—Jogja
senyum Seungcheol mengembang saat yang seseorang yang ia tunggu saat ini tengah berjalan dengan cepat kearahnya dan tentu saja Seungcheol telah merentangkan tangannya untuk menyambut seseorang itu.
“Mas.... kangen” ujar seseorang itu saat sudah berada dalam dekapannya.
“Mas juga kangen Jisoo.” balas Seungcheol dengan senyum tipisnya saat melepas pelukan mereka.
“Mas, aku deg-degan deh mau ketemu bunda sama ayah”
Seungcheol terkekeh, “kenapa deg-degan sih? kan kamu udah kenal bunda?”
“iyaaa tapi tetep aja deg-degan gak tau deh kenapaa” ujar Jisoo sambil mengusap dadanya.
“kenapa sih babe hahahaha” Seungcheol kembali tergelak melihat tingkah kekasihnya. “udah ayok kita berangkat sekarang, bunda udah ga sabar mau ketemu” ujar Seungcheol setelahnya.
Jisoo mengangguk sebagai jawaban dan mereka pun segera menuju parkiran dengan Seungcheol yang membawakan koper Jisoo dan Jisoo bergelayut manja disebelahnya.
.
.
.
“Bun.. emang siapa sih yang mau dateng?” tanya Mingyu penasaran.
pasalnya dia baru saja tiba kemarin sore dan hanya diberitahu bahwa hari ini akan ada tamu spesial yang datang. Mingyu semakin penasaran saat melihat bundanya masak begitu banyak dengan senyuman yang tak hilang dari kemarin, bunda terlihat sangat antusias.
“udaaah... nanti kamu juga tau”
bersamaan dengan itu, pintu utama rumah mereka dibuka menampilkan sosok Seungcheol yang diikuti seseorang yang Mingyu tahu persis siapa itu.
oh..
“eh anak bunda sudah datang...” sambut bunda sedikit antusias yang langsung memeluk Jisoo.
Mingyu memang sedikit kaget melihat kedekatan Jisoo dan bundanya, karena Mingyu tak pernah tau menau soal hubungan Seungcheol yang baru ini. tentu saja karena hubungan kedua kakak beradik itu yang kian merenggang setelah satu tahun lebih lamanya karena sebuah kesalah pahaman kecil.
“ayah mana bun?” tanya Jisoo.
“ayah di dalem lagi istirahat, belakangan gula darah ayah suka naik soo. terus beberapa hari yang lalu ayah sempet jatuh tuh pas benerin lampu, itu aja ayah jalannya agak susah karena kakinya masih sakit. makanya bunda lagi jaga-jaga makannya ayah juga ini, sama sering bunda suruh istirahat” cerita bunda panjang lebar.
“gak mau dibawa ke rumah sakit aja bun?” tanya Jisoo dengan raut wajah sedikit khawatir.
“duh kamu kaya gak tau ayah ajaa, mana mau diajak kerumah sakit. maunya dirumah aja, kalo diajak kerumah sakit tuh jawabnya 'gak papa toh bund cuma terkilir biasa ini'. pusing bunda sama ayah tuh”
Jisoo hanya mengangguk paham “semoga ayah cepet sehat ya bun..”
“ekhem” Mingyu berdeham, meminta perhatian.
“eh Mingyu..” Jisoo menghampiri dan menyodorkan tangannya, “apa kabar? aku pikir kamu gak pulang” sambung Jisoo.
Mingyu hanya menyambut tangan Jisoo dan menampilkan senyum tipisnya. “pulang kok, dipaksa bunda.”
Jisoo hanya tertawa menanggapi selanjutnya mereka larut dalam obrolan ringan.
hingga jam menunjukkan pukul 12.00 siang, keluarga Choi beserta Jisoo sekarang sudah duduk rapi di meja makan. mereka larut dalam obrolan ringan seputar Seungcheol dengan jam kerjanya, Mingyu dengan kesibukannya, keseharian ayah dan bunda, sampai akhirnya mereka sampai pada topik utama yaitu hubungan Seungcheol dan Jisoo.
“Ayah.. Bunda.. seperti yang Mas udah pernah bahas sebelumnya sama ayah dan bunda, juga Mingyu kalo belum tau maksud dan tujuan Mas pengen kamu pulang, karena ada yang Mas pengen bahas lebih lanjut mengenai hubungan Mas dan Jisoo..” ujar Seungcheol sebagai pembuka.
Mingyu sepertinya tahu mengarah kemana pembicaraan ini,
”...Mas berniat mau menikah dengan Jisoo, yah, bund, gyu..”
Jisoo mengeratkan genggaman tangan mereka dibawah sana, ia gugup. Seungcheol hanya menoleh dan tersenyum tipis sebagai penenang.
“Ayah sih terserah sama Mas, kalo Mas dan Jisoo sudah yakin dan cocok, kenapa tidak? lagian ayah juga sudah tua, kepingin rasanya melihat anak sulung ayah menikah”
“Bunda juga sependapat dengan ayah, Mas..”
hati Mingyu mencelos, selain iya mengingat Jeonghan, ia juga sedikit terenyuh dan tersentuh mendengar kalimat lugas kakaknya. seketika Mingyu merindukan Mas-nya, bahkan Mingyu tak tahu kalau Seungcheol sudah semantap ini dengan Jisoo. Mingyu salut karena Seungcheol telah mengambil keputusan besar dan mantap. sudah lama rasanya mereka tidak berbagi cerita mengingat hubungan mereka yang sedikit tak baik belakangan ini.
”...gyu? kok bengong?”
Seungcheol membuyarkan lamunannya.
“hah? gimana Mas?”
“ituloh Mas nanya, gimana menurut kamu?”
“ah.. itu.. aku juga sama kaya Ayah sama Bunda Mas..”
Seungcheol hanya tersenyum tipis, “Mas minta doanya ya yah, bund, gyu.. dalam waktu dekat Mas mau ke LA ketemu Papi-nya Jisoo.”
dan makan siang mereka diakhiri dengan canda tawa sebagai penutup obrolan serius barusan. Jisoo akan bermalam dirumah Seungcheol untuk beberapa hari sebelum dia akan flight kembali. akhir-akhir ini jadwalnya benar-benar padat, sama halnya dengan Seungcheol.
dan Seungcheol sangat bahagia, karena bukan hanya satu tahap sudah terlewati, namun karena adik kesayangannya, Mingyu, akhirnya mau memulai sebuah percakapan ringan dengannya.
“selamat Mas, aku turut bahagia..”
Seungcheol tersenyum sangat lebar, ini lebih membahagiakan dari apapun.
“makasih, adik Mas..”