Mingyu menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi. ia kalut hingga tak memperdulikan sesama pengendara yang beberapa kali terkejut ketika mobilnya melewati mereka.
namun apa yang bisa ia lakukan saat lampu lalu lintas berubah menjadi merah. mau tak mau ia harus berhenti.
180 detik, dan waktu itu terasa begitu lambat jika dirasakan dalam keadaan perasaannya yang tengah menahan amarah. berkali-kali ia mengumpat dan memukul stir saat pikirannya kembali berputar pada kekasihnya yang tadi datang kerumahnya bersama sang kakak, yang tak lain adalah mantannya sendiri.
Mingyu terus mengantisipasi keduanya setelah merasa ada yang aneh dari gelagat mereka berdua yang akhir-akhir ini tampak dekat. bahkan Mingyu merasa dejavu, sama seperti ketika dulu ia memerhatikan Jeonghan saat masih menjadi pacar sang kakak. bedanya adalah waktu itu ia hanya memerhatikan tanpa berbuat apa-apa, dan sekarang ia punya hak penuh atas Jeonghan.
Mingyu memukul stir untuk kesekian kalinya hingga meleset dan menekan klakson, membuat beberapa pengguna jalan terkejut. tapi ia tak perduli.
masih menunggu lampu berubah warna menjadi hijau sampai tiba-tiba sorot matanya menangkap sosok yang amat ia kenali sedang berdiri disebuah halte tak jauh dari mobilnya berhenti.
Hijau
Mingyu mengemudikan mobilnya pelan untuk melihat apa benar ia mengenal sosok yang akan ia temui itu, dan benar saja, sosok itu adalah…
“Mas Wonwoo?”
Mingyu yakin itu benar Wonwoo. ia pun menghentikan mobilnya disamping halte kecil tersebut dan membuka kaca jendela mobilnya sampai habis.
“Mas Wonwoo?” panggilnya.
orang itu menoleh ketika merasa namanya dipanggil, dan seketika wajahnya tampak kaget.
“M-Mingyu?”
“Mas Wonwoo mau kemana?”
“gue mau pulang.”
“naik sini aja Mas, aku anterin, ya?”
“gausah, Mingyu.”
“Mas… mau ya?”
Wonwoo menghela nafasnya pelan, hhhh “okay.”
.
“Mas..”
“iya, Mingyu..”
“ibu apa kabar? udah ga pernah kerumah sakit lagi tuh?”
“ibu sehat, Mingyu.”
singkat sekali.
“uhm.. Mas Wonwoo…”
Wonwoo tak menjawab, ia menoleh menunggu Mingyu berbicara.
“aku minta maaf ya, soal yang dulu.”
“it’s okay.”
“kamu maafin aku, Mas?”
Wonwoo mengangguk, “ya.. gue maafin lo, tapi gue ga akan semudah itu lupa sama rasa sakitnya. but i’m better now, you don’t have to worry.”
jleb
“o-okhay..”
anehnya Wonwoo malah terkekeh kecil setelahnya, membuat Mingyu bingung.
“ke-kenapa Mas?”
“gak papa. lucu aja liat lo kaku begitu. santai aja kali gyu. gue udah biasa aja kok. gue banyak belajar dari hubungan kita dulu, terutama cara mengikhlaskan.. karena gue yakin lo emang bukan buat gue, jadi ya gue harus ikhlas dong?”
sedih, Mingyu tak tahu mengapa hatinya sedih. tapi mungkin ini adalah ganjaran baginya.
“i-iya Mas..”
keduanya pun terdiam kembali sepanjang jalan ditemani alunan musik ballad pada radio mobil Mingyu. hari itu, pertama kalinya mereka bertemu setelah hubungan yang kandas, hari itu Wonwoo lega karena ia sudah mengikhlaskan, tapi hari itu ada hati yang patah untuk kedua kalinya.
ya, Mingyu patah hati untuk kedua kalinya dalam satu hari.