minwon..
Pernah gak kalian denger lirik lagu ini
Hidup memang sebuah pilihan Tapi hati bukan tuk dipilih Bila hanya setengah dirimu hadir, dan setengah lagi untuk dia.
Iya, itu lagunya fiersa bersari yang judulnya waktu yang salah.
Gue jeon wonwoo yang sekarang lagi bingung. Bingung harus apa. Bingung harus ngapain. Bingung apa yang harus gue lakukan kedepannya tentang hubungan dia dengan seorang yang amat sangat gue cinta dan sayang yaitu Kim Mingyu.
Kalau ditanya gue sayang gak sama pacar gue kim mingyu itu, gue bisa menjawab dengan lantang dan tanpa berfikir dua kali bahwasanya gue sangat amat sayang dengan pacar gue itu.
Gue selalu suka bagaimana cara bicaranya dengan ibu gue. Bagaimana dia menyayangi ibu gue, perhatian yang dia kasih ke ibu dan segala hal kecil yang membuat gue tambah tambah mencintai dia dan gak mau melepaskannya.
Hubungan kita berjalan seperti orang pacaran pada umumnya, bedanya profesi kita yang mengharuskan kita menjadi mausia yang lebih sibuk dibandingkan dengan orang orang kantoran diluar sana.
Mingyu selalu ada disaat gue selesai menjalankan tugas gue mengantar para penumpang untuk sampai pada tujuannya. Dia yang selalu tidak pernah absen untuk sekedar menjemput gue di bandara. Dan gue yang selalu meluangkan waktu disaat gue sedang tidak ada jadwal terbang.
Kalau kata orang orang semakin lama hubungan itu berlangsung pasti ada kalanya kita bosan. Tapi dengan mingyu gue gapernah sekalipun merasa demikian. Mingyu selalu punya cara cara ajaib yang membuat gue gak bosen dengan hubungan yang kita jalani.
Mungkin gue lebay kalo gue bilang gue adalah manusia terbahagia di muka bumi ini. Tapi boleh ya sekarang gue ngomong kaya gitu. Karena mingyu, karena mingyu gue bisa ngomong seperti ini.
Hari ini adalah jadwal keberangkatan terakhir gue yaitu flight dari Makassar ke Jakarta. Setelah 30 jam gue berada di udara akhirnya gue bisa berjumpa dengan dia sang pujaan hati gue.
“Sayang, nanti kelar flight jam berapa? Aku jemput ya?”
“Jam 5 aku sampai bandara, iya tolong ya kamu jemput”
“Oke sayangg, nanti aku dari rumah sakit jam 4 deh biar gak macet”
“Iya mingyu, aku lagi rapih2 dulu ya nanti aku tlpn kamu lagi”
“Iyaa, i love you jeon wonwoo”
“Love you too kim mingyu”
Dihari flight terakhir gue selalu ada mingyu yang menelepon untuk menanyakan kapan gue sampai jakarta. Satu kebiasaan mingyu yang selalu gue ingat adalah dia yang selalu vokal dalam mengucapkan rasa sayangnya kepada gue dimanapun dan kapanpun.
Setelah kurang lebih 2 jam gue mengendarai pesawat diatas sana. Akhirnya gue sampai di jakarta, tempat gue pulang, tempat yang menyimpan banyak rasa rindu gue terhadap si dia. Dan disana gue bisa lihat seseorang yang belakangan ini sangat gue rindukan sedang melambaikan tangannya kepada gue. Sontak gue langsung lari menuju pelukannya. Ini yang gue mau, ini yang gue rindu, ini rumah gue.
“Mingyu, aku kangen”
“Aku lebih kangen kamu wonwoo”
“Gak, lebih banyak kangennya aku ke kamu”
“Hahahaha yaudah yuk ke mobil, habis ini langsung cari makan malem ya won. Oh iya ada jeonghan ikut”
. .
Jeonghan?
Nama itu, nama itu lagi yang selalu mingyu ucapkan belakangan ini. Apa gue cemburu dengan kehadiran jeonghan? Ya jelas, gue amat sangat cemburu. Apalagi jika dipikir pikir jeonghan bisa melihat mingyu lebih banyak dibanding gue.
Tapi ya sudahlah, mingyu selalu tahu bahwa rumahnya adalah gue. Tempat dia pulang, tempat dia mengadu atas segala kelu kesah yang dia hadapi. Aku selalu dan akan tetap percaya sama kamu mingyu.
Ini juga bukan kali pertama untuk kita bisa makan malam bertiga seperti ini. Beberapa kali jeonghan juga ikut dalam rencana ngedate kami. Walaupun dia hanya akan main hp dan jarang berbicara.
“Won, kamu inget gak sih makanan yang di blok m itu, yang ayam kampung di goreng itu loh won? Yang aku suka? “
“Hah, yang mana gyu aku lupaaa”
“Masa lupa?”
“Iya lupa hehehe”
“Oalah, ayam goreng berkah ga si gyu yang deket blok m plaza” itu jeonghan yang jawab dari kursi belakang.
“Nah iya itu han maksud gue”
Kadang gue merasa insecure sama jeonghan. Bukan karena panasnya dia yang cantik bak malaikat, bukan. Tapi dia yang selalu tau apa yang mingyu ingin dan butuhkan.
“Gue biasanya mesen apa ya disini?”
“Kamu....
“Biasanya kan kamu pesen ayam goreng kampung sama sayur asem gyu” lagi lagi jeonghan yang jawab.
. .
Gue? Gue cuma bisa senyum aja karena bingung juga gatau harus ngapain. Keadaan gue sekarang ya gue yang cuma bisa mandangin hp gue yang sebenernya gaada menariknya. Dari pada gue harus ikut gabung pembicaraan mingyu dan jeonghan yang gue gak ngerti sama sekali.
Setelah agenda makan kita selesai. Mingyu menyempatkan untuk mengantarkan jeonghan ke apart nya. Gue dari tadi cuma bisa diam karena jelas jelas gue amat sangat badmood dengan tingkah jeonghan dan mingyu.
Gue bisa liat bagaimana mingyu yang care dengan jeonghan. Mingyu yang menyingkirkan lalapan dari piring jeonghan karena jeonghan tidak suka makan sayur. Kalau orang lain liat mungkin orang itu akan bilang kalau yang pacaran itu jeonghan dan mingyu bukan gue dan mingyu.
Sedih? Sedih lah. Banyak tentang mingyu yang gue gatau. Mungkin kalau ada ujian tentang seberapa anda tahu tentang mingyu, sudah dipastikan jeonghan pemenangnya. Gue mah bisa apa. Gue gak banyak tahu tentang si dia.
Tapi apa gue bilang ke mingyu kalau gue tuh merasa terganggu dengan keberadaan jeonghan? Jelas gue sudah beberapa kali bicara tentang ini. Tapi lagi lagi mingyu selalu bilang “Kasian Jeonghan, dia butuh aku”
Tapi namanya manusia itu punya stok kesabaran. Gue yang awalnya masih bisa bertoleransi tentang keberadaan jeonghan lama lama geram dan tidak bisa nahan emosi. Setelah selesai mengantarkan jeonghan gue langsung membuka sebuah percakapan
“Jeonghan kayanya lebih tau banyak tentang kamu ya”
Si dia dengan wajah kagetnya menjawab “Hah? Apa yang?”*
“Jeonghan, lebih tau tentang kamu dibanding aku”
“Enggak lah biasa aja padahal”
“Hmm”
“Kamu kenapasih?” Si dia berbicara lagi
“Gyu boleh gak aku egois? “
“Egois gimana yang??”
“Egois kalau aku gamau kamu berhubungan lagi sama jeonghan, gausah bawa bawa jeonghan kalau kita lagi jalan kaya tadi, gausah kamu bawa bawa dia disetiap percakapan kita, aku merasa kalah aja sama dia”
“Ya ampun yang, ini bukan kompetisi. Gaada yang menang gaada yang kalah. Jeonghan temenku kamu pacarku. Aku sayangnya cuma sama kamu”
“Tapi aku gak merasa kaya gitu gyu, aku ngeliat gimana tadi kamu perhatian ke dia, dia yang tau apa yang kamu mau , aku cuma bisa diem gatau harus ngapain”
“Yang sumpah aku sama jeonghan cuma temen beneran cuma temen, aku cuma care sama dia karena dia temen ku, gaada maksud lain. Aku minta maaf sayang, aku ga kaya gitu lagi”
“Udah beberapa kali gyu kita ngomongin ini dan berakhir kamu minta maaf dan gaada solusinya kan? “
“Ya kamu mau nya gimana?”
“Aku maunya kamu jauhin jeonghan, kamu bisa gak?”
“Hah? Gamungkin lah. Dia partner kerjaku. Setiap hari ketemu aneh lah kalau aku tiba tiba ngejauhin dia”
Setelahnya gue memilih untuk bungkam. Tidak ingin melanjutkan pembicaraan lagi dengan si dia. Begitupun dengan si dia, mingyu pun terlihat fokus dengan jalanan di depannya.
Akhirnya mobil ini sampai di tujuan gue. Apartemen gue. Gue langsung keluar dari sana dan membuka bagasi untuk mengambil koper gue. Tanpa berbicara sedikitpun dengan si dia gue langsung berjalan meninggalkan dia yang hanya bisa diam ditempat.
Kalo digambarin sama lagu, mungkin keadaan gue tuh seperti lagu yang tadi gue bilang diawal tadi. Gue merasa cuma setengah dari dia yang gue punya, setengah nya lagi gatau punya siapa. Mungkin punya jeonghan?