saat ini kita berada di ketinggian 36.000 kaki.

Seungcheol sendiri tidak ingat sudah berapa lama ia berada di atas awan menerbangkan burung besi yang memang sudah menjadi pekerjaannya, sama seperti pada kenyataan, Seungcheol terlalu asik berada di atas awan sampai-sampai ia lupa siapa dirinya dan apa posisinya.

Seungcheol memang mencintai Jeonghan. tapi Jeonghan?

apakah pria manis itu masih mempunyai perasaan yang sama sepertinya?

tentu saja Seungcheol lupa pada point itu. ia terlalu sibuk memikirkan dirinya sendiri sampai-sampai lupa bahwa Jeonghan sudah mempunyai orang lain dalam hatinya. Seungcheol menyalah artikan perasaan keduanya kala mereka kembali mempunyai hubungan baik. Seungcheol terlalu lupa karena Jeonghan begitu baik padanya juga keluarganya.

tempo hari saat ia melihat Mingyu duduk memegang tangan Jeonghan, bercengkrama layaknya sepasang kekasih dan berbagi pelukan pada akhirnya, Seungcheol akhirnya tersadar akan kenyataan yang sebenarnya.

hatinya terasa perih mengingat betapa konyolnya posisi dirinya saat ini, dan ia harusnya sadar diri. Seungcheol memutuskan menarik dirinya dari mereka, sudah lebih dari satu minggu Seungcheol menggantikan Jun terbang ke berbagai negara. baginya dengan cara inilah ia selalu bisa menenangkan dirinya, lagipula untuk apa tetap tinggal? ia tak mau kehadirannya hanya menambah masalah, apalagi dirinyalah penyebab Jeonghan dan Mingyu bertengkar tempo hari, dan syukurlah, ia lega melihat mereka berdua berbaikan.

kabur? ya, Seungcheol selalu merasa menjadi seorang pengecut karena hanya selalu kabur yang ia pilih sebagai jalan keluar. tapi ia merasa dirinya tak salah kali ini, karena membiarkan orang yang ia cintai bahagia juga akan membuatnya bahagia bukan? harusnya.

tersadar dari lamunannya karena monitor telah menunjukkan waktu untuk mendarat, Seungcheol sudah harus bersiap mendaratkan pesawat dalam kemudinya sebelum memutuskan untuk istirahat dan mengubur dirinya dalam ke-galau-an kembali.


“Cheol!”

“Jun…?”

Jun berlari ke arahnya yang sudah akan meninggalkan bandara. Jun mengenakan seragam sama seperti dirinya.

“Jun… kan lo cuti?”

“gue ngambil penerbangan hari ini doang Cheol, ke shenzen. sekalian mau ketemu beberapa keluarga disana, cici gue juga disana kan..”

Seungcheol hanya menganggukkan pelan kepalanya.

“gimana persiapannya Jun? apa yang bisa gue bantu?”

“udah beres kok, Cheol. gue bisa handle, tenang lo.”

mereka berdua tertawa bersama. namun dalam tawanya, Jun dapat melihat Seungcheol sedang mati-matian membuang semua rasa gundahnya.

“lo okay, Cheol?”

tawa itu berhenti, berganti dengan senyuman tersirat.

“okay kok. kenapa ga okay?”

“lo ga pulang Cheol?”

“nggak, Jun..”

“kabur lagi?”

Seungcheol hanya diam menatap Jun tanpa mengeluarkan jawabannya.

“gue udah hafal banget lo kalo lagi begini, pasti lagi kabur kan?”

Seungcheol hanya terkekeh menanggapi.

“jangan dibiasain, Cheol. masalah itu diselesain, bukan di diemin terus jadi gede”

“gak kok, Jun. masalahnya malah udah selesai, dan gue cuma perlu nenangin pikiran aja ini.”

Jun hanya mengendikkan kedua bahunya tanda ia pasrah pada jawaban Seungcheol, “ntar nikahan gue lo pulang kan?”

“di Jakarta ya jadinya?”

“iya, keluarga Minghao kan semuanya di Jakarta. jadi acaranya disana, kalo keluarga gue kan ga di Indo.”

Seungcheol terlihat berpikir, ia pasti akan bertemu Mingyu disana-bersama Jeonghan. apakah Seungcheol akhirnya harus menghadapi kenyataan dengan tidak kabur lagi?

“gue sama Minghao sama-sama temen lo, masa iya lo ga pulang?”

“gue pulang, kok.” jawabnya cepat.

iya, sudah saatnya Seungcheol bersikap seperti seorang lelaki dewasa, dengan tidak berlama-lama dalam keterpurukan dan mencoba mengalah. lagipula Seungcheol memang harus bisa menghadapi kenyataan dan tidak kabur lama-lama lagi bukan?

“gue pulang, Jun. gue pasti dateng.”

benar juga, Seungcheol sadar, mungkin kisah percintaan memang masih jauh untuk bisa ia jalani. mungkin selama ini yang Seungcheol jalani adalah semata-mata hanya untuk ia petik pelajarannya. dengan sifatnya yang jauh dari kata sempurna dan kesibukan yang banyak menyita waktu, mungkin Seungcheol memang butuh teguran dari beberapa hal yang belum bisa hatinya kendalikan.

pada akhirnya, Seungcheol harus belajar mengikhlaskan apa yang bukan miliknya.

baik Jisoo… maupun Jeonghan.