End?
. .
Saat ini, Jeonghan tengah sibuk membaca beberapa sinopsis buku. Ia sedang memilih buku mana yang harus ia beli. Buku tentang kasus-kasus pada pasien yang ia yakin pasti akan sangat menambah pengetahuannya.
Ia membaca dengan begitu fokus hingga fokusnya terpecah saat sahabatnya mulai merecokinya.
“Wih buku apa nih?” Ucap Mingyu merampas buku yang Jeonghan pegang.
“Gue lagi baca gyu! Sini balikin!” Ucap Jeonghan berusaha mengambil buku itu namun Mingyu terus mengangkatnya tinggi.
“Gak bisa wlee. Lo pendek ya ternyata han hahaha.”
“Rese' banget sih! Lo nya aja yang ketinggian! Siniin Mingyu jelek!” Ucap Jeonghan sedikit berteriak dengan usahanya yang masih berusaha merampas buku di tangan Mingyu.
“Ganteng gini malah dibilang jelek. Ati2 lo suka ama gue.” Ucap Mingyu yang malah mengerucutkan bibirnya.
“Dih amit2! Sini gyu, gue mau baca, gue mau pilih beli yang mana. Kata lo, mending yang mana?” Ucap Jeonghan yang akhirnya berhasal merampas bukunya kembali.
Ia menunjukkan dua buku yang sama tebalnya.
“Beli aja semuanya han.” Ucap Mingyu sekenanya.
“Ya nggak lah, ini aja perbukunya udah ribuan halaman. Mahal juga. Satu aja dulu.”
“Ye lagian kenapa gak baca soft filenya aja sih han. Gratis dan lebih flexible.” Ucap Mingyu yang seakan sedang mencermahi sahabatnya.
“Suka-suka gue lah. Gue tuh capek natep layar mulu, Mingyu. Emangnya lo nggak?”
“Ya sama sih.”
“Ya udah.”
. . .
“Gimana sih han, belepotan tuh.” Ucap Mingyu pada Jeonghan yang tengah menyeruput es nya.
“Hah? Masa?” Langkah Jeonghan terhenti sembari menatap pantulan dirinya di depan dinding kaca sebuah toko.
“Mana sih gyu?” Tanya Jeonghan menyernyitkan penglihatannya.
Bukannya menjawab, Mingyu malah terbahak karena Jeonghan begitu mudah tertipu oleh ucapannya.
“Hahaha ya nggak mungkin lah han kan lo cuma minum bukan makan!”
“Ih bener2 lo ya!” Ucap Jeonghan yang telah bersiap menimpuk Mingyu dengan tas nya.
Mingyu hanya bisa terkekeh melihat ekspresi sahabatnya. Keduanya sempat saling kejar sesat.
Hingga sepersekian detik kemudian.. . . .
“Mingyu!”
Langkah Jeonghan dan Mingyu terhenti tatkala seseorang muncul di hadapan mereka.
Seseorang yang membuat senyum Mingyu mengembang seketika. Seseorang yang sangat ingin ia temui sejak lama.
“Sayang.. Akhirnya aku ketemu kamu.” Ucap Mingyu dengan senyumnya yang kian mengembang seraya berusaha menggenggam kedua tangan Wonwoo namun segera tertepis oleh sang empunya.
Wonwoo tersenyum simpul sesaat.
“Jadi gini ya kelakuan kamu selama break ama aku, wah makin deket aja nih ama dia.” Ucap Wonwoo dengan tatapannya yang begitu menusuk. Membuat Jeonghan memalingkan wajahnya sesaat.
“Aku cuma nemenin Jeonghan beli buku doang, sayang.”
“Halah pasti itu cuma akal-akalan dia aja biar bisa jalan ama kamu.” Ucap Wonwoo dengan nadanya yang sedikit berteriak yang lagi-lagi menatap Jeonghan.
“Ngaku deh lo!” Ucap Wonwoo memancing Jeonghan yang sejak tadi masih diem. Membuat Mingyu juga bingung dibuatnya.
Ia tak ingin kekasihnya ribut dengan sahabatnya. Sepersekian detik kemudian, Mingyu menarik pergelangan tangan Wonwoo, menjauhkan keduanya dari keramaian.
“Wonwoo! Ikut aku!”
“Sakit Mingyu! Lepasin!”
Mingyu tak menjawab, ia terus melangkah dengan terus menarik Wonwoo hingga keduanya tiba di parkiran.
“Mingyu! Sakit!” Rengek Wonwoo melihat pergelangan tangannya yang mulai memerah.
“Maafin aku tapi kita harus bicarain masalah kita baik-baik sayang.” Ucap Mingyu menatap Wonwoo lembut.
“Masalah? Masalah apa? Masalah kita cuma Jeonghan.”
“Jeonghan gak ada kaitannya ama masalah kita mas Wonwoo.” Ucap Mingyu dengan sedikit penekanan namun masih berusaha lembut.
“GAK ADA HUBUNGANNYA? Dia yang udah ngambil semua perhatian kamu. Dia udah ngambil kamu dari aku, Mingyu! Kamu sadar gak sih?” Ucap Wonwoo dengan sedikit berteriak, menggema di area parkir yang cukup lengang.
“Jeonghan gak pernah kayak gitu mas Wonwoo. Kamu sendiri yang mulai ngejauh dari aku. Jeonghan sahabat aku. Harus berapa kali aku jelasin kalo dia SAHABAT aku, mas??” Ucap Mingyu dengan nada frustasinya.
“SAHABAT? Gak ada sahabat yang nempel kayak gitu! Tatepan kamu ke dia juga udah beda gyu. Kamu suka ama dia.” Ucap Wonwoo yang membuat Mingyu tertegun sesaat.
Ia tak menyangka jika Wonwoo akan melontarkan kata-kata itu.
Ia suka Jeonghan? Entahlah..
“Aku sukanya sama kamu mas.” Ucap Mingyu menatap kekasihnya begitu lekat dengan nada lembutnya. Ia hanya ingin meyakinkan Wonwoonya.
“Itu dulu gyu.. saat kamu gak jadiin dia prioritas kamu.”
“Sekarang pilih.. Kamu pilih dia ato aku?” Tunjuk Wonwoo pada Jeonghan yang berdiri tak jauh dari mereka.
Mingyu tertegun.
Ia tak pernah menyangka akan dihadapkan dalam keadaan seperti ini.
Ia tak dapat memungkiri bahwa keduanya memiliki tempat masing-masing di hatinya.
Keduanya sama-sama berharganya baginya.
Bagaimana bisa ia disuruh memilih diantara keduanya?
“Gak gini caranya mas. Kamu pacar aku dan Jeonghan sahabat aku. Kamu cuma terlalu cemburu.”
“Cemburu? Semua orang juga bisa nilai gyu.. bahkan kalo kamu dikasih pilihan buat nyelametin kita.. aku yakin kalo.. kamu pasti akan lebih gak rela kehilangan Jeonghan daripada aku..” Ucap Wonwoo dengan nadanya yang mulai bergetar. Diikuti dengan genangan yang entah sejak kapan telah menumpuk dipelupuk matanya.
Mingyu merengkuh sosok itu dalam pelukannya. Mencoba menenangkan sang kekasih yang kini tengah terisak. Wonwoo terdiam, dia nyaman berada dalam pelukan Mingyu.
Namun lagi-lagi, perkataan Mingyu kembali menamparnya.
“Mas please.. aku anter kamu pulang ya. Kita ngmongin hal ini baik-baik. Omongan kamu mulai ngaco..”
“NGACO kamu bilang? Aku cuma minta kamu buat milih Kim Mingyu!” Ucap Wonwoo dengan suara getirnya.
Ia hanya ingin mendengar jawaban dari kekasihnya.
Apakah pilihannya begitu sulit?
Apakah sulit untuk menyebutkan bahwa ia yang terpilih?
“Iya nanti ya, sekarang kamu tenangin fikiran kamu dulu. Aku anter kamu pulang.” Ucap Mingyu yang berusaha menghapus air mata Wonwoo.
Wonwoo menepis uluran tangan itu. Menjauhkan dirinya dari kekasihnya.
“HAHAHA Udahlah gyu.. Kita udahin aja semuanya.” Ucap Wonwoo dengan nafasnya yang begitu berat.
“Mas please.. Gak gini..”
“Sikap kamu udah ngejelasin semuanya gyu. Makasih buat semuanya. Moga kamu bahagia ama dia.”
Ucap Wonwoo menatap Mingyu dan Jeonghan bergantian lalu sepersekian detik kemudian, ia berbalik pergi.. meninggalkan Mingyu yang terdiam mematung, masih mencerna setiap ucapan Wonwoo.
Akankah kisahnya berakhir seperti ini? Hanya itu yang tersirat di benaknya saat ini.
“Gyu! Kejar pacar lo!”
Ucapan Jeonghan menyadarkan Mingyu akan lamunannya. Ia kembali pada realita.
Ia menatap Jeonghan sesaat lalu kemudian segera menyusul Wonwoo.
Namun sayang, kekasihnya telah sepenuhnya menghilang dari pandangannya.