—Cause you’re my home.

CUT!

“bagus. gue suka. oke, kita break 15 menit.”

ujar sang sutradara dengan lantang diikuti senyum seadanya, seakan puas dengan hasil kerjanya hari ini. keringat terlihat mengucur karena harus bekerja ditengah teriknya matahari siang hari. meskipun ia dan team berada dibawah sebuah tenda kecil yang menghalang sinar matahari mengenai langsung kulit mereka, tetap saja, siang itu sangatlah panas.

lalu sebuah tepukan pada bahunya sukses membuatnya tersenyum senang seakan ia tak pernah se-lelah ini.

“sayang…”

“hey… kamu ngapain disini?”

“bawain makan siang?”

senyum sang sutradara merekah, ia tarik yang tersayang untuk dikecup pelipisnya dengan mesra.

“panas banget loh hari ini? kenapa kamu ga di studio aja?”

kekasihnya menggeleng, “aku mau jaga pak sutradara, biar artis-artis disini ga genit sama kamu!”

sang sutradara tertawa renyah, mana mungkin ia akan tergoda jika kekasihnya saja sudah cukup membuatnya tak ingin melirik siapapun.

“kamu tau aku cuma sayang sama kamu?”

kekasihnya kembali mencebikkan bibir, “tetep aja, kemarin kata seungkwan ada artis yang bawain kamu makan siang.” ujarnya sembari memicingkan mata, kesal.

kembali, sang sutradara tergelak, “kamu ini, omongan seungkwan kok di dengerin. i love you, you know it.”

“yaaa i knew, hemmm….”

satu persatu kotak makan siang dibuka, menampilkan gulungan kimbap dengan isi daging, wortel, timun dan telur yang digulung bersama nasi dan nori lalu dibentuk sedemikian rapih dengan tataan salad juga beberapa potongan sosis asam manis. tak lupa jus jeruk dingin yang cocok menemani siang yang terik.

“sayang, ini kamu yang bikin?”

“iya? kan biasanya juga aku masakin?”

senyum sang sutradara semakin lebar, “cute. i love it, thankyou?”

“you’re welcome.”

sang sutradara mulai menyantap makanannya, lahap sekali, membuat kekasihnya merasa begitu dihargai. padahal masakannya cukup sederhana bahkan terkesan kekanakan untuk seseorang yang sudah berkepala 3 tapi tak pernah satu pun masakannya yang ditolak. senyumnya mengembang tiap kali sang sutradara menyendokkan makanannya, terlalu hanyut sampai tak mendengar namanya dipanggil sedari tadi oleh seseorang yang berdiri tak jauh dari tempat keduanya berpijak.

“Jihoon?!!”

dirinya tersentak begitu menyadari panggilan itu kini benar-benar berasal dari orang yang berdiri hanya satu langkah dibelakangnya.

“astaga gini nih kalo lagi pacaran, dari tadi gue manggil kaya orang gila ampe diliatin semua kru!”

siapa lagi, Seungkwan si Hair Stylist yang bertanggung jawab penuh dalam penataan rambut artis-artis pada project film yang dipegang Seungcheol kali ini.

ya, Seungcheol, si sutradara yang kini tengah istirahat ditemani sang kekasih, Jihoon, yang tak lain adalah seorang komposer terkenal yang namanya sudah dikenal di seluruh tanah air, bahkan di luar negara sekalipun.

“lu ngapain sih kemari? ganggu gue sama Seungcheol aja.”

“iya deh iya besok-besok gue ga ngasi info lagi deh soal PACAR lo ini kalo lagi banyak antrian artis yang ganjen”

Jihoon melotot, Seungkwan ini memang tak bisa dijaga omongannya. sedangkan Seungcheol hanya sibuk menahan tawa melihat tingkah kedua sahabat itu.

belum sempat mereka melanjutkan agenda adu mulut, panggilan bahwa 3 menit lagi syuting akan segera dilanjutkan menghentikan aksi kedua sahabat itu. Seungkwan pun langsung berlarian meninggalkan kedua pasangan itu tanpa berpamitan karena ia sudah harus menata kembali penampilan para artis, sedangkan Jihoon kini hanya bisa menghela nafas kasar karena itu artinya sang kekasih akan kembali sibuk dengan pekerjaannya.

“hey, jangan cemberut dong?”

“udah dua bulan semenjak kamu di project film yang ini, akunya sering ditinggal, ini bahkan belum 10 menit aku ketemu kamu lho?” ujar Jihoon kesal.

Seungcheol tanpa malu memeluk tubuh kecil itu dihadapan para kru yang sedang bersiap dibelakangnya.

“maaf yah, aku sibuk terus jadi jarang ngapelin kamu deh.”

Jihoon mendecak sebal, bahasa ‘ngapelin’ terdengar seperti remaja padahal mereka sudah terbilang tua.

“jangan kesel dong, ntar malem kan ketemu lagi di Acara Penghargaan? kamu jadi nemenin aku kan?”

Jihoon mengangguk kecil.

“dandan yang ganteng, gandengan sutradara harus cakep.” colek jari Seungcheol pada hidung milik Jihoon yang dihadiahi kekehan kecil milik Jihoon.

“yaudah, aku pulang dulu kalo gitu. kamu selesai jam berapa hari ini?”

“sore, sayang.”

“uhm okay, jangan terlalu diforsir, jangan sampe sakit!”

“siap captain.”

selanjutnya hanya saling melempar senyum sebelum akhirnya Jihoon pergi dari sana, meninggalkan sang sutradara yang akan kembali beraktifitas.

.

Jihoon sudah selesai bersiap dengan dandanan yang bisa dibilang akan cukup membuat pangling siapapun yang melihatnya.

acara tahunan yang diselenggarakan untuk mengapresiasi para aktor, sutradara, dan pemusik tanah air itu tak pernah sekalipun tanpa menyertakan namanya dalam nominasi ‘best composser’ setiap tahunnya. apalagi sekarang ia menyandang status sebagai kekasih dari sutradara terkenal, keduanya kerap dipuja oleh beberapa penggemar karena ke-serasi-an hubungan mereka.

Jihoon memerhatikan dirinya dalam pantulan cermin. dalam balutan Balenciaga suits berwarna hitam itu, anting yang terpasang disebelah telinganya dan riasan tipis yang membuat wajahnya merona, Jihoon yakin semua mata akan tertuju padanya, terutama sang kekasih, Seungcheol.

tadi saat Jihoon masih bermalas-malasan karena sedang tak ada kerjaan, sang kekasih menelfon kalau ia ingin mereka berangkat satu jam lebih cepat dari janji awalnya. katanya acara kali ini akan lebih besar dari sebelumnya jadi untuk menghindari ricuhnya pers maka mereka akan berangkat lebih awal.

alhasil Jihoon yang tengah rebah dikasurnya pun segera bersiap, dan kini ia tengah menunggu sang kekasih menjemputnya.

jam sudah menunjukkan pukul 7 malam bertepatan dengan klakson mobil sang kekasih yang terdengar nyaring di depan rumahnya. setelah berpamitan, Jihoon segera berlari menghampiri sang kekasih yang terlihat tengah berdiri disamping pintu mobil yang sudah dibuka, mempersilahkannya untuk masuk. sungguh manis..

hanya agenda cium bibir sekilas seperti biasa sebelum Jihoon masuk ke dalam Range Rover hitam milik Seungcheol tersebut. lalu keduanya pun perlahan meninggalkan pekarangan rumah Jihoon menuju sebuah Hall besar dimana Acara Penghargaan diadakan.

tapi baru setengah perjalanan, Seungcheol memutar kemudinya ke arah yang tak seharusnya.

“loh sayang, kita mau kemana?”

“sebentar aja, temenin aku beli sesuatu.”

“iya tapi kemana? kamu mau beli apa?”

“nanti kamu juga tau.” ujar Seungcheol dengan senyum termanisnya.

tak butuh waktu lama, mereka sampai disebuah toko yang hampir semua lampunya sudah padam. sepertinya toko ini sudah tutup, tapi di jam segini? pikir Jihoon.

pasalnya masih terlalu awal untuk sebuah toko menutup tempat berdagangnya di jam yang masih menunjukkan pukul 7 malam lebih itu.

“sayang, toko nya tutup loh?”

“udah turun dulu kamu”

Jihoon hanya menuruti sang kekasih, mengikuti kemana kekasihnya berpijak. anehnya mereka disambut oleh beberapa orang yang berjaga didepan. Jihoon hanya terus mengikuti tanpa berpikir apa-apa.

sampai tibalah mereka didalam dan seketika satu persatu lampu menyala menampilkan beberapa wanita dengan seragam yang sama dan rapi tampak berdiri di balik rak kaca yang terdapat beberapa model cincin emas putih didalamnya. Jihoon tentu saja kaget.

“sayang, kamu ngapain ajak aku kesini?”

“i want to marry you, Ji.” ujarnya dengan senyuman paling manis yang tak pernah ia perlihatkan pada Jihoon sebelumnya.

mata Jihoon tentu saja kini disinggahi buliran-buliran bening yang siap jatuh dalam satu kedipan saja.

“are you serious?”

satu anggukan dari Seungcheol mampu membuat air matanya lolos.

ditambah lagi kini Seungcheol mengambil kedua tangannya dan dikecup hangat, “will you marry me?”

Jihoon tak perlu menjawab karena kini ia langsung menghambur memeluk kekasihnya, “Yes, baby.. totally YES! i love you…”

keduanya berpelukan dihadapan semua orang yang berada didalam sana, tentu dihadiahi tepuk tangan dari para pelayan toko.

“silakan, pilih cincin yang kamu mau, sayang…”

Seungcheol membawa Jihoon mencoba dan memilih satu persatu cincin yang ia suka. hati menghangat ketika melihat wajah sang kekasih yang tampak bahagia.

.

keduanya kini tiba di depan Hall dan kemudian turun dari mobil dengan mobil yang diserahkan pada petugas valet untuk diparkirkan.

Jihoon menggandeng lengan Seungcheol dengan mesra sebelum keduanya melangkahkan kaki pada red carpet dimana sisi kanan dan kiri dipenuhi pers dari berbagai media.

sebelum keduanya masuk ke dalam, mereka tampak berbincang dengan MC yang bertugas pada Red Carpet dan orang itu juga adalah teman Jihoon sendiri, Soonyoung.

“wah ini dia pasangan kita malam ini, buat semua wartawan boleh diambil fotonya dulu sebelum kita lanjut ke sesi bincang-bincang.”

Jihoon dan Seungcheol hanya tertawa menanggapi dan mulai berpose untuk beberapa media yang hendak mengambil gambar.

namun saat kegiatan itu selesai, Soonyoung yang memang dasarnya seperti lambe turah itu tiba-tiba mengangkat tangan Jihoon dan bertanya dengan suara yang Jihoon dan Seungcheol yakini mampu terdengar oleh semua massa yang ada disana.

“JI INI CINCIN APAAN? kalian udah tunangan????”

sontak semua awak media menyerbu dan menyorot mereka yang saat ini tengah senyum-senyum menahan malu.

kemudian Seungcheol lah yang angkat bicara, “benar.. kita akan menikah dalam waktu dekat.”

tentu hal itu membahagiakan keduanya, mulai dari ucapan selamat yang diucapkan ratusan awak media, belum teman mereka sendiri sesama para seniman.

setelah mengumumkan itu, mereka memutuskan untuk masuk ke dalam Hall karena sebentar lagi acara akan segera dimulai.

saat acara tengah berlangsung, Jihoon teringat sesuatu,

“sayang..”

“hm?”

“kapan kamu mau ketemu papa mama?”

“secepatnya ya…”

“kalo aku…kapan ketemu orang tua kamu.”

Seungcheol tampak terdiam cukup lama. seperti menimbang-nimbang jawaban apa yang harus ia berikan.

“sayang?”

“uhm… soal pernikahan kita biar aku yang sampein ke orang tuaku dulu, baru ntar aku bawa kamu. gak papa kan sayang?”

Jihoon hanya tersenyum, “it’s okay.. aku percayakan semuanya sama kamu.”

Seungcheol beralih menggenggam tangan Jihoon dan diusapnya lembut. keduanya kembali fokus pada acara yang sedang berlangsung. hanya saja Jihoon benar-benar menikmati acaranya, sedangkan pikiran Seungcheol sedang melayang jauh entah kemana.