sore itu Seungcheol mengemudikan mobilnya berjalan-jalan berkeliling kota Jakarta. sedikit bosan karena tak melakukan apapun.
liburnya hanya tersisa beberapa hari saja, jadi masih sempat baginya untuk bersantai dan berjalan-jalan. lagipula saat ini ia berada di Jakarta karena demi pemulihan sang ayah.
seperti yang kita ketahui, jalanan dikota Jakarta terlampau ramai hingga macet pun tak dapat dihindari, seperti mobil milik Seungcheol yang terjebak macet saat ini.
salah banget gue keluar jam segini, batin Seungcheol.
namun…
drrrtt drrrtt
ponsel Seungcheol bergetar menampilkan nama ‘Bunda.’
Seungcheol pun langsung mengangkat panggilan itu, sepertinya penting.
“halo bunda..”
“Mas.. Mas dimana toh?”
“Mas masih di jalan nih bund, kejebak macet.. ada apa bunda?”
“ini loh.. nak Jeonghan.. tadi bunda minta kesini tapi dia ga bawa mobil. Mas jemput bisa ndak?”
“kenapa ga suruh Mingyu aja bund?”
“kasihan toh adik kamu, dia shift malem hari ini.. masih tidur juga tuh si adek, ga tega bunda banguninnya.”
“hmm gitu.. ya..boleh. tapi udah bilang Jeonghannya belum bund?”
“udah.. Mas tinggal jemput aja. ini udah jam setengah 5 sore, nak Jeonghan kan selesai shiftnya bentar lagi-
iya bund.. Mas tau.. dulu Mas sering anter jemput han..
-jadi Mas langsung aja kesana yah supaya nak Jeonghan ga nunggu lama.”
“baik bunda.. Mas ke rumah sakit sekarang ya”
dan Seungcheol pun menutup panggilan tersebut bertepatan dengan lampu lalu lintas yang berubah warna menjadi hijau-tanda boleh berjalan. Seungcheol memutar balik laju mobilnya menuju rumah sakit tempat Jeonghan bekerja.
***
“Mas sorry tadi aku ketahan sama soonyoung didalem, biasa… anaknya lagi galau”
“it’s okay han.. yuk.. bunda udah nungguin kamu dirumah”
Jeonghan mengangguk dan keduanya masuk ke dalam mobil sebelum meninggalkan pekarangan rumah sakit tersebut.
dijalan, keduanya hanya fokus menatap jalanan ditemani suara radio. tak ada yang berbicara, karena tak tahu harus berbicara tentang apa.
namun Seungcheol berusaha mencari topik…
“bunda minta kamu kerumah emangnya ada apa han?”
“kangen Mas..”
“hah??”
“eh- itu.. bunda kangen aku katanya.”
fiuhhh
“o-oh… Mas kira kamu kangen Mas..”
emang iya.
“ih mana ada, aku kangennya sama Mingyu!”
Seungcheol tersenyum tipis, ia lupa, Jeonghan kini milik Mingyu.
“kaya Mas.. Mas pasti kangen Jisoo kan?”
mobil terhenti karena lampu lalu lintas yang berubah warna menjadi merah. Seungcheol menoleh pada Jeonghan, dan Jeonghan pun takut mendengar jawaban setelahnya…
“iya.. Mas kangen Jisoo. kangen banget.”
lalu Seungcheol kembali menoleh kedepan, melewatkan raut wajah Jeonghan yang tiba-tiba tersenyum miris.
Ayolah han.. kalian udah mutusin buat melepas semua di masalalu, sekarang apa?
.
.
.
dan tibalah mereka di pekarangan apartemen milik Mingyu. keduanya kembali diam tanpa ada yang ingin mereka bicarakan. keduanya diam sepanjang jalan saat mereka menuju ke unit yang ditempati Choi sekeluarga.
Jeonghan berjalan lebih dulu, ia tiba-tiba merasa tak nyaman dengan hawa disekitar mereka.
namun saat Jeonghan hendak menekan bel apartemen kekasihnya, pintu terbuka secara tiba-tiba menampilkan Mingyu yang sudah akan bersiap-siap berangkat kerja.
“loh sayang.. kamu ngapain disini?”
“eh.. itu bunda nyuruh aku kesini tadi, emang bunda ga bilang?”
“engga.. kok aku ga dikasih tau?”
belum sempat Jeonghan menjawab, Seungcheol tiba-tiba muncul dibelakang Jeonghan yang membuat Mingyu mengernyitkan dahinya.
“Mas.. kok- kalian barengan?”
Seungcheol dan Jeonghan saling melempar pandang, mereka seperti tahu bahwa nada bertanya Mingyu terdengar tak senang.
“itu.. tadi bunda minta Mas Cheol jemput aku—”
Mingyu yang terbakar api cemburu dengan cepat melesat meninggalkan keduanya disana. Apa-apaan ini, pikirnya.
“yang? sayang!”
“Mingyu! tunggu!!”
tapi Mingyu hanya terus berjalan tanpa menghiraukan Jeonghan dan Seungcheol yang terus memanggilnya.
Mingyu mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi, bersama pikiran-pikiran buruk yang satu persatu mulai hinggap dikepalanya.
sebenarnya siapa sih pacar Jeonghan? Gue apa Mas Cheol?