iya.”
Mingyu kembali melanjutkan perkataannya. Kembali menatap kedua manik sang sahabat dengan begitu lembut nan hangat.
“Udah banyak yang kita laluin bareng han.. Dan gue mohon.. Izinin gue jujur ama lo.” Ucap Mingyu mengubah suasana menjadi hening seketika.
“Mungkin ini terdengar kayak bualan atau lelucon buat lo.. Tapi gue serius.. Gue bener-bener serius..” Ucap Mingyu yang terdengar begitu tulus di pendengaran.
Jeonghan hanya bisa terdiam, mendengarkan serta memahami setiap perkataan sang sahabat.
“Gue bener-bener serius han.. Gue sayang ama lo.. Bukan sebagai sahabat.. Gue cinta ama lo.. Gue sayang ama lo, han..” Ucap Mingyu dengan senyumnya yang malah kembali mencium jemari jemari sahabatnya bergantian.
Jeonghan masih terdiam. Tak dapat dipungkiri, ia merasakan gejolak di hatinya.
Telah lama.
Telah begitu lama ia tidak diperlakukan seperti ini oleh seseorang. Telah begitu lama ia tak dicintai.
“Han.. Percaya ama gue.. Gue janji.. Gue gak akan pernah nyakitin lo.. Gue akan selalu ngebuat lo bahagia..”
“Jadi tolong.. Izinin gue buat naikin status diantara kita..” Ucap Mingyu yang membuat Jeonghan tak dapat menyembunyikan wajahnya yang kian memerah.
Setiap kata yang Mingyu ucapkan terlalu manis untuknya.
“Gyu..”
“Iya?”
“I don't think I can allow you to do it...” Ucap Jeonghan yang membuat Mingyu menatapnya semakin lekat.
“Kenapa?”
“Lo sahabat gue..”
“Iya kita memang sahabat.. but please.. Izinin gue buat sayang ama lo..”
“Gue gak ngelarang lo buat sayang ama gue kim Mingyu.. Ini semua terlalu cepet buat gue.. Gue gak tau harus gimana..” Ucap Jeonghan begitu perlahan yang terdengar begitu frustasi.
Bahunya bergetar. Ia bingung akan semua yang terjadi di hidupnya saat ini.
“Han.. Tenang dulu ya..” Ucap Mingyu mengusap lembut jemari-jemari sahabatnya yang kian bergetar.
Jeonghan mengehela nafasnya sesaat.
Mingyu menatap kedua manik itu lekat, lalu membisikkan untaian-untaian yang begitu menenangkan.
“Listen.. Gue gak minta lo buat langsung nerima gue, han.. Tapi gue mohon.. Mohon izinin gue buat masuk..” Tunjuk jemari Mingyu pada hati Jeonghan dihadapannya.
“Izinin gue buat ngisi kekosongan hati lo ya?”
Terdapat keheningan begitu lama setelah Mingyu mengucapkannya kata manis yang membuat sang sahabat gundah gulana.
Kata-kata itu begitu menusuk dan lembut di pendengaran.
Hingga sepersekian detik selanjutnya..
Jeonghan memantapkan hatinya.
Ia menenggelamkan wajahnya pada dada bidang sang sahabat. Tanpa sadar, tangannya beralun melingkar melewati punggungnya, membuatnya tenggelam begitu nyaman di pelukan.
Mingyu terdiam sesaat. Tak menyangka akan mendapat pelukan.
“Han..” Gumamnya mencari jawaban.
“Boleh..”
“Maksudnya?” Tanya Mingyu masih mencerna ucapan Jeonghan di benaknya.
“Gue ngizinin lo kim Mingyu..” Ucap Jeonghan menatap Mingyu sesaat namun kembali mengenggelamkan dirinya pada pelukan hangat sang sahabat.
Mingyu tak dapat membendung senyumnya. Maniknya mulai berkaca. Hatinya bergejolak. Penantiannya terbayar.
Sepersekian detik selanjutnya, ia mendekap sang sahabat ah bukan.. calon kekasihnya begitu lekat. Seakan takut semesta memisahkan keduanya.
“Makasih.. Makasih udah ngizinin gue han..” Ucap Mingyu seraya mengecup pucuk kepala sang sahabat.
.
.
Tanpa sadar, Jeonghan menitikan air matanya.
Ia benar-benar bahagia.
Ia tak menyangka jika pada akhirnya, hatinya akan berlabuh pada sosok yang begitu dekat. Sungguh.. Ia akan bersungguh-sungguh membuka hatinya kembali.
Kedua calon kekasih itu saling bersitatap. Menekuni ketulusan yang terpancar pada masing-masing manik pandangan.
Mingyu mengusap pipi Jeonghan lembut. Menatap setiap keindahan yang terpancar pada wajah sang calon kekasih.
Tatapannya terhenti pada bibir tipis di hadapannya.
“May I?”
Ucapnya yang sempat membuat Jeonghan mematung seketika. Jantungnya berdegup begitu cepat. Jeonghan paham, sangat paham akan apa yang Mingyu maksud.
Hingga sepersekian detik kemudian, sosok itu mengangguk mengiyakan.
“Lo yakin? Lo boleh nolak, han.. gue gak akan maks— ” Ucap Mingyu namun terpotong dengan sentuhan pada bibirnya.
Sentuhan lembut dari benda kenyal yang entah mengapa terasa begitu manis dalam sentuhan singkat.
“Han..”
Ucap Mingyu menyentuh bibirnya sendiri, tak menyangka jika sang sahabat telah lebih dulu menyantukannya dengan miliknya.
Jeonghan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia tak dapat membendung rona merah yang telah sepenuhnya menghiasi wajahnya. Ia juga tak paham mengapa ia maju terlebih dahulu.
“Imut banget sih han..” Ucap Mingyu sembari mencoba melepaskan telapak tangan Jeonghan yang masih menutupi paras indahnya.
“Diem! gue malu!”
“Ya udah sini biar gak malu lagi..” Ucap Mingyu yang entah sejak kapan telah berhasil menyatukan kembali pagutan keduanya.
Jeonghan terbelalak akan sikap Mingyu yang tiba-tiba, namun sepersekiain detik kemudian, ia mulai menutup kedua maniknya perlahan.
.
Tak ada perlawanan dari keduanya.
.
Keduanya menikmati apa yang ada. Bermain dalam ritme yang saling dinikmati bersama. Saling membalas akan pagutan lembut yang kian dalam pada setiap detiknya.
.
Tak ada yang berniat untuk mengakhiri.
.
Hanya sesekali melepas sesaat untuk saling mencari udara yang kian sesak. Lalu kembali berburu seakan takut ada yang memisahkan sang pagutan. Menatap satu sama lain dengan tatapan yang sama dalamnya.
.
Keduanya begitu larut di dalamnya hingga..
.
Entahlah..
.
Hanya keduanya yang mengetahui akhirnya...