“Mas!!” jeonghan tampak melambaikan tangannya saat melihat seungcheol yang baru keluar dari bandara

“sayang...” seungcheol memeluk jeonghan sebentar lalu melepasnya “udah lama?”

“engga kok Mas.. baru 10 menitan aku nyampe. yaudah yuk..”

saat sampai di parkiran dan jeonghan hendak masuk ke mobilnya, tangannya ditahan oleh seungcheol

“yang.. biar Mas aja yang nyetir”

“gak papa ih Mas. kamu kan pasti capek? kalo aku masih seger banget ini ehehe”

“gak gak, biar Mas aja”

jeonghan tak mempedulikan dan langsung masuk saja, mau tak mau seungcheol pun ikut masuk dan duduk dikursi bagian penumpang. jeonghan yang melihatnya hanya terkekeh

“kamu ini, padahal Mas sanggup loh”

“ih kenapa sih nyetir doang juga, udah kamu duduk cantik aja disitu.”

seungcheol hanya pasrah, ia tak akan menang melawan jeonghan. mereka pun melesat keluar dari sana.

saat di perjalanan mereka hanya diam, awalnya jeonghan hanya fokus menyetir tapi setelahnya ia merasa ada yang beda. seungcheol disampingnya sedari tadi hanya fokus pada ponselnya sampai tak mengajaknya berbicara. jeonghan yang melihat itu sedikit penasaran.

“Mas?”

seungcheol menoleh “iya han”

“uhm.. gak papa”

“ohh” seungcheol pun melanjutkan bermain dengan ponselnya, sedang mengetik sesuatu. seperti sedang bertukar pesan. jeonghan benar-benar penasaran.

“Mas..”

“hmm”

“akhir-akhir ini kamu kayaknya lebih slow respon dari biasanya. sibuk banget kah?”

“engga kok yang, kaya biasa ga sih? mungkin perasaan kamu aja.”

“uhm.. mungkin ya.”

seungcheol kembali fokus pada ponselnya

“oh iya Mas, kamu kali ini liburnya berapa lama?” tanya jeonghan dengan sedikit antusias

namun seungcheol masih diam sambil mengetikkan sesuatu pada handphonenya. jeonghan yang melihatnya pun menjadi sedikit kesal.

“Mas?”

“eh? iya kenapa yang?”

“aku tanya kamu liburnya berapa lama? kamu ga dengerin aku ngomong ya?”

“maaf yang tadi Mas lagi balesin chat temen”

“iya dari tadi kamu mainan hp mulu. ngechat siapa sih? akunya sampe di cuekin gitu”

“ah ini.. ada co-pilot baru yang. dia tuh sekarang sering ikut penerbanganku. bahkan seminggu ini bareng-bareng terus”

“bareng-bareng terus gimana maksud kamu?”

“kan satu penerbangan sama aku yang, ya bareng aku terus gitu”

“terus kamu lagi chat-an sama dia?”

“iya yang. awalnya dia sering minta bantu gitu, kan anaknya masih baru. minta dibimbing, dikasih tau ini itu. nah ini dia ikut penerbangannya jun terus jun kan anaknya kalo sama orang baru tuh agak kaku yang. si anak baru ini jadinya takut gitu mau nanya-nanya. yaudah deh dia nanyain aku.”

“harus banget kamu ya?”

“dia baru deketnya sama aku doang yang. baru semingguan banget masuknya, masuk-masuk langsung ikut sama aku”

“hmmm” gumam jeonghan. entah mengapa ia menjadi sedikit kesal, namun melihat seungcheol menceritakan itu semua dengan biasa saja, ia pun menahan rasa kesalnya. mungkin memang hanya hubungan pekerjaan saja.

namun tiba-tiba seungcheol cekikikan masih dengan memandang layar ponselnya.

“kenapa Mas?”

“hah? gak papa yang. lucu deh ni anak satu. masa dia kira aku udah nikah terus punya anak dua”

“kok bisa bahas ke arah sana?” jeonghan heran

“tadi dia coba ngobrol-ngobrol sama jun. terus dia kira aku sama anak-anak udah pada nikah, diketawain dong sama jun. terus dia cerita deh barusan”

“deket banget ya Mas kayaknya?” jeonghan benar-benar kesal sekarang. katanya hanya bahas pekerjaan, tapi sampai hal gak penting juga dibahas. lewat chat. kenapa gak diobrolin waktu ketemu? sedekat itukah? sampai-sampai bisa membuat seungcheol tertawa.

“enggak yang. biasa aja sih. belum sedeket kaya sama jun wonwoo”

“belum berarti akan?”

“kamu kenapa sih yang?”

“gak papa”

“kok kayaknya yang marah gitu? padahal aku lagi cerita loh.”

jeonghan hanya diam setelahnya

“kalo gak mau denger ceritaku ya gak papa tapi mending gausah nanya dari awal gak sih?”

“maksudnya?”

“gak papa han”

“kamu marah?”

“engga yang. Mas cuma capek. kamu juga mungkin lagi banyak pikiran jadi nanggepin Mas nya juga setengah hati gitu”

“bukannya kamu gak sih yang dari tadi diemin aku dan malah sibuk sendiri sama hp?”

“yaa kan Mas udah bilang Mas lagi bales chat temen. dia butuh bantuannya Mas, ya Mas bantuin?” “abis itu Mas langsung ajak kamu ngobrol kan? tapi kamunya yang nanggepinnya ogah-ogahan”

“kok jadi aku sih?”

tanpa disadari ternyata mereka sudah sampai di area parkiran apartemennya seungcheol.

“yaudah Mas deh.. Mas yang salah kan? tadi Mas ga ngajak kamu ngobrol karena bantuin temen. Mas minta maaf ya”

entah kenapa jeonghan malah semakin kesal, rasanya seungcheol seperti menyindirnya.

“kamu nyindir aku?”

seungcheol menghela nafasnya pelan.

“yang.. udah. jangan marah-marah terus.. Mas beneran capek loh, Mas baru sampe eh kamunya kaya gini.”

jeonghan terdiam. dalam hati sangat kesal tapi ia juga kasihan pada seungcheol. namun rasa kesalnya lebih mendominasi.

“aku gini karena siapa coba?”

“yaudah Mas minta maaf.”

jeonghan lagi-lagi hanya diam. seungcheol pun akhirnya membuka pintu mobilnya, namun sebelum turun ia menoleh pada jeonghan yang masih tak menatapnya.

“Mas turun. kamu kalo lagi banyak pikiran mending tenangin diri dulu.. nanti malam kita ketemu lagi dirumah kamu, semoga suasana hati kamu udah membaik. makasih ya udah jemput Mas hari ini.” lalu seungcheol mengusap kepala jeonghan dengan lembut sebelum akhirnya ia turun.

seungcheol membuka bagasi dan mengambil kopernya. jeonghan masih tak bergeming, ia tetap diam tak menanggapi bahkan tak menoleh pada seungcheol.

seungcheol kembali menatap jeonghan dari luar mobil, mengetuk kaca jendela mobil hingga jeonghan menoleh dan menatapnya.

“Mas masuk dulu” “kamu hati-hati dijalan. kalo udah sampe kabarin Mas.”

jeonghan hanya menatapnya tanpa menjawab apapun. kemudian seungcheol masuk ke apartemennya bersamaan dengan jeonghan yang melesat keluar dari tempat itu menuju rumah orang tuanya. jeonghan akan menunggu seungcheol disana.